Tanpa disadari si Perwira Mesin mundur selangkah. Wibawa seorang Komandan Kapal Perang tidak akan luntur cuma karena beberapa tindakan semacam itu.
"Kami sadar, Komandan!" Perwira Mesin mencoba menghilangkan getaran dalam suaranya.
"Juga dengan hukuman yang akan kalian terima?"
"Ya."
"Bagus! Sekarang apa mau kalian?"
"Batalkan perintah Komandan untuk menjalankan Kapal Perang ini dengan kecepatan maksimum yang sesungguhnya."
Beberapa saat Letkol Haryono menatap anak buah di depannya, juga yang lainnya. Matanya yang setajam pisau lipat berkelebat mengiris semua keberanian mereka yang hadir di ruangan itu.
"Kalian semua," katanya kemudian dengan desisan tajam, setajam pisau belati terbuat dari baja, "Kuberi waktu dua menit untuk berpikir. Tarik semua perlakuan kalian terhadap seorang Komandan Kapal Perang yang sah dan segera minta maaf. Akan dipertimbangkan membekukan peristiwa yang sebenarnya tidak bisa ditolelir ini. Ingat, cuma dua menit atau kalian semua akan menyesal!"
Kemudian, tetap dengan sikapnya yang sekokoh karang, Letkol Haryono meletakkan kedua tangannya ke belakang badannya dan pandangannya tertuju ke langit-langit kamar mesin. Semua yang ada di ruangan itu sepertinya sama sekali tidak dipandang sebelah mata.
Bagaimana dengan Perwira Mesin dan seluruh anak buahnya?
Mereka tergugu! Kali ini benar menubruk tembok! Mereka kenal siapa Komandan tetapi sedikit pun tidak pernah diduga kalau Komandan jauh lebih keras dari karang terkeras sekali pun.