Di suatu sore yang tenang, di ruang praktik yang akrab dengan aroma antiseptik dan ketenangan, seorang pasien muda, sebut saja Ibu Tiara, duduk di hadapan saya. Wajahnya menunjukkan campuran kecemasan, kebingungan, dan sedikit kelelahan. Kisah yang ia bagikan adalah potret kompleksitas perempuan modern: perjuangan tubuh yang beradaptasi, gejolak emosi yang tak menentu, dan dinamika hubungan yang menuntut perhatian.
"Selamat sore, Dokter," sapa Ibu Tiara, suaranya sedikit bergetar. "Saya Tiara. Saya ingin berkonsultasi tentang kondisi saya. Sudah 2,5 bulan ini saya belum menstruasi setelah kuret, Dok. Dan... ada beberapa hal lain yang membuat saya khawatir."
Saya mengangguk lembut, mempersilakan ia melanjutkan. "Silakan Ibu Tiara. Saya di sini untuk mendengarkan. Ceritakan semuanya, jangan ada yang ditahan."
1. Apa yang Terjadi pada Ibu? Sebuah Penjelasan Ilmiah dari Sudut Pandang Medis
Ibu Tiara mulai menjelaskan keluhannya: menstruasi yang tak kunjung datang, hasrat seksual yang membuncah, nafsu makan yang meningkat drastis, dan sering ngemil. Semua ini terjadi pasca tindakan kuret 2,5 bulan lalu. Ia juga aktif berolahraga pilates dan lari kecil setiap hari, dan hasil tes kehamilan 2 bulan lalu negatif.
"Baik, Ibu Tiara," saya memulai, mencoba menjelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami. "Pertama, mengenai belum menstruasi 2,5 bulan setelah kuret, ini adalah hal yang paling mendasar yang perlu kita perhatikan. Setelah kuret, rahim dan indung telur memang membutuhkan waktu untuk 'istirahat' dan menyesuaikan diri kembali. Ibaratnya, setelah 'reset', sistem perlu booting ulang. Umumnya, menstruasi akan kembali dalam 4-6 minggu, namun pada beberapa wanita bisa lebih lama, hingga 3 bulan atau bahkan lebih. Ini sangat individual. Tapi ada beberapa hal yang mungkin terjadi:"
- "Perubahan Hormonal Pasca Kuret: Kuret, meskipun membersihkan rahim, bisa memengaruhi keseimbangan hormon dalam tubuh, terutama estrogen dan progesteron, yang merupakan 'dirigen' utama siklus menstruasi. Fluktuasi ini wajar terjadi."
- "Sindrom Asherman: Meskipun jarang terjadi dan biasanya pada kuret berulang atau yang terlalu agresif, ada kondisi bernama Sindrom Asherman, yaitu perlengketan di dalam rahim. Ini bisa menghambat menstruasi. Namun, mengingat ini kuret pertama Ibu, kemungkinan ini sangat kecil."
- "Kehamilan Kembali: Nah, ini yang paling penting. Meskipun tes kehamilan sebelumnya negatif, kemungkinan kehamilan kembali tetap ada. Terkadang, kadar hormon hCG (yang terdeteksi tes kehamilan) belum cukup tinggi saat tes dilakukan, apalagi jika usia kehamilan masih sangat muda. Mengingat Ibu belum tes kehamilan lagi dan adanya peningkatan nafsu makan serta hasrat seksual, ini perlu menjadi pertimbangan serius. Gejala ini sangat mirip dengan tanda-tanda awal kehamilan."
"Kemudian, soal hasrat seksual yang kuat, lapar, dan sering ngemil. Gejala-gejala ini sangat menarik dan bisa saling berhubungan, Bu."
- "Fluktuasi Hormon (Lagi): Peningkatan hasrat seksual (libido) bisa disebabkan oleh fluktuasi hormon, terutama estrogen, yang kadang-kadang memang meningkat setelah kuret atau pada awal kehamilan. Estrogen yang tinggi dapat meningkatkan gairah. Demikian pula dengan perasaan lapar dan keinginan untuk ngemil, ini bisa menjadi indikasi perubahan hormonal yang sedang bergejolak dalam tubuh Ibu."
- "Stres dan Kecemasan: Kondisi psikologis juga sangat memengaruhi. Stres, cemas, dan perasaan tidak terpenuhi secara emosional atau fisik dapat memicu perubahan hormon stres seperti kortisol, yang juga dapat memengaruhi nafsu makan dan suasana hati. Kadang, makan atau ngemil menjadi cara tubuh Ibu untuk mengatasi perasaan tidak nyaman atau kekosongan."
- "Kompensasi Psikologis: Hasrat seksual yang tinggi namun tidak terpenuhi bisa menyebabkan tubuh mencari bentuk kompensasi lain. Ini sering terwujud dalam peningkatan nafsu makan atau kebutuhan untuk 'mengisi' sesuatu yang terasa kurang."
Saya juga mengapresiasi keaktifan Ibu dalam berolahraga. "Olahraga secara teratur itu sangat baik untuk kesehatan fisik dan mental, Bu. Namun, terkadang olahraga yang terlalu intens juga bisa memengaruhi siklus menstruasi jika tubuh mengalami stres fisik berlebihan. Tapi, dengan intensitas yang Ibu sebutkan (pilates setiap hari, jalan/lari kecil 20 menit), sepertinya tidak terlalu ekstrem dan justru memberikan efek positif pada kesehatan Ibu."
"Jadi, kesimpulan ilmiah sementara saya, Bu, ada beberapa kemungkinan: tubuh Ibu masih dalam proses pemulihan hormonal pasca kuret, kemungkinan kehamilan kembali (mengingat gejala-gejala baru yang Ibu sebutkan tadi), atau kombinasi keduanya dengan faktor psikologis yang turut berperan."
2. Nasihat Pernikahan dari Seorang Senior: Merawat Taman Cinta di Tengah Badai