Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Essi Nomor 263: Akun Ini Akan Membeku

30 April 2021   11:22 Diperbarui: 30 April 2021   11:32 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.facebook.com/photo?fbid=506067446157025&set

Essi 263 -- Akun ini Akan Membeku
Tri Budhi Sastrio

Seiring dengan berjalannya waktu, akun ini pasti akan membeku,
Karena engkau pergi untuk bersatu dengan Sang Mahapenentu.
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, kata kami dulu.
Hidup kemudian mati, sudah tentu, ibarat semilirnya lembut bayu.
Manusia memang suka datang dan pergi seiring berlalunya waktu,
Kadang tidak perduli walau di rumah ada banyak yang menunggu.
Yah ... misteri datang dan pergi ini memang sudah ada sejak dulu,
Banyak yang heran terkesima disertai tanya - apa sih yang dimau
Sang Mahapenentu jika setelah memberi hidup eh ... mati ditentu?
Tetapi itulah kehendakMu dan akhirnya semua pasrah menunggu.
Kapan datang kapan tiba, bagaimana dan seperti apa, siapa tahu.
Misteri akan terbuka kala tiba waktu, dan kami kadang termangu,
Benar-benar tidak tahu, komentar macam apa paling tepat diseru.
Duh ... Sang Mahapenentu, tidak terbilang berapa anak-anakMu
Mencoba menggali dan memahamiMu, cari tahu apa kehendakMu
Walau pada akhirnya semua menyerah laksana tiba di jalan buntu.

Masih teringat dengan amat jelas kejadian berapa bulan yang lalu,
Kala itu pengumuman dari negara belum secara resmi diberitahu,
Tetapi engkau antusias menjawab bahwa sudah ada yang dituju.
Bandung, katamu, lalu satu nama perguruan tinggi disebut, kaku.
STISI Telkom, eh, apa itu, dengan susah payah dibaca catatanmu
Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain Telkom, katamu malu-malu.
Tentu ... tentu ... jangankan mahasiswa, kami yang jelas jadi guru
Ikut tersipu malu, bagaimana sih menjelaskan bagi yang ingin tahu
Bahwa STISI itu Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain, bikin malu.
Apa yang membuat nama singkatan yang tak tahu apa yang dimau
Atau kami yang membaca yang memang perlu meningkatkan ilmu?
Yang jelas memang itu namanya itu singkatannya, aduh siapa tahu.
Lalu ... pasti ia berbunga-bunga ketika semua yang lolos diberitahu.
Bandung, Indonesia, kota indah di khatulistiwa sedang menunggu.
Itu beberapa bulan yang lalu, kini kami menunggu sambil termangu,
Ceria ke Indonesia, duka ke Polandia ... tetapi jika ini kehendakMu,
Lalu kami bisa apa kecuali menundukkan kepala sambil lirih berseru
Terjadilah pada kami semua kehendakMu wahai sang Mahapenentu.

Engkau pasti tidak akan menambah apa-apa pada akunmu, Gosia.
Tetapi sebelum benar-benar membeku, teman dan sahabatmu bisa.
Yang satu bisa berkata begini, yang satu bisa berkata begitu, nona.
Biarlah kami bercengkrama dan bercanda ria walau sejenak di sana,
Sambil mengintip apa saja yang ada, lalu menambah yang kami rasa.
Empat buku tulisan tiga pengarang tampaknya pernah engkau baca,
Sementara para pembalap dan pemain sepak bola, termasuk Iniesta,
Engkau suka ... buktinya mereka ada di akunmu, dan ini boleh juga.
Kelompok yang mengundangmu juga ada tiga, tak banyak jumlahnya,
Tapi menilik usia masih belia, juga mungkin engkau tidak terlalu suka
Bermain-main di dunia maya, tentu saja ini benar-benar tidak apa-apa.
Sahabat dua ratus dua puluh tiga, dan prestasimu selain mahasiswa
Penerima beasiswa pemerintah Indonesia, juga proklamator perdana.
Tahukah engkau tentang ini nona, ... ya tentang Proklamasi Bahasa?
Jika belum bagaimana kalau sekarang saja disempatkan membaca?

15 Oktober 2013 Proklamasi Bahasa telah diunggah ke dunia maya,
Engkau memang diundang langsung penggagasnya dan karenanya
Jadilah engkau proklamator perdana, bagaimana ... terlalu tinggi ya?
Tidak apa dan walaupun engkau tidak memberi tanggapan apa-apa
Tetap saja label pemberian dunia maya ini akan melekat selamanya.
28 Oktober 2013 ketika Proklamasi Bahasa selesai dikenalkan dunia
Firasat dan tanda belum ada, tapi hanya selang dua hari setelahnya,
Sebuah berita, juga melalui dunia maya mengejutkan kami semua.
Engkau ternyata berpulang selamanya dan kala unggahan ini berita
Ada di tautan Proklamasi Bahasa datangl banyak ucapan dukacika
Disampaikan rekan  kolega yang sama-sama proklamator perdana.

Engkau mungkin belum berbuat apa-apa nona, tapi jika seandainya
Dari sana, sempat membaca ekspresi kolega yang masih di dunia
Silahkan tersenyum karena walau tak sempat jumpa di dunia nyata,
Tapi di dunia maya kita semua teman dan sahabat serta bersaudara.
Apalagi eh, ini rahasia ya ... kami juga jelas belum lakukan apa-apa,
Kecuali bicara, mengunggah rasa, kembali bicara, lalu kembali rasa.
Ha ... ha ... ha ... bagaimana? Hebat kan kita yang masih di dunia?
Sekarang tiba waktunya akhiri catatan singkat lalu mengunggahnya.
Pertama ke akunmu, lalu ke akun Proklamasi Bahasa, biarlah dibaca
Oleh mereka yang berkenan membaca agar kenangan pada Gosia
Tak cepat pudar ditelan masa dan jika andkata catatan ini nantinya
Menjadi catatan terakhir yang akan membeku bersama akunmu nona,
Biarlah akunmu sesaat cair kembali kala ada yang sempat membaca,
Karena memang bukankah itu, fungsi utama sebuah catatan sastra?

Essi nomor 263 -- POZ01112013 -- 087853451949

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun