Essi 209 -- Ah Cartagena ... Cartagena ...
Tri Budhi Sastrio
Â
Pernah suatu ketika engkau dipanggil dengan sebutan
   Athena di Amerika,
Karena konon kabarnya di seantero benua memang
   kau yang paling sama
Dengan kota Athena tempat cerdik cendekia
   bercengkerama dalam pesta.
Tetapi adalah juga sebuah realita bahwa engkau
   pernah dinamakan juga
Sebagai kota pahlawan bangsa walau tak sama
   dengan gelaran Surabaya.
Engkau Cartagena, kota yang tidak akan pernah
   sama dengan kota buaya,
Karena bukan saja engkau terletak nun jauh di sana
   di benua yang berbeda
Tetapi juga karena lambang dan simbol kalian berdua
   amat sangat berbeda. Â
Yang satu menggunakan sura dan baya sedangkan
   dikau wahai Cartagena,
Lambangmu adalah wanita Indian muda dengan
   wajah yang rupawan jelita,
Menyandang busur dan sekantong anak panah sakti
   pemberian para dewa,
Sementara di tangan kanan sang dara jelita
   membawa bunga cenderamata
Didampingi burung dewata pembawa berita
   suka ria bernama Mariamulata.
Ah ... Cartagena ... Cartagena ... kota tujuan wisata
   yang selalu bebas visa.
Engkau adalah pintu jendela bagi benua Amerika,
  bunda kawasan Karibia,
Kota yang sandang gelaran bunda mulia
   berbentengkan tembok perkasa,
Pemegang kunci pusaka kawasan barat yang
   membentang gagah perwira,
Menjadi penanda dan pembatas banyak benua jaya
   serta samudera raya,
Benteng kerajaan dan kekaisaran yang terang
   perbawa dan kekuasaannya
Pernah hampir menguasai separuh bulatan dunia
   melintas dua samudera
Empat ribu tahun sebelum sang nabi nan besar mulia
   yang utusan surga
Datang melanglang buana membawa ajaran mulia
   tentang kasih dan cinta,
Engkau telah ada, meskipun tentang nama
   jelas-jelas barulah jadi nyata
Ketika sang penakluk dari negeri matador nun jauh
   di benua eropa sana
Datang berkunjung tidak hanya untuk mencari
   emas dan permata mulia,
Tetapi juga untuk menancapkan pengaruh dan kuasa
   dan ... yah voila ...
Lahirlah engkau sang Cartagena kota wisata
   tempat para dewi dan dewa
Bercengkerama memanjakan pria dan wanita
  penikmat rona-rona dunia,
Atas prakarsa seorang don pedro perkasa perwira
   bergelar de Heredia.
Engkau yang juga kota mulia bagi banyak penganut
   agama besar di dunia
Menyimpan banyak cerita dan peristiwa tentang
   perjuangan umat manusia,
Yang beberapa diantaranya telah diabadikan
   di dalam karya-karya sastra,
Dan dulu ketika semua cerita dan perisitiwa itu
   terus ada karena terpelihara
Oleh tradisi dan budaya, oleh filsafat dan agama,
   oleh derap geliat pariwisata,
Sekarang pun masih akan terus ada, bertambah,
   diberi rona dan diperkaya,
Bahkan oleh tertangkapnya seorang buronan
   yang istimewa dari Indonesia,
Ah ... Cartagena ... Cartagena ...! Engkau memang
   kota dewa nan luar biasa.
Sampai sekarang kisah buronan yang tertangkap
   di kotamu wahai Cartagena,
Masih genit sibuk menari dan berdansa mencoba
   ungkapan itu skandal mega,
Yang melibatkan tidak hanya para petinggi partai
   berkuasa tetapi juga istana.
Dan akan ke mana ujung semuanya ... masih tetap
   menjadi misteri dan rahasia,
Sama seperti engkau Cartagena tetap jadi misteri
   dan rahasia bagi siapa saja.
Kerling nona Indian jelita dengan rangkaian bunga
   akan diberikan pada siapa,
Belum jelas juga pemuda mana yang tepat untuk
   menerimanya atau bisa saja
Menunggu skandal mega di Indonesia terkuak
   semua ... lalu satu rahasia sirna.
Begitulah namamu tenar dan dilantang di mana-
   mana karena di sana pelaku skandal mega
Dibuat tak berdaya oleh para pemburu mafia,
   ah Cartagena ... Cartagena ...
     Â
Essi nomor 209 -- POZ11102012 -- 087853451949