Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Essi Nomor 204: Kota Biasa Vs Kota Mega, Siapa yang Berjaya?

17 Mei 2021   07:32 Diperbarui: 17 Mei 2021   07:34 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://line.17qq.com/articles/pmmwnqwky_p2.html

Essi 204 -- Kota Biasa vs Kota Mega Siapa Yang Berjaya?
Tri Budhi Sastrio

Dengan hanya tersisa dua maka pemenang
      utamanya sudah tentu harus ada.
Yang menjadi pertanyaan sekarang siapa sih
      yang bakal berjaya di DKI Jaya,
Apakah para cowboy yang dari kota biasa atau
     cowboy pasangan kota mega?
Putaran pertama pilkada sebenarnya telah
     menunjukkan gejala dan pertanda,
Siapa yang akan berjaya jadi juara, tapi seperti
     kata pepatah, awan dan mega
Selalu simpan banyak rahasia, kapan turun hujan
     atau kapan berlalu begitu saja,
Sulit ditebak karena memang bisa berubah kapan
     saja, tergantung bayu cakra.
Yang kotak-kotak bisa saja tetap berjaya seperti
     hasil pada putaran pertama,
Tetapi adalah juga bisa si kumis melenggang
     kembali masuk balai kota mega.
Singkat kata ada banyak pintu dan jendela yang
     dipastikan tetap akan terbuka,
Hanya siapa yang mendapat dorongan agar
     langkahnya cepat seringan mega,
Tetap masih menjadi tanda tanya, apalagi debat
     terbuka peragaan keduanya,
Eh ternyata sama-sama tidak sabaran, pantang
     disindir apalagi direndah hina.
Padahal seperti kata para bijaksana, mereka
     yang tetap senyum riang gembira
Manakala lecehan dan serangan hina menerpa
     tidak hanya wajah dan telinga
Tetapi juga martabat jiwa, yang akan menerima
     berkah karunia rakyat jelata.
Sayang, keduanya sama-sama asyik membalas
     sindir cerca ... yah kok bisa?
Tetapi itulah fakta dan realita yang tentu disaksikan
     bersama warga Jakarta.

Kamis Pahing 4 Besar penangggalan Jawa,
     5 Peh Gwee penanggalan Cina,
Nasib keduanya akan segera ditentukan oleh
      tangan kanan warga ibu kota,
Ke arah mana paku pencoblos lebih banyak
     diarahkan, maka itulah hasilnya.
Jika pasangan dari kota biasa yang banyak
     memperoleh suara umpamanya,
Maka Jakarta akan segera punya banyak kampung
     deret buah karya mereka.
Jika pasangan kota mega yang berjaya, maka
     kawasan pantai utara Jakarta,
Akan segera mempunyai bendungan raksasa
     penahan gempuran laut Jawa.
Mana yang lebih tinggi urgensinya ... yah tentu saja
     sama-sama pentingnya.
Maka dari itu, siapa saja pemenangnya, mereka
     bisa laksanakan keduanya,
Kampung deret dibangun, bendungan raksasa
     juga bagus bila dimulai segera.
Singkat kata, program mereka berdua ya milik
     bersama, milik warga ibu kota.
Lalu bagaimana dengan kartu sehat bagi semua
     warga rawat inap kelas tiga?
Wah ... kalau yang ini proyek raksasa, penunjangnya
     juga harus mega dana.
Semoga saja janji yang layaknya angin surga
     ini tidak dijegal sesama kolega,
Sehingga walau dana tersedia, tetapi kalau para
     wakil warga tak seia-sekata,
Bisa saja janji mulia berakhir di mega-mega angkasa,
    hanya sedap di telinga
Tetapi tak bisa diraih oleh siapa-siapa ... yah semoga
     saja lancar dah semua.

Yang paling sulit tentu saja transportasi darat dan
     macet yang jadi ikutannya.
Dua calon sama-sama berjanji atasi kemacetan
     ibukota, sedangkan caranya?
Tidak terlalu jauh berbeda tetapi seperti yang telah
     ditunjukkan sebelumnya,
Kemacetan jelas tak mudah diurai, dikurangi,
     apalagi dihilangkan begitu saja.
Jalan terbatas, angkutan umum tak jelas, hampir
     tak terbatas jumlah pengguna,
Lalu bagaimana bisa tak macet jika tiga faktor ini
     tetap saja seperti sedia kala?
Yang ditawarkan baik yang dari kota biasa maupun
     yang dari kota nan mega
Sama-sama bisa dilaksana, hanya saja seperti
     yang telah menjadi fakta realita,
Pasti tidak semudah yang diduga, perlu waktu lama,
     hasilnya belum tentu ada.
Analisis awamnya sederhana, jalan yang terbatas
     sebagai faktor yang pertama,
Jika ingin ditambah sedikit saja, diperlukan biaya
     yang bukan main besarnya.
Mengapa? Karena memang harus naik ke udara,
     jalan layang istilah kerennya.
Pertanyaannya seberapa banyak tingkatan
     jalan layang yang bisa mengudara?
Kalau cuma dua walau mahal mungkin masih bisa,
     tetapi jika tingkatannya tiga,
Apalagi empat sampai lima, mungkin teknologinya
    ada tetapi dananya sabar ya.
Singkat kata, pada faktor pertama hanya sedikit saja
     ruang gerak yang tersedia.
Bagaimana faktor kedua, moda angkutan umum,
     apa yang besar kapasitasnya,
Atau yang kecil-kecil saja, dan juga apakah
     sama-sama harus melintas di udara?
Angkutan massal besar kapasitas memang pilihan
     utama dan otoritas pengelola
Juga penting untuk segera dibentuk dan bekerja,
     tetapi janganlah minta seketika.
Sekarang dibentuk, tahun ini juga masalah
     transportasi Jakarta beres semua.
Pasti tidak, dan pasti pula macet akan tetap akrab
     di mana-mana, hanya saja
Jika arah kebijakannya tepat guna, mungkin masa
     panca warsa jauh ke muka
Akan ada perubahan bermakna, mobilitas tetap        
     terjaga sementara macetnya
Mungkin akan sedikit berkurang sehingga banyak
     juga yang bisa bernafas lega.

Lalu bagaimana dengan jumlah pengguna yang
     rasanya banyak tak terhingga?
Ini memang yang paling pelik dari semuanya
     karena menyangkut diri manusia.
Motor dan mobilnya saja sulit dijaga, apalagi
     yang punya, susahnya tak terkira.
Realitanya kurang lebih seperti ini diorama,
     yang dari selatan bergerak ke utara,
Ya orangnya, ya mobilnya ... mereka yang
     bermukim di timur pergi ke barat daya,
Ya motornya, ya boncengannya ... yang dari tengah
     melintaslah ke mana-mana,
Singkat kata mereka laksana banteng gila saling
     melintas semua jalanan ibukota
Barat timur selatan utara, barat timur laut semua,
     barat daya sampai ke tenggara,
Lengkap sudah semua jalanan dijelajahi penduduk
     Jakarta, nah inilah anehnya.
Seandainya saja, orang selatan bekerja di selatan,
     orang utara berada di utara,
Pasti dah jalanan tengah kota akan berkurang
     bebannya, tetapi bagaimana bisa?
Lalu siapa yang mampu mengaturnya, apalagi kan
     sudah jelas mustahil namanya.
Ini manusia ... manusia yang tentu saja bebas
     memilih rumah dan tempat kerja.

Jika saja ... sayangnya memang hanya jika saja,
     separuh penduduk kota Jakarta
Bisa dibuang ke Pulau Seribu sana, mana siapa saja
     gubernurnya, pastilah bisa
Hilangkan kemacetan ibukota, kemudian yang
     separuh lagi dikirim saja ke Papua
Maka ... ha ... ha ... ha ... Jakarta cantik mempesona,
     Papua pun jadi sejahtera ...
Tetapi gubernur macam mana yang bisa laksanakan
     ini ide gila ... pasti tak ada.
Singkat kata mengurangi jumlah manusia penduduk
     Jakarta pasti hanyalah bisa
Dilakukan oleh gubernur yang dewa, yang otoritas
     dan kuasanya sampai angkasa.
Karena dua calon ini jelas bukanlah dewa, otoritas
     dan kuasanya juga biasa saja,
Maka harus dianggap percuma dan tidak mungkin
     bisa jadikan penduduk Jakarta
Tinggal seperempatnya saja ... dua belas juta ya
     dua belas juta ... tambah bisa,
Kalau berkurang begitu saja yah ... mungkin hanya
     bencana dahsyat luar biasa,
Seperti tsunami selat Sunda yang menyapu seluruh
     pantai bagian utara Jawa,
Termasuk ibukota Jakarta, yang bisa
     melaksanakannya, tetapi gaya bencana
Jelas bukan harapan manusia waras Indonesia ...
     hindarkan kami dari petaka
Dan bencana adalah inti harapan dan doa manusia
     kepada yang mahakuasa.
Jakarta akan tetap Jakarta, gubernur baru mengubah
     sedikit sudah pasti bisa,
Tetapi drastis fundamental mungkin tidak lebih dari
     sekedar harapan cita-cita.
Maka jika nanti terbukti pasangan mega kalah dari
     pasangan yang kota biasa,
Pastilah penyebab utama berkaitan sangat erat
     dengan partai pengusungnya
Yang tatto aroma korupsi pejabatnya merebak
     dan terpampang di mana-mana.
Bukan yang lainnya seperti yang telah diprediksi
     dan diramalkan sebelumnya.
 
Essi nomor 204 -- SDA18092012 -- 087853451949

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun