Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ambivalen dan Kambing Hitam

19 Maret 2024   05:00 Diperbarui: 26 April 2024   23:29 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh: Tri Handoyo

Pangeran Duryudana pada dasarnya adalah anak yang baik, tapi akibat dari pola asuh yang terlampau memanjakan, maka ia tumbuh menjadi pribadi buruk, jahat dan kelak menjadi penyebab utama hancurnya kerajaan Astina. Kerajaan yang kejayaannya telah dicapai para leluhur dengan susah payah itu akhirnya sirnah dari muka bumi.

Sikap buruk sang pangeran diperparah oleh didikan, lebih tepatnya racun hasutan dari si paman, yakni Sangkuni.

Sangkuni adalah sosok unik dengan mengidap beragam gangguan mental, yang dulu belum diketahui namanya, yakni mengidap "ambivalensi". Sebuah gangguan mental yang membuat seseorang memiliki kepribadian kontradiktif terhadap diri sendiri, situasi, peristiwa, atau terhadap orang lain.

Dengan kata lain, pengidap ambivalensi juga disebut gangguan kepribadian pasif-agresif, tidak tegas dalam mengungkapkan dan mengekspresikan emosi.

Contoh seorang yang memiliki sikap ambivalen, suatu ketika ia bilang bahwa Indonesia mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Palestina, yang tahun 1988 telah dideklarasilan oleh Yasser Arafat, tapi disisi lain dia percaya bahwa Palestina belum merdeka, dan bahkan meyakini bahwa selamanya Palestina akan terjajah sampai kiamat. Itu sikap ambivalen.

Bisa juga misalnya, meyakini konstitusi yang berbunyi bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa, sekali lagi 'hak segala bangsa', tapi di sisi lain menyatakan bahwa bangsa Israel harus dimusnakan.

Gangguan pasif-agresif menyebabkan seseorang mengekspresikan perasaan dan emosi negatif secara halus atau pasif, ketimbang secara langsung dan tegas. Itulah kenapa karakter tersebut sangat cocok menjadi tukang hasut. Juru adu domba yang handal.

Kelebihan Sangkuni, yang sering kali menimbulkan sikap seolah-olah cerdik dan licik, adalah mahir mencari pembenaran atas segala keburukan yang telah dilakukannya.

Sosok lain yang meracuni kepribadian Duryudana adalah Guru Resi Durna. Seorang ahli agama yang juga mengidap sikap jenis ambivalen, yakni kontradiksi antara apa yang dikatakan dan yang dilakukan. Ini merupakan ekspresi dari negativisme yang mendasarinya. Yakni perasaan marah, kecewa, benci, sedih, atas kehidupan yang dirasaknnya tidak adil di masa lalunya. Namun ia mampu menyembunyikannya secara baik.

Contoh, seorang ambivalen mungkin sangat antusias dan sangat sepakat bahwa Indonesia itu siap menjadi negara besar, layak untuk menjadi tuan rumah sebuah event taraf internasional, tapi sekaligus pesimis, anggap Indonesia gak bakal becus mengurus, bahkan untuk sekadar event di tingkat lokal sekalipun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun