"Saya juga berharap demikian, pak!" kata Letnan Kolonel Haryono tidak kalah lirihnya seakan-akan khawatir didengar orang lain. "Tetapi ...."
Duta Besar menggerutkan kening mendengar kata "tetapi" yang tidak dilanjutkan. Letnan Kolonel Haryono tentu saja tahu kerutan kening itu.
"Tetapi musuh telah mengerahkan kekuatan Angkatan laut mereka," Letnan Kolonal Haryono melanjutkan.
Duta Besar mengangguk. Laporan yang diterima dari Kementerian Luar Negeri memang menyebutkan begitu.
"Jadi tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali harus berbuat yang sama," Letnan Kolonel Haryono melanjutkan. "KRI Nagasasra belum sempurna betul pengerjaannya tetapi atas desakan kita pemerintah Jerman Barat mau menyerahkan!"
"Anda tentu diperintahkan langsung berlayar, bukan?"
"Benar, pak!"
"Selamat bertugas, Letnan Kolonel. Doa saya dan seluruh rakyat Indonesia di sini bersama anda!"
"Terima kasih, pak!"
Lebih awal dari jadwal yang ditentukan akhirnya halauan KRI Nasasasra mulai mengiris air. Kapal perang modern itu berlayar dengan megah dan anggun. Letnan Kolonel Haryono berdiri di anjungan perwira dengan sikap sempurna. Darah terasa mengalir semakin kencang. Semangat bergelora ingin segera sampai ke tempat tugas untuk membuktikan dan mencoba kecanggihan kapal perang modern ini.
Perlengkapan navigasi benar-benar mutakhir. Sistem senjata juga sulit untuk dibayangkan. Mampu menghadapi lawan di udara, di permukaan laut, maupun di dalam laut. Kapal perang seampuh dan semodern ini cuma dimiliki oleh negara raksasa dan adidaya, tetapi sekarang Indonesia sudah memiliki, meskipun baru satu.