Meski begitu, FOMO tidak selalu buruk. Kadang, FOMO bisa mendorong kita mencoba hal baru atau berpartisipasi dalam kegiatan positif. Kuncinya adalah keseimbangan. Gen Z perlu belajar menavigasi dunia digital dengan cerdas, mengenali kapan FOMO merugikan, dan kapan saatnya menerapkan JOMO.
Menuju Hidup yang Seimbang
Gaya hidup Gen Z di masa depan kemungkinan akan memadukan kedua konsep ini dengan cerdas. Mereka akan tetap terhubung dengan dunia, memanfaatkan teknologi untuk belajar dan bersosialisasi, tetapi juga menyadari pentingnya "puasa" digital untuk memprioritaskan kesehatan mental.
Mendorong literasi digital, kesadaran dampak media sosial, dan praktik mindfulness sangat penting. Pada akhirnya, pilihan antara FOMO dan JOMO ada pada individu. Gen Z yang bijak akan memilih jalan yang memungkinkan mereka berkembang, menjaga kesehatan mental, dan membangun kehidupan yang bermakna, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.
Sumber Referensi:
- Pew Research Center. (2022). Teens, Social Media and Technology 2022. (Merujuk pada data survei tentang dampak media sosial pada remaja dan dewasa muda).
- Sweeny, K. (Psikolog, University of California, Riverside). (Merujuk pada penelitian dan pandangan Dr. Kate Sweeny tentang fenomena JOMO dan pilihan sadar dalam interaksi sosial).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI