Mohon tunggu...
Tri Lovianti
Tri Lovianti Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Young learners lover

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mama, Air Mataku Berlinang

2 Agustus 2016   11:27 Diperbarui: 2 Agustus 2016   11:34 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Memiliki rumah di Jakarta tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Lokasi dan luas menjadi tolak ukurnya. Semakin strategis dan besar, semakin banyak uang yang harus dikeluarkan. Bagi perantau yang mampu membeli rumah di Jakarta, itu adalah hal yang luar biasa. Karena standar harga di ibu kota ini lebih mahal dibandingkan pinggiran kota, seperti: Depok, Bojong Gede, Bogor, ataupun Bekasi. Akan tetapi, jarak antara satu rumah dengan yang lain hanyalah nol sentimeter. Dengan kata lain, terkadang kita bisa mendengar apa yang terjadi di dinding sebelah. Bukan niat untuk menguping pembicaraan tetangga atau ingin tahu urusan mereka, tapi keadaan yang seperti membuat beberapa orang mau tidak mau akan mendengar kejadian yang berlangsung di sebelahnya.

Siang ini, aku mencoba untuk rehat sejenak setelah menyelesaikan rutinitasku. Pagi hingga siang, aku hanyalah seorang ibu rumah tangga. Sore hingga malam, aku bekerja sebagai guru privat. Lima menit berlalu, tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara tangisan balita. Tentunya, bayi tetanggaku yang berusia kurang lebih tiga tahun.

“Mama…” tangisnya tersedu-sedu. “mama…” teriaknya sambil menangis. Akan tetapi, yang dipanggil belum merespon.

“Mama…” ulangnya lagi berteriak.

“Iya nak, mama lagi masak di bawah.” Ujar mamanya.

“Mama, air mataku berlinang.” Isaknya.

“Kenapa berlinang?” Tanya mamanya.

“Tadi mama nggak ada.” Jawabnya.

“Nggak boleh gitu. Kalau mama nggak ada, kamu tunggu mama. Mama paling masak atau nyuci di bawah.” Ujar mamamya. “Sekarang hapus air matanya.” Tambah mamanya.

Beberapa menit kemudian, suasanapun hening. Akupun melanjutkan tidur siangku yang tertunda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun