PENGALAMAN NAIK MRT-LRT BAWAH TANAH DI KUALA LUMPUR
Pada 18-20 April 2025, saya berkesempatan mengunjungi negara Malaysia untuk kedua kalinya. Kalau yang pertama, saya datang bersama rombongan dan menggunakan moda transportasi bus pariwisata (bas persiaran). Kali ini, saya datang bersama keluarga dan pergi ke mana-mana memakai kereta api (tren).
Saya sengaja memilih menginap di dekat stasiun KL Sentral, karena di sinilah pusat dari berbagai layanan transportasi baik kereta api maupun bus. Untuk kereta api, mulai dari LRT (Light Rail Transit), MRT (Mass Rapid Transit), KL Monorail, dan KTM Komuter. Sedangkan untuk bus, ada Go KL City Bus dan Bus Rapid KL.
Malaysia adalah negara di Asia Tenggara yang memiliki sistem transportasi darat yang paling canggih dan terintegrasi. Kuala Lumpur ditunjang oleh sistem transportasi komprehensif yang tidak hanya menghubungkan satu titik dengan titik lainnya dalam kota, tetapi juga dengan seluruh Lembah Klang (sebuah wilayah yang terdiri dari Putrajaya, Kuala Lumpur, Petaling, Klang, Gombak, Hulu Langat, Sepang, dan Kuala Langat), Kuala Lumpur International Airport (KLIA), bahkan negara tetangga Singapura.
Membeli Tiket Dengan Uang TunaiÂ
Secara umum, pembelian tiket dilakukan secara online atau menggunakan kartu (kad). Sedangkan untuk pembelian tiket secara tunai tidak dilayani oleh petugas tiket (manusia), tapi disediakan mesin-mesin (vending machine).
Lewat mesin inilah, dengan layar sentuh, kita tinggal memilih jenis kereta api, stasiun tujuan dan banyaknya tiket. Kemudian akan muncul nominal Ringgit yang harus kita bayar. Selanjutnya, kita tinggal memasukkan uang kertas maupun uang koin. Sesaat kemudian, keluarlah tiket dalam bentuk koin plastik sekaligus uang kembalian (jika uang yang kita masukkan tadi masih ada sisa). Koin plastik inilah yang nantinya kita tap pada mesin barcode di pintu masuk.
Sebenarnya cukup mudah dan simpel, namun karena baru pertama kali, pada awalnya saya merasa bingung bagaimana caranya. Mau bertanya kepada petugas, di stasiun sepertinya tidak ada petugas yang berjaga sebagaimana di Indonesia. Akhirnya, saya meminta tolong kepada petugas kebersihan (orang India). Namun, ia langsung menolak dengan bahasa isyarat. Entah karena tidak mengerti Bahasa Indonesia atau memang dia keberatan untuk membantu.
Pada intinya, saya merasa sangat bersyukur. Meskipun sudah secanggih itu, Malaysia masih menyediakan pembayaran dengan uang cash, walaupun dilayani oleh mesin. Hal ini tentu sangat memudahkan bagi wisatawan mancanegara, karena jika harus murni online, saya tidak memiliki e-wallet maupun rekening bank khas negara ini.