Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Essi Nomor 312: Penyamun Ketiga dari Riau

6 Desember 2020   07:33 Diperbarui: 6 Desember 2020   07:35 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://society6.com/product/liar-jm6_print

Essi no. 312 - Penyamun Ketiga dari Riau

Walau dahulu hanyalah guru agama, tetapi si bandot tua
Benar-benar hebat luar biasa, ya bicaranya ya gayanya,
Kala bicara depan media lagak dan gaya bak penguasa
Penentu hitamnya dosa, putihnya pahala, semua warga.
Yang juga luar biasa dana penopang guna samar dosa.
Bermilyar-milyar disedia guna mengurai belitan perkara
Yang konon sudah lama masuk ke markas bhayangkara.
Pasti penyamun yang satu ini tentulah sangat kaya raya
Atau korupsi belum terkuak jadi ya aman-aman sejahtera.
Sekarang kala tangan berbisa sang mantan guru agama
Terjerat jala dewa yang khusus dipintal bagi para durjana
Ha ... ha ... ha ... segera akan terkuak dosa di balik gaya.
Ya bandotnya ya koruptornya, ya dustanya ya malingnya.
Memang hari ini belum jelas belangnya, tapi catatan KPK
Mereka yang tertangkap basah tentu berakhir di penjara.
Si bandot tua berbisa, pasti setelah ini, ada banyak dusta
Diumbar ke mana-mana, seakan-akan dia itu korbannya.
Dia yang difitnah-lah, dia yang diperas-lah, singkat kata
Bukan dia orang jahatnya, tapi si nona bahkan juga KPK,
Bahkan juga si pemberi suap, bahkan juga rakyat jelata.
Bah memang itulah biasanya, dasar bandot tua pendusta.

Tentang tangkap tangan, paling tidak ada 2 milyar dana,
konon disediakan oleh si Manurung penggemar olahraga.
Yah ... tentu dari ini marga ada peraih medali emas jaya,
Kalau tidak mana mungkin cabang gulat dijadikan nama.
Gulat Medali Emas Manurung ini tersangka penyuapnya
Dan si bandot penyamun tua jadi tersangka penerimanya.
Hanya saja seperti yang ramai lalu lalang di dunia maya,
Pasti tak cuma itu saja rona jahat yang ada dalam kepala
Karena konon sejak jadi yang pertama di Rokan Hilir sana
Aroma perompak uang negara menyebar ke mana-mana
Hanya entah mengapa sang ular tua berbisa sampai juga
Ke tahta utama area yang kaya sawit melimpah batu bara.
Entah memang sakti mandraguna, entah memang digdaya
Yang jelas aroma dusta lama selalu dibuat mentah jadinya.
Tetap bebas aman sejahtera, sampai akhirnya lewat gulat
Tertangkap juga sang dusta lalu akhirnya resmi tersangka.

Harapan sederhana dari mereka yang sempat ikuti berita,
Si bandot tua segera sadar dan putuskan untuk bercerita.
Bercerita semua yang ada, jujur apa adanya tanpa dusta.
Jika ini berani dilakukan, maka jalan mulus lebar terbuka.
Yang menyidik lega, tersangka pun akan jauh lebih lega.
Untuk apa memasang tabir sutra jika dusta benderanya?
Untuk apa memasang layar mega jika dosa masalahnya?
Lepas tabir gulung layar, ayo tobat kemudian buka semua.
Berapa wanita tua muda jadi korban hasrat nan membara,
Berapa banyak pengusaha diminta sedia membayar dana,
Berapa kali selewengkan dana dari negara untuk keluarga,
Berapa banyak program dirancang dan korupsi basisnya?
Ayo, jangan berlama-lama, toh pada akhirnya sama saja.
Tetap akan berlama-lama di lantai penjara sesali semua.

Dari rentetan para penguasa bumi mineral dan batu bara
Engkau yang ketiga setelah dua pendahulu ya sama saja.
Menggaruk dana negara, merompak anggaran via swasta.
Cuma yang mengherankan, mengapa tidak jera-jera juga?
Bukankah banyak contoh, yang begini pasti disadap KPK?
Jadi pasti ada hal penting lain yang dorong si bandot tua,
Tetap nekad datang ke ibukota guna cari tambahan dana.
Memang banyak asumsinya tapi yang paling dekati fakta,
Pasti masalah wanita yang ditangani mabes bhayangkara.
Balik lapor sebagai korban fitnah memang sudah diusaha
Tetapi hati kecil sang bandot tua tentulah bersuara beda,
Korban fitnah apa ...?  Memangnya bukan si wanita juga
Yang akan sandang aib di mana-mana akibat ini perkara?
Amat kecil peluang si wanita memfitnah dengan sengaja,
Peluang tentu bisa, tapi menilik laporan susulan yang ada
Ternyata sebelumnya banyak wanita alami hal yang sama
Maka alih-alih lebih percaya pada argumen si bandot tua
Bahwa dialah korban fitnah, rasanya orang waras sedunia
Jauh lebih percaya pada kesaksian para wanita korbannya.

Inilah sisi gelap orang berkuasa yang memang miring jiwa.
Jika bukannya sombong ya arogan angkuh semena-mena.
Mengakui salah dan dosa bak larangan keras bagi mereka
Pantang dilakukan selama masih ada daya guna berdusta.
Dulu pernah ada ujar-ujar bahwa setiap pria bijak dewasa
Hendaknya waspada pada yang tiga, tahta, harta, wanita.
Karena ingin berkuasa, semua cara dianggap wajar saja.
Lalu setelah berkuasa, harta giliran dikejar sekuat tenaga.
Lalu setelah harta luber ke mana-mana, wanita targetnya.
Dalam realita mungkin tidak berurutan serta persis sama
Karena ketiganya bisa buat manusia buta bersama-sama.
Satu saja dapat menimbulkan malapetaka dan bencana,
Apalagi jika tiga-tiganya dijadikan pedoman hidup utama
Seperti yang mungkin jadi cita-cita si bandot tua angkara?
Pada mulanya mungkin saja memang tak terjadi apa-apa,
Tapi cepat atau lambat pasti muncul bencana dan petaka.
Telah banyak contohnya, dan si penyamun dari Sumatera
Ikut menambah panjang deretan daftarnya, yah bodohnya.

Hanya saja seperti dalam ajaran nabi nan mulia dari surga
Maaf ampunan ada serta layak diberikan pada siapa saja.
Penyamun dari Sumatera mungkin jengkelkan kita semua,
Tetapi tobat dan pengakuan dosa, lalu sikap utama ksatria
Membuka semua tanpa dusta, pantas guna diapresiasi juga.
Salah dan dosa mungkin telah terlanjur dicatat dengan tinta
Tetapi tobat penyesalan dan niat guna balik ke jalan utama
Harus didukung oleh siapa saja, maka ayo kita sambut dia
Jika karena ini peristiwa, walau sisa hidup jelas tidak lama,
Satu pendosa kembali berani meniti jalan utama dari surga.
Sayur mentimun biji ara, memang penyamun dari Sumatera
Buat pekedel pedas rasa, ia buat jengkel seluruh Indonesia.
Tapi ayo makan bersama, karena maaf selalu ada tersedia.

Tri Budhi Sastrio -- Essi 312 -- SDA30092014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun