Mohon tunggu...
Tri BudiYanuarto
Tri BudiYanuarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa

Berjuang dengan pena

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Keterkaitan Pola Asuh dengan Fase-fase Perkembangan Psikologi Anak

22 Oktober 2019   11:19 Diperbarui: 22 Oktober 2019   11:45 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang tua adalah individu yang paling pertama berinteraksi dengan anak. Saat sedang mengandung, seorang ibu dapat berinteraksi dengan anaknya melalui cara-cara tertentu seperti melalui ucapan-ucapan antara ibu dan bayi, usapan-usapan di perut ibu sebagai wujud kasih sayang, dan gerak-gerik bayi di dalam perut yang dapat dirasakan oleh ibu. Setelah anak lahir interaksi antara orang tua dengan anak akan lebih intensif karena tuntutan pengasuha yang mengharuskan orang tua selalu mendampingi, mengarahkan, dan membimbing setiap tindakan anak. Dalam perspektif ilmu parenting, interaksi orang tua dan anak akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologi anak.

Orang tua adalah teladan utama bagi anaknya, anak akan menduplikasi setiap perilaku yang ditunjukkan oleh orang tuanya. Sebagai contoh, jika seorang ibu selalu berkomunikasi dengan bahasa yang lembut maka dapat dipastikan sang anak juga akan berbahasa lembut juga. Contoh lainnya adalah ketika seorang ayah sering menonton pertandinga sepak bola di televisi maka sang anak juga akan mengikuti kesenangan ayahnya. Maka dapat dikatakan bahwa perilaku anak adalah cerminan dari perilaku orang tuanya.  

Perilaku orang tua tentu tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah kondisi kejiwaan atau psikologi orang tua. Kondisi psikologi orang tua secara langsung akan berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang anak, khususnya terhadap perkembangan psikologi anak. Orang tua yang memiliki kondisi psikologi yang baik dan stabil akan membuat proses pengasuhan anak berjalan sebagi mana mestinya, sebaliknya jika kondisi psikologi orang tua bermasalah maka proses pengasuhan anak akan terganggu. Dalam banyak kasus, orang tua dengan kondisi psikologi yang buruk sangat berbahaya bagi perkembangan psikologi anak, bahkan sering dijumpai kasus penganiayaan terhadap anak akibat masalah kejiwaan yang dialami oleh orang tuanya.

Orang tua dituntut untuk memiliki psikologi yang baik dan stabil, di samping itu orang tua juga harus memperhatikan perkembangan psikologi anak agar pola dan metode pengasuhan yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan anak. Kebutuhan anak terus berubah sejalan dengan  proses pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi sehingga orang tua harus jeli melihat kebutuhan-kebutuhan anak sesuai dengan fasenya. Perkembangan psikologi anak juga harus diperhatikan karena aspek psikologi sangat berpengaruh terhadap proses dan kualitas pertumbuhan dan perkembangan anak.

Salah satu aspek perkembangan psikologi anak adalah pembagian fase-fasenya atau periode perkembangan psikologi anak.Menurut Kohnstamm (1950) periodisasi peekembangan paikologi anak dibagi menjadi empat, yaitu :
1. Masa vital, yaitu dari mulai anak lahir hingga umur 2 tahun.
2. Masa estetis, yaitu dari umur 2 tahun sampai 7 tahun.
3. Masa intelektual, yaitu dari umur 7 tahun sampai 13 atau 14 tahun.
4. Masa sosial, yaitu dari umur 13 atau 14 tahun sampi 21 tahun.

Di samping apa yang telah dikemukakan di atas yang semuanya mempersoalkan periode extra uterin (periode di luar kandungan), sejumlah ahli juga menaruh perhatian kepada periode intra uterin (periode di dalam kandungan). Dalam bukunya, Psikologi Pendidikan,  Sumadi Suryabrata menyebutkan bahwa periode perkembangan psikologi anak dapat dibedakan menjadi lima, yaitu :

A. Masa Intra Uterin (Anak masih dalam kandungan)
Masa ini dimulai saat terjadi pembuahan di dalam rahim hingga sang anak lahir ke dunia. Pada masa ini memang belum terdapat proses perkembangan psikologi anak karena fisik anak belum terbentuk dengan sempurna. Perkembangan pada masa ini bersifat pematangan karena sebagian besar proses yang terjadi adalah pertumbuhan fisik dan pematangan organ-organ tubuh yang nantinya akan menjadi fisik utuh seorang manusia. Selama masih di dalam kandungan, orang tua memang tidak dapat mempengaruhi kondisi psikologi anak, tetapi orang tua, khususnya ibu dapat beeinteraksi dengan anak melalui kontak rasa, batin, dan perasaan dengan anaknya melalui hal-hal yang bersifat non fisik.

B. Masa Vital
1. Masa ini dimulai dengan kelahiran anak ke dunia. Ada beberapa hal menarik yang perlu dikemukakam mengenai kelahiran anak.

a.) Pertama adalah mengenai perbedaan antara anak yang lahir dan dilahirkan. Secara samar kedua istilah tersebut memiliki makna yang sama, akan tetapi sebenarnya memiliki perbedaan yang sangat besar. Jika seorang anak dikatakan lahir, maka anak tersebut memang sudah waktunya untuk lahir, dalam artian anak berperan aktif dalam proses kelahiran. Sedangkan jika seorang anak dilahirkan maka bisa jadi waktunya belum tepat, anak akan pasif dalam proses kelahiran. Maka akan lebih tepat menggunakan istilah lahir daripada dilahirkan.

b.) Kedua, kondisi saat seorang manusia baru lahir sangat tidak berdaya, bahkan jauh lebih tidak berdaya dari anak hewan yang baru lahir, seperti anak ayam, anak kambing, dan lain sebagainya. Namun hal ini bukan berarti manusia lebih lemah daripada hewan, manusia yang baru lahir memang sangat tidak berdaya, namun manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya agar menjadi sangat berdaya. Hal ini karena manusia memiliki potensi yang jauh lebih besar daripada hewan. Pada kondisi ketidakberdayaan ini orang tua harus mampu hadir menjadi sosok yang selalu ada untuk anaknya, mampu memenuhi segala kebutuhan anak, dan menjaga anak dengan intensif agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Kemajuan-kemajuan pada tahun pertama dan kedua
Pada masa ini kemajuan dan perkembangan anak  sebagian besar masih terbatas pada perkembangan fungsi jasmaniah sehingga penafsiran perkembangan psikologis anak didasarkan atas dasar fungsi atau perkembangan jasmaniah. Menurut  Geshel (1948), rata-rata kecakapan atau kemajuan anak pada masa ini dapat dilihat dari tiga aspek.

Pertama, penguasaan badan, aspek ini meliputi kemampuan menggunakan organ gerak seperti tangan dan kaki, serta melakukan tindakan-tindakan ringan seperti menarik pakaian atau selimut, memutar kepala, dan mengamati alat permainan yang dipegang.

Kedua, pergaulannya dengan benda-benda, hal ini berkaitan dengan kemampuan mengamati dan menggunakan benda-benda yang ada di sekitarnya seperti memandang ke jendela atau pintu, memindahkan alat mainan, dan memalingkan kepala ke arah lonceng yang berbunyi.

Ketiga, pergaulannya dengan manusia, hal ini berkaitan dengan kemampuan bersosial dengan orang-orang terdekat seperti mengikuti orang yang sedang berjalan, memanggil ayah dan ibu, serta mulai berekspresi melalui raut wajah. Pada masa ini orang tua lebih berperan dalam mengarahkan anak agar kemajuan-kemajuan yang terjadi dapat berjalan sebagai mana mestinya.

C. Masa Estetis
Masa estetis dianggap sebagai masa berkembangnya rasa keindahan akibat pemaknaan kata estetis yang berarti keindahan. Namun kata estetis yang dipakai pada masa ini memiliki arti bahwa perkembangan anak yang terjadi didominasi oleh perkembangan fungsi panca indera dan penggunaannya. Pada masa inilah akan muncul gejala kenakalan yang umumnya terjadi pada anak usia 3 sampai 5 tahun.

Bagi sebagian besar orang tua, masa ini adalah masa yang peling melelahkan dalam proses pengasuhan anak. Anak mulai bertindak sesuai pemikirannya sendiri, mulai membantah orang tua, dan mudah mengalami perubahan emosi. Orang tua harus memberikan tuntunan dan arahan agar anak yang sedang mengalami puncak keaktifan dapat dikendalikan dengan baik, sebab segala sesuatu yang terjadi pada masa ini akan berpengaruh besar terhadap karakter anak yang akan terbentuk. Kehati-hatian dalam menentukan metode pengasuhan mutlak diperlukan dengan didasarkan pada pemahaman kondisi psikologi anak. Dalam menghadapi anak yang sedang ada di masa ini lebih baik menggunakan jalan tengah, yang artinya bukan sikap yang ekstrem , baik ekstrem menekan atau ekstrem memanjakan.

D. Masa intelektual, masa keserasian sekolan
Setelah anak melewati masa estetis, proses sosialisasinya telah berlangsung dengan lebih efektif sehingga anak dianggap telah matang untuk memasuki jenjang sekolah dasar. Umur kematangan anak ini beraifat relatif dimana tidak semua anak memiliki kesamaan, namun pada umur 6 sampai 7 tahun biasanya anak sudah mengalami kematangan. Pada masa ini anak lebih mudah dididik daripada masa sebelumnya. Sebagi kelanjutan dari masa estetis, karakter anak yang terbentuk pada masa itu akan terbawa dan terus berkembang pada masa ini.

Peran orang tua pada masa ini akan dibagi dengan pihak sekolah yang artinya beban asuh orang tua akan berkurang, namun kendali orang tua terhadap anak juga akan berkurang. Akibatnya orang tua akan menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya kepada pihak sekolah sehingga orang tua akan mulai kehilangan fungsinya sebagai pengasuh anak. Orang tua hanya akan bertindak sebagai pemantau terhadap segala perkembangan yang terjadi pada anak.

E. Masa remaja

Masa remaja adalah masa transisi dari dunia anak-anak menuju kedewasaan. Karakter umum yang muncul pada masa ini adalah tentang konsep pembentukan jati diri. Menurut Ade Wulandari (2014:42) karakter yang dimiliki remaja antara lain :

1. Remaja memiliki tujuan untuk mencapai kemandirian.

2. Remaja sensitif terhadap perasaan dan perilaku yang mempengaruhinya.

3. Teman merupakan hal yang penting bagi remaja.

4. Remaja mempunyai kebutuhan yang kuat untuk memiliki.

5. Remaja memandang segala sesuatu sebagai baik atau buruk.

Dari penjelasan di atas maka dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah masa dimana anak mulai melepaskan diri dari orang tua, anak akan mulai belajar untuk mandiri dan lebih mementingkan interaksi dengan dunia luar daripada interaksi dengan orang tua dan keluarga. Menurut Ade Wulandari (2014:41-42) diperlukan pedoman yang dapat digunakan oleh orang tua dalam proses pengasuhan remaja, yaitu :

Pedoman-pedoman Terima remaja sebagai manusia biasa.

Hargai ide-ide remaja termasuk kesukaan dan ketidaksukaan, serta harapan

Biarkan remaja mempelajari sesuatu dengan melakukan, meskipun metode dan pilihannya berbeda dengan orang dewasa.

Berikan batasan-batasan yang jelas dan masuk akal.

Sadari bahwa ada kemungkinan remaja kesulitan dalam menerima gambaran ototritas dari orang tua dan dapat menolak untuk melkukan perintah tertentu.

Biarkan remaja bersosialisasi dengan remaja lain yang telah diberi pemahaman yang sama.

Hal tersebut akan sangat bermanfaat untuk menjaga agar kondisi psikologis remaja tetap dalam kondisi yang baik dan stabil. Orang tua harus hadir sebagai sosok yang dapat menjadi pendengar dan pengayom yang baik bagi remaja karena porsi kehidupan di luar keluarga lebih banyak dari porsi kehidupan di dalam keluarga.

Peran orang tua dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat tergantikan, namun orng tua terkadang tidak terlalu memperdulikan perkembangan psikologi anak. Padahal idealnya orang tua harus memahami perkembangan psikologis anaknya sesuai dengan periode yang sedang dijalani agar pola asuh yang diterapkan dapat berjalan dengan baik. Periode perkembangan psikologi anak dibagi menjadi lima, yaitu nasa intra uterin, masa vital, masa estetis, masa intelektual dan masa remaja. Periode-periode tersebut memiliki karakter tersendiri didasarkan pada perkembangan fisik dan psikologis anak. Orang tua harus mampu memilih metode pengasuhan yang terbaik sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan anak dapat berlangsung dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Suryabrata, Sumadi, 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Wulandari, Ade,KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN REMAJA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MASALAH KESEHATAN DAN KEPERAWATANNYA. Keperawatan Anak. 2.1 (2014) : 39-43. Pdf.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun