Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ambivalen dan Kambing Hitam

19 Maret 2024   05:00 Diperbarui: 26 April 2024   23:29 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Negativisme adalah kecenderungan sikap untuk bertindak dengan cara yang bertentangan dengan harapan, cita-cita, optimisme, tanpa dapat diidentifikasi dengan jelas. Meskipun bisa jadi ia memiliki kemampuan beradaptasi dan tampak bisa mempelajari perilaku baru. Memang tergantung dari seberapa parahnya level gangguannya.

Pangeran Duryudana semakin lengkap dalam ketersesatan manakala memiliki loyalis sakti mandraguna, yakni Adipati Karna.

Adipati Karna yang menjadi andalan itu juga mengalami gangguan pasif-agresif, diduga akibat beberapa kombinasi faktor tumbuh di lingkungan yang serba kekurangan dan sering harus menderita sejak masih kenak-kanak.

Karna tidak bisa mengungkapkan emosi negatif yang menentang pikiran dan perasaannya itu, sehingga timbul rasa iri dan kesal terhadap siapa saja orang yang bernasib relatif lebih beruntung.

Karna kemudian merasa derajatnya diangkat oleh sang pangeran, lantas ia bersumpah setia membabi buta terhadap junjungannya itu. Ia siap mati bukan demi kebenaran, melainkan demi pembenaran.

Sangkuni, Durna, dan Karna memiliki kesamaan, yakni sikap pesimis, sinis, sekaligus ambisius dan agresif. Itulah keunikan dari pribadi ambivalen.


Ciri lain yang menonjol adalah juga sangat ahli dalam mencari kambing hitam. Mereka selalu menyalahkan orang lain atas segala problem yang dihadapi dalam kehidupannya. Misalnya, gagalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-29 itu adalah kesalahan FIFA, salahnya Israel, isu teroris, atau karena salah instruksi dari sosok petinggi. Intinya harus ada yang disalahkan di luar diri si pengidap itu.

Sayang sekali, belum ada pengobatan khusus untuk gangguan ini, psikolog atau psikiater hanya dapat membantu penderita untuk mengidentifikasi, menangani, dan berhenti terlibat dalam perilaku dan tindakan yang kontradiktif. Bahkan puasa di bulan sudi Ramadhan pun tampaknya tidak menjamin bisa menyembuhkannya.

Sebetulnya ada sosok terhormat dalam kubu pangeran Duryudono, yakni Eyang Bisma. Namun, di usia senjanya, si begawan senior itu justru mengalami kondisi gangguan 'ambivalen' pula. Ia menikmati posisi dianggap netral, berdiri di atas semua golongan, baik di Kurawa maupun di Pandawa, dan cenderung fatalis.

Perang Baratayudha sudah menjadi kehendak para dewata, demikian yang diyakininya, tidak mungkin bisa dihindari apalagi dicegah, pungkasnya tegas. Hancurnya Astina adalah takdir. Kali ini dewa dan takdir yang menjadi kambinghitam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun