Tayang Setiap Hari pukul 12.00 WIB
Episode 4: CRS: Teman Rahasia di Layar Kaca
Bau spidol permanen samar-samar masih tercium dari kulit Amel, meskipun wajahnya sudah bersih dari coretan laknat. Luka di pipi dan hati akibat insiden di perpustakaan (dan di depan Alex!) masih terasa perih. Brian Pratama! Nama itu kini masuk daftar hitam Amel, posisinya bahkan menggeser para siswa pengganggu di sekolah. Dendamnya membara, tapi sebagai Amel si kutu buku yang pendiam, ia tidak punya "kru" atau "geng" untuk diajak merencanakan pembalasan dendam yang epik.
Amel terduduk di depan laptopnya malam itu, di kamarnya yang rapi dengan rak buku penuh sesak. Dia seharusnya sedang mendokumentasikan proyek komunitas lingkungan yang baru ia ikuti -- bagian dari usahanya untuk sedikit "gaul" atas dorongan Mama Ria. Tapi pikirannya terus berputar pada kejadian hari itu. Malu, kesal, marah, semua bercampur aduk.
Biasanya, kalau begini, Amel akan menuangkan semua perasaannya dalam bentuk tulisan di laptopnya, semacam digital diary. Aman, rahasia, dan tidak ada yang menghakimi. Tapi malam itu, ia butuh sesuatu yang berbeda. Ia butuh interaksi. Ia butuh feedback. Menulis monolog di laptop rasanya tidak cukup untuk meredakan gejolak di dadanya.
Sambil membuka file dokumen untuk menulis, Amel menyetel musik lewat YouTube. Tiba-tiba, iklan muncul. Skip... tapi iklan berikutnya kok ya mirip. Dan iklannya terus berseliweran, memenuhi layar laptopnya.
Sebuah iklan aplikasi dengan desain simpel tapi menarik. Ada gambar ikon kuping dan gelembung chat. Tulisannya: "CRS: Curhat Rahasia Sesukamu. Butuh pendengar? Butuh solusi? AI cerdas kami siap jadi teman rahasiamu. Aman, anonim, 24/7."
"Curhat Rahasia Sesukamu?" gumam Amel, keningnya berkerut. Aplikasi apaan nih?