Ketidakmelekatan dalam Budhisme
Walau saya seorang Muslim, saya menyempatkan diri untuk mempelajari agama lain, termasuk juga ajaran Budha. Saya membaca literatur tentang agama itu, buku-buku yang ditulis oleh seorang Biksu, belajar soal meditasi, dll. Tujuannya adalah untuk memperkaya wawasan, bisa saling memahami, menciptakan toleransi, dan hubungan yang baik antarpemeluk agama.
Salah satu yang sangat menarik bagi saya dalam ajaran Budha adalah konsep KETIDAKMELEKATAN. Dalam arti, jiwa kita tak boleh melekat kepada apapun dan kepada siapapun, selain hanya melekat kepadaNya. Hati kita tidak boleh terikat kepada harta-benda, keluarga, dan kepada hal-hal yang bisa memenjarakan jiwa.
Oleh karena itu, Sidharta Gautama hidup dalam kesederhanaan. Ia rela meninggalkan keraton dan segala kemewahannya, lalu melakukan pengembaraan panjang untuk menemukan "Diri yang Sejati", untuk mencapai pencerahan (nirvana). Demikian pula dengan para biksu/biksuni dan para orang suci mereka. Bahkan, saking sederhananya, seorang biksu/biksuni tidak boleh memiliki uang.
Menurut mereka, ketika jiwa kita telah melekat kepada sesuatu, di situlah sumber masalah, di sanalah awal sebuah penderitaan.
Sebagai bahan perenungan terkait ketidakmelekatan ini, silakan membaca puisi WS Rendra "Tuhan, Aku Cinta PadaMu" yang ditulis sesaat sebelum akhir hayatnya.
Penutup
Marilah kita menyadari bahwa segala sesuatu yang kita miliki hanyalah TITIPAN.
Marilah kita meyakini bahwa harta-benda yang kita miliki hanyalah SARANA kehidupan.
Mari pula berusaha untuk tidak MELEKAT kepada apapun.