Hai, teman-teman seperjuangan!
Di bulan Agustus ini, euforia kemerdekaan rasanya begitu terasa, ya? Bendera Merah Putih berkibar di mana-mana, kita nyanyi lagu kebangsaan, dan semangat untuk merayakan rasanya membuncah. Tapi, di balik semua perayaan itu, ada satu perjuangan lain yang sering kita hadapi sehari-hari, terutama bagi kita, pasangan muda yang baru mengarungi bahtera rumah tangga.
Perjuangan itu bukan lagi melawan penjajah dengan bambu runcing, melainkan melawan godaan diskon, tagihan yang menumpuk, dan rasa takut akan masa depan. Singkatnya, perjuangan untuk meraih kemerdekaan finansial bersama pasangan.
Aku tahu, bicara soal uang kadang terasa canggung, bahkan dengan pasangan sendiri. Tapi, percaya deh, dari pengalaman yang sudah-sudah, ini adalah obrolan paling penting yang harus kita berani mulai.
Perjalanan Kita: Yuk, Saling Terbuka Tanpa Gengsi
Dulu, aku sama suamiku juga begitu. Di awal pernikahan, kami sama-sama malu-malu untuk terbuka soal keuangan. Uang gajiku ya uangku, uangnya dia ya uangnya dia. Akhirnya, kami merasa jalan sendiri-sendiri, padahal tujuannya sama. Rasanya seperti mendayung dua perahu yang berbeda, padahal seharusnya satu kapal.
Wejangan dari sahabatmu ini: Anggap saja, pernikahan kita ini adalah sebuah negara. Dan uang adalah sumber daya utamanya. Kita tidak akan bisa membangun negara yang makmur kalau peta keuangan kita tidak jelas. Jadi, coba deh, luangkan waktu satu malam, mungkin sambil minum teh hangat. Bicarakan semuanya: berapa gaji masing-masing, berapa utang yang masih ada, berapa tabungan yang kalian punya. Tujuannya bukan untuk menghakimi, tapi untuk saling memahami dan merangkul.
Ingat, musuh kita bukan pasangan, tapi masalah uang itu sendiri.
Mengatur Anggaran: 'Merdeka' Bukan Berarti Boros
Kalau sudah terbuka, saatnya kita menyusun strategi. Kita bisa sebut ini "peta harta karun" keluarga kita. Peta ini akan memandu kita ke mana uang kita harus pergi, sehingga kita enggak terkejut di tengah jalan.