Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Essi Nomor 186: Rapat Darurat di Karet Tengsin

13 April 2021   13:12 Diperbarui: 13 April 2021   13:21 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: wallpaperbetr.com

Essi 186 -- Rapat Darurat di Karet Tengsin
Tri Budhi Sastrio

Ya ... jadi bagaimana, kata seorang berperawakan
     kecil mungil tidak gembira
Perawakan memang kecil mungil tetapi semangat
     dan wibawa laksana surya,
Berpendar terang dan memancar ke mana-mana
     pertanda bahwa si dianya
Memang cocok jika diangkat menjadi panglima,
     dan semua tunduk padanya.
Apakah harus mengadu, bertindak sendiri, atau
     harus bagaimana, lanjutnya,
Keadaan memang semakin tak menyenangkan,
     gangguan langsung tidak ada
Tetapi yang tidak langsung ... wow ... banyaknya
     memang amat tidak terkira.
Coba bayangkan ratusan orang tiba-tiba buang
     air kecil di tempat yang sama
Belum lagi buang-buang lainnya, bahkan yang ada
     nun jauh di bawah sana,
Tetap saja risih, terganggu, tidak nyaman, dan ...
     ini yang paling terasa nista,
Bagaimana kebanggaan, harga diri, martabat, para
     penghuni yang sudah lama
Menempati tempat yang aman, luas, nyaman, dan
     tenteram, terusik karenanya.

Semua yang ditanya hanya bisa saling pandang
     tidak tahu harus berkata apa.
Jumlah mereka memang lebih banyak, tetapi karena
     alam yang jelas berbeda,
Membuat rasa terhina masih bisa diterima walau
     tentu tak bisa berlama-lama.
Kalau kalian semua setuju hal ini dibiarkan saja,
     yah ... aku harus bilang apa,
Ayo dibiarkan saja toh pada akhirnya nanti mereka
     ini pasti angkat kaki juga.
Tiba-tiba seseorang angkat tangan ke udara,
     jelas sekali dia ingin berbicara.
Wajahnya sudah tidak muda, tetapi tetap jelas
     tampak betapa tampannya dia.
Ya ... kata sang panglima sambil tersenyum lega,
     karena akhirnya ada juga
Yang berani angkat bicara ... silahkan kemukakan
     saja pendapat saudara.
Saya hanya ingin mengusulkan satu hal yang
     sederhana, kata yang bicara,
Kita biarkan saja mereka, toh nanti kalau tiba
     masanya, mereka ke luar juga,
Dan tentunya kawasan milik kita akan damai
     dan tenang seperti sedia kala.
Lho ... ini kan sama dengan apa yang kukata,
     wah tidak menyimak dia ...
Hening hanya sekejab saja, karena belum sempat
     panglima angkat bicara,
Seorang wanita di pojok sana angkat bicara tanpa
     perlu meminta ijin segala.
Wah tidak bisa ... enak aja ...  yang di tengah
     memang bisa begini bicaranya
Karena jelas bukan kepala atau badan kalian
     yang sering dikencingi mereka,
Tetapi aku yang berada di pojok sini ... bah ...
     entah berapa kali sejamnya
Harus merasakan guyuran siraman tirta ammonia,
     bah ... pesing dan baunya,
Karenanya tindakan tegas, jelas, tuntas harus
     diambil dengan sangat segera.
Lagi pula kalau hal semacam ini dibiarkan berlarut-
     larut serta berlama-lama,
Bisa-bisa semua penghuni digusur tidak bersisa
     dan berdirilah rumah mereka.

Sang panglima angguk-anggukan kepala, pendapat
     ini jelas ada benarnya.
Bukankah mereka dulu juga sering melakukan hal
     yang sangat persis sama.
Asal ada peluang, yang namanya lahan atau tanah
     kosong pasti diembatnya.
Padahal jelas-jelas itu lahan ada pemiliknya,
     tetapi jika jumlah penyerobotnya
Menjulang tinggi ke angkasa... ha ... ha ... ha ...
     jelas tak mudah mengusirnya.
Ada pendapat lainnya ... dan semua pada akhirnya
     angkat bicara, hanya saja
Setelah dipilah-pilah ya hanya ada dua, yang setuju
     dan tidak kata akhirnya.
Karena wacana demokrasi juga telah dibawa ke alam
     sana, voting akhirnya,
Dan hasilnya ... menang juga yang setuju guna
     membiarkan untuk sementara.
Baiklah, kata sang panglima akhirnya, tunggu saja
     lahan ini kembali untuk kita,
Karena konon kabarnya di Metro Manila hal serupa
     juga sudah terjadi di sana.
 
Essi nomor 186 -- SDA09082012 -- 087853451949
 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun