Essi 186 -- Rapat Darurat di Karet Tengsin
Tri Budhi Sastrio
Ya ... jadi bagaimana, kata seorang berperawakan
   kecil mungil tidak gembira
Perawakan memang kecil mungil tetapi semangat
   dan wibawa laksana surya,
Berpendar terang dan memancar ke mana-mana
   pertanda bahwa si dianya
Memang cocok jika diangkat menjadi panglima,
   dan semua tunduk padanya.
Apakah harus mengadu, bertindak sendiri, atau
   harus bagaimana, lanjutnya,
Keadaan memang semakin tak menyenangkan,
   gangguan langsung tidak ada
Tetapi yang tidak langsung ... wow ... banyaknya
   memang amat tidak terkira.
Coba bayangkan ratusan orang tiba-tiba buang
   air kecil di tempat yang sama
Belum lagi buang-buang lainnya, bahkan yang ada
   nun jauh di bawah sana,
Tetap saja risih, terganggu, tidak nyaman, dan ...
   ini yang paling terasa nista,
Bagaimana kebanggaan, harga diri, martabat, para
   penghuni yang sudah lama
Menempati tempat yang aman, luas, nyaman, dan
   tenteram, terusik karenanya.
Semua yang ditanya hanya bisa saling pandang
   tidak tahu harus berkata apa.
Jumlah mereka memang lebih banyak, tetapi karena
   alam yang jelas berbeda,
Membuat rasa terhina masih bisa diterima walau
   tentu tak bisa berlama-lama.
Kalau kalian semua setuju hal ini dibiarkan saja,
   yah ... aku harus bilang apa,
Ayo dibiarkan saja toh pada akhirnya nanti mereka
   ini pasti angkat kaki juga.
Tiba-tiba seseorang angkat tangan ke udara,
   jelas sekali dia ingin berbicara.
Wajahnya sudah tidak muda, tetapi tetap jelas
   tampak betapa tampannya dia.
Ya ... kata sang panglima sambil tersenyum lega,
   karena akhirnya ada juga
Yang berani angkat bicara ... silahkan kemukakan
   saja pendapat saudara.
Saya hanya ingin mengusulkan satu hal yang
   sederhana, kata yang bicara,
Kita biarkan saja mereka, toh nanti kalau tiba
   masanya, mereka ke luar juga,
Dan tentunya kawasan milik kita akan damai
   dan tenang seperti sedia kala.
Lho ... ini kan sama dengan apa yang kukata,
   wah tidak menyimak dia ...
Hening hanya sekejab saja, karena belum sempat
   panglima angkat bicara,
Seorang wanita di pojok sana angkat bicara tanpa
   perlu meminta ijin segala.
Wah tidak bisa ... enak aja ... Â yang di tengah
   memang bisa begini bicaranya
Karena jelas bukan kepala atau badan kalian
   yang sering dikencingi mereka,
Tetapi aku yang berada di pojok sini ... bah ...
   entah berapa kali sejamnya
Harus merasakan guyuran siraman tirta ammonia,
   bah ... pesing dan baunya,
Karenanya tindakan tegas, jelas, tuntas harus
   diambil dengan sangat segera.
Lagi pula kalau hal semacam ini dibiarkan berlarut-
   larut serta berlama-lama,
Bisa-bisa semua penghuni digusur tidak bersisa
   dan berdirilah rumah mereka.
Sang panglima angguk-anggukan kepala, pendapat
   ini jelas ada benarnya.
Bukankah mereka dulu juga sering melakukan hal
   yang sangat persis sama.
Asal ada peluang, yang namanya lahan atau tanah
   kosong pasti diembatnya.
Padahal jelas-jelas itu lahan ada pemiliknya,
   tetapi jika jumlah penyerobotnya
Menjulang tinggi ke angkasa... ha ... ha ... ha ...
   jelas tak mudah mengusirnya.
Ada pendapat lainnya ... dan semua pada akhirnya
   angkat bicara, hanya saja
Setelah dipilah-pilah ya hanya ada dua, yang setuju
   dan tidak kata akhirnya.
Karena wacana demokrasi juga telah dibawa ke alam
   sana, voting akhirnya,
Dan hasilnya ... menang juga yang setuju guna
   membiarkan untuk sementara.
Baiklah, kata sang panglima akhirnya, tunggu saja
   lahan ini kembali untuk kita,
Karena konon kabarnya di Metro Manila hal serupa
   juga sudah terjadi di sana.
Â
Essi nomor 186 -- SDA09082012 -- 087853451949
Â