Mohon tunggu...
Trifena Oktavia Chuwiarco
Trifena Oktavia Chuwiarco Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta 2021

Halo! Saya Fena, anak bungsu yang sangat suka bakso Malang!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jurnalisme Warga di Indonesia, Benarkah Menjadi Angin Segar Demokrasi?

17 Desember 2023   20:36 Diperbarui: 18 Desember 2023   20:31 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

LEBIH DALAM TENTANG JURNALISME WARGA

Jurnalisme warga sendiri memiliki berbagai istilah lain yang cukup terkenal. Beberapa diantaranya adalah grassroot journalism, alternative journalist, participatory journalism dan lain sebagainya. Pada intinya, jurnalisme warga memungkinkan adanya beragam informasi yang dikumpulkan, disusun hingga disebarkan oleh warga. Ini menjadi menarik, karena ini berarti akses terhadap penyebaran informasi kepada masyarakat kini semakin terbuka luas untuk banyak orang. 

Kemajuan ini tentu tidak terlepas seiring dengan perkembangan teknologi. Menurut Campbell (2014, dalam Eddyono, 2019, h. 6), warga dalam praktik jurnalisme terbagi menjadi dua hal yaitu jurnalisme sebagai praktik kewarganegaraan dan jurnalisme untuk kewarganegaraan. Jurnalisme untuk kewarganegaraan dilihat sebagai model klastik yang lebih berfokus pada bagaimana media menyediakan informasi yang beragam dan mencerahkan publik. Sedangkan, jurnalisme sebagai  praktik kewarganegaraan lebih melihat bahwa jurnalisme merupakan wahana bagi warga dalam menikmati informasi secara aktif. 

Semakin berjalannya waktu, jurnalisme warga ini telah memindahkan otoritas pengguna informasi dari ranah institusi ke ranah individu atau komunitas (Widodo, 2020, h.112). Bahkan, jurnalisme warga pun menjadi sumber tambahan dari jurnalis dengan menggabungkan dengan fakta yang ada. 

Namun, sayangnya jurnalisme warga memiliki beberapa kekurangan yang cukup signifikan. Beberapa diantaranya adalah terkait sumber daya yang terbilang minim dalam memberikan berita yang bisa dipercaya. Hal ini pun bukan hanya terkait skill  ataupun workshop yang harus didapatkan, namun juga koneksi dan akses ke informasi selayaknya yang didapatkan jurnalis profesional. Selanjutnya adalah pentingnya pelatihan profesional yang seharusnya didapatkan oleh jurnalis warga dalam mengumpulkan berita. Banyaknya hal-hal mendetail yang berkaitan dengan etika seharusnya diketahui oleh jurnalis warga pula (Widodo, 2020, h.67). 

Lalu saat ini, apakah masih terdapat jurnalisme warga yang eksis di Indonesia?

Tentunya ada. 

PROJECT MULTATULI SEBAGAI ANGIN SEGAR

Project Multatuli namanya. Project multatuli adalah sebuah gerakan jurnalisme publik yang membuka peluang bagi warga bahkan orang terpinggirkan untuk mengawasi kekuasaan. Project multatuli fokus dalam menyuarakan mereka yang menderita, seperti kaum miskin perkotaan, pedesaan, korban diskriminasi seksual dan gender, masyarakat adat dan ketidakadilan sistematik sejak zaman dulu (Nehe, 2023, h. 124). 

Project multatuli memperlihatkan komitmennya sebagai media yang memberikan pelayanan kepada publik, seperti adanya keterlibatan publik dalam konsep jurnalisme publik. Hal ini dapat dicapai dengan adanya sistem membership yang menekankan kolaborasi media dan berbagai organisasi dengan nilai-nilai demokrasi, kemanusiaan, keadilan sosial, keberlanjutan bumi dan lain sebagainya. 

Ini tentu menjadi angin segar yang baik untuk pemberitaan dan penyebaran informasi di Indonesia. Harapannya jurnalisme-jurnalisme warga lainnya dapat senantiasa berkembang dan menjadi pemberita ‘murni’ tanpa adanya intervensi dari manapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun