Mohon tunggu...
Tripviana Hagnese
Tripviana Hagnese Mohon Tunggu... Bisnis, Penulis, Baker

Saya seorang istri, ibu rumah tangga, yang juga mengelola bisnis, ada bakery, laundry, dan parfum.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Gaji Pertama: Momen Haru yang Tak Pernah Usang Meski Zaman Terus Berubah

28 Mei 2025   07:47 Diperbarui: 28 Mei 2025   07:47 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Milik Tripviana Hagnese: Gaji Pertama: Momen Haru yang Tak Pernah Usang Meski Zaman Terus Berubah

Gambar Milik Tripviana Hagnese: Gaji Pertama: Momen Haru yang Tak Pernah Usang Meski Zaman Terus Berubah
Gambar Milik Tripviana Hagnese: Gaji Pertama: Momen Haru yang Tak Pernah Usang Meski Zaman Terus Berubah

Topik cerita "Gaji Pertama" selalu menarik karena menyentuh momen personal yang universal---emosi, perjuangan, dan harapan yang muncul ketika seseorang akhirnya menerima hasil jerih payahnya.

Semua orang pasti ingat gaji pertamanya. Bukan soal nominalnya, tapi soal rasa. Rasa bangga, haru, dan kadang... bingung, "Mau dipakai buat apa, ya?"

Saya menerima gaji pertama saya pada tahun 2012, di sebuah startup media digital yang waktu itu belum besar namanya. Gajinya? Rp3.000.000. Jumlah yang saat itu terasa seperti angka miliaran bagi saya yang baru lulus kuliah dan terbiasa hidup pas-pasan.

Hari itu, saya ingat betul, saya diam-diam menangis waktu saldo masuk ke rekening. Bukan karena jumlahnya, tapi karena itu adalah hasil dari begadang, lembur, dan menahan malu saat belajar jadi "orang kantor" yang belum paham apa-apa. Ada rasa puas karena bisa membuktikan bahwa saya bisa berdiri di kaki sendiri.

Gaji pertama itu saya bagi tiga:

  1. Orangtua -- meski mereka tak meminta, saya belikan mereka makan malam di warung kesukaan.

  2. Transport dan kebutuhan kerja -- saya beli sepatu kantor yang sedikit lebih layak.

  3. Diri sendiri -- sisanya saya simpan, entah untuk apa, yang penting menabung.

Zaman sekarang, cerita gaji pertama bisa sangat berbeda. Banyak anak muda mendapatkan gaji pertama dari kerja remote, menjadi content creator, freelance desain, atau bahkan jualan online. Platform seperti TikTok, Instagram, dan Upwork jadi "kantor pertama" mereka. Tak lagi wajib pakai sepatu pantofel atau harus menunggu akhir bulan, kadang tiap proyek bisa langsung cair.

Namun, satu hal yang tidak berubah: perasaan yang muncul tetap sama. Bangga, haru, dan kadang overthinking---mau ditabung atau self-reward dulu?

Di tengah gaya hidup yang serba cepat dan instan ini, gaji pertama bisa menjadi pengingat untuk tetap membumi. Bahwa uang yang kita hasilkan dengan keringat sendiri itu punya makna jauh lebih dalam daripada sekadar angka.

Dan mungkin, di situlah makna gaji pertama: bukan soal besar-kecilnya, tapi soal bagaimana kita menghargai proses. Karena dari sanalah mental finansial kita dibentuk---belajar bijak, berbagi, dan bertanggung jawab.

Apa yang bisa kita lakukan dari cerita ini?

  • Untuk para fresh graduate: Nikmati proses kerja pertamamu, bukan hanya gajinya. Belajar sebanyak-banyaknya.

  • Untuk para orangtua: Hargai setiap langkah anakmu, walau kecil. Gaji pertamanya mungkin belum besar, tapi perjuangannya besar.

  • Untuk kita semua: Gaji pertama adalah batu loncatan, bukan garis finish. Tapi kenangan dan pelajaran dari sana akan selalu menemani langkah-langkah besar berikutnya.

Sekarang giliran kamu bercerita!

Gaji pertama selalu punya cerita. Beda generasi, beda nominal, beda cara mendapatkannya. Tapi satu yang sama: rasanya tidak pernah biasa.

Kamu ingat kapan pertama kali dapat gaji?
Dapat dari mana---kantor, freelance, content creator, jualan?
Gajinya berapa, dan kamu pakai buat apa?

Yuk share pengalamanmu di kolom komentar!

#tripvianahagnese

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun