Mohon tunggu...
tri fazhilah
tri fazhilah Mohon Tunggu... Lainnya - bee

Life unseen

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru dan Praktik Pendidikan yang Membelenggu

28 Februari 2024   12:03 Diperbarui: 28 Februari 2024   14:09 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diolah pribadi via Canva.com

Bintang
'Chairil Anwar'
Aku mencintai kelas mu
Kamu membantuku 'tuk melihat
Bahwa untuk hidup bahagia
Belajar adalah kuncinya
Kamu
memahami muridmu
Kamu
perhatian dan pandai
Kamu guru terbaik yang pernah ada
Aku tahu itu dari awal kita bertemu
Aku memperhatikan kata-katamu
Kata-kata dari seorang guru sejati
Kamu lebih dari teladan terbaik
Sebagai guru, kamu adalah bintang

Puisi ini membawa aku kembali ke masa lalu, mengingatkanku kepada guru-guruku yang pernah mengiringi langkah-langkah kecil dalam perjalanan hidupku. Betapa mulianya peran mereka. Mereka tidak hanya mengajar, tetapi juga membentuk akhlak dan karakterku. Salah satu sosok yang paling berkesan adalah guru SMPku yang mengampu mata pelajaran IPS. Beliau adalah sosok yang sangat hangat dan ramah. Selalu menyapa dan bercanda ketika di luar pembelajaran, beliau juga aktif ikut serta dalam kegiatan-kegiatan di luar kelas.

Setiap kata-katanya membuatku merasa nyaman dan dihargai, seperti berada di bawah pohon yang rindang. Apresiasi-apresiasi yang beliau berikan selalu memotivasi dan mendorongku untuk terus belajar dan berusaha.Tak cukup waktu jika aku terus memujinya. Sosok guru seperti inilah yang menginspirasi dan membimbingku. Mengayunkan tangan seolah-olah menarik ku masuk ke dalam dunia pendidikan yang luas dan penuh tantangan. Pengalaman-pengalaman ini tidak hanya membentukku sebagai individu, tetapi juga menginspirasi aku untuk terus maju dan berkontribusi dalam dunia pendidikan.

Memasuki dunia pendidikan tentunya membawa tantangan tersendiri, ada banyak hal yang perlu dipelajari dan dipahami. Mulai dari mengenal karakteristik pendidikan, mengerti perkembangan peserta didik, hingga memahami berbagai metode dan pendekatan yang efektif dalam proses belajar mengajar. Ada banyak hal yang melampaui tugas sederhana memberikan ilmu kepada peserta didik. Seorang guru juga berperan sebagai pendamping, fasilitator, dan inspirator bagi peserta didik. Guru ingin memiliki kedekatan emosional dengan peserta didik, membantu mereka tumbuh dan berkembang, tidak hanya secara akademik, tetapi juga secara pribadi. Guru tak ingin peserta didiknya terbelenggu dan terjebak dalam kehidupan yang suram. Mereka berusaha untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif dan mendukung, tempat peserta didik dapat merasa aman, diterima, dan didorong untuk mencapai potensi mereka. 

Peserta didik di zaman sekarang sudah tidak relevan jika masih terbelenggu dalam proses belajarnya. Mereka membutuhkan kebebasan untuk bereksplorasi, mencoba, dan belajar dari kesalahan mereka. Mereka perlu diberi kesempatan untuk menjadi aktif dalam proses belajar mereka, bukan hanya sebagai penerima pasif informasi. Dengan begitu, mereka dapat membangun pemahaman yang lebih dalam dan keterampilan yang akan membantu mereka sukses di masa depan.

Menilik pendidikan zaman sebelum kemerdekaan, pendidikan di Indonesia masih terbelenggu dengan berbagai hal yang menyebabkan peserta didik  tidak dapat mengenyam pendidikan  dengan selayaknya. Pendidikan di zaman Belanda  tidak memberikan akses luas bagi para  pribumi untuk sekolah. Sekolah-sekolah yang didirikan oleh bangsa Belanda hanya memberi akses bagi anak-anak bangsawan, dan  anak-anak keturunan  Eropa saja. Walaupun ada anak-anak pribumi yang bersekolah, fasilitas sangat terbatas dan bahasa  penutur untuk belajar menggunakan bahasa Belanda. Hal ini  tentunya menyulitkan peserta didik anak-anak pribumi dalam  belajar kala  itu. Adapun, anak-anak  pribumi diperbolehkan sekolah hanya demi keuntungan  politik  dan  ekonomi saja.

Tak jauh berbeda dengan pendidikan zaman kolonial Belanda. Pendidikan pada masa penjajahan Jepang pun demikian. Warga pribumi diperbolehkan sekolah hanya untuk kepentingan perang dan ekonomi saja. Bangsa Jepang menginginkan para buruh yang piawai namun digaji rendah. Sebegitu mirisnya, menelaah pendidikan di masa lalu. Tentunya kita tidak ingin seperti itu lagi. Zaman sudah berubah, peserta didik harus merdeka dalam belajar. Merdeka dalam belajar artinya peserta didik beri hak dalam berpikir dan berekspresi. Seperti dalam quotes yang disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara, "Dengan adanya budi pekerti, tiap-tiap manusia berdiri sebagai manusia merdeka (berpribadi), yang dapat memerintah atau menguasai diri sendiri. Inilah manusia beradab dan itulah maksud dan tujuan pendidikan dalam garis besarnya." Artinya bahwa peserta didik dapat memperoleh pendidikan secara bebas tidak terikat oleh kepentingan tertentu seperti sebagai alat perang.

Merdeka belajar menjadi relevan diterapkan pada zaman sekarang yang diiringi dengan  perkembangan teknologi. Peserta didik dapat bebas berekspresi sesuai minatnya masing-masing. Selain itu proses pendidikan juga tidak melulu mengenai penugasan dan nilai, namun  mengenai bagaimana  kemajuan peserta didik serta apa yang peserta didik peroleh dalam belajar. Tentunya dalam prosesnya sangat membutuhkan peran guru dalam membimbing peserta didik  menjadi leih baik.  Sehingga peserta didik tidak kembali terbelenggu misalnya terbelenggu akan ketidakberanfaatan dalam menggunakan teknologi sehingga menjauh dari literasi. Budaya barat yang menjadikan budaya sendiri terasingkan  dan beragam permasalahan  di masa  kini.

Semangat guru tak boleh pudar dan  harus terus menyala dengan terang. Terutama  dalam sikap, guru harus menyontohkan sikap yang baik bagi peserta didik. Sikap sangat diperlukan karena hidup tak hanya tentang belajar dan  menggapai cita-cita.  Namun, bermasyarakat dan bertoleransi sehingga dapat menjalani tantangan-tantangan kehidupan. Hal ini juga seperti yang disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara  " Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa  dan  Tut  Wuri Handayani". Ing Ngarso Sung Tulodo artinya menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan. Ing Madyo Mbangun Karso, artinya seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat. Tut Wuri Handayani, seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Itulah salah satu semboyan  yang perlu dipegang oleh seorang guru dalam  melepas praktik pendidikan  yang membelenggu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun