Mohon tunggu...
Trian Ferianto
Trian Ferianto Mohon Tunggu... Auditor - Blogger

Menulis untuk Bahagia. Penikmat buku, kopi, dan kehidupan. Senang hidup nomaden: saat ini sudah tinggal di 7 kota, merapah di 5 negara. Biasanya lari dan bersepeda. Running my blog at pinterim.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Dari Nabi Yunus hingga Mitch Albom

3 Mei 2021   22:53 Diperbarui: 3 Mei 2021   23:15 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Setiap kisah anak manusia memiliki hikmah yang menyertainya. | Dok. pribadi

Tepat kurang tiga hari sebelum datangnya azab yang diperingatkan melalui wahyu, Nabi Yunus menyeru kepada kaumnya, "Hai, Kaumku, bertaubat lah kalian dari perbuatan sia-sia, dan berserah diri lah kepada Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu."

Kaum Nabi Yunus bergeming, dan melanjutkan cara hidup penuh dengan kesesatan dan ketergantungan kepada selainNya.

Esok harinya, Nabi Yunus mengulanginya lagi, "Hai, Kaumku, berhenti lah melakukan perbuatan yang tidak diridhoi oleh Allah. Berbuat baiklah untuk kehidupan akhirat kalian."

Kaum Nabi Yunus masih tidak berubah. Mereka masih menganggap seruan itu angin lalu saja. Mereka masih melanjutkan kebiasaan-kebiasaan lama yang jauh dari adab yang baik.

Mendapati kenyataan ini, Nabi Yunus tidak tabah hati menghadapi kaumnya. Ia kemudian minggat tanpa permisi meninggalkan kaumnya yang semakin lama semakin dalam kesesatan.

Dalam perjalanan minggatnya ini, Nabi Yunus harus mengendarai perahu beserta rombongan besar lainnya menuju negeri seberang. Sial belaka, terpaan badai dan ombak besar membuat perahu linglung dan hendak tenggelam. Berdasarkan kepercayaan masyarakat saat itu, untuk menyelamatkan seluruh isi perahu, harus mengorbankan salah satu penumpang. Rela diceburkan ke laut sebagai tumbal.

Diundi satu kali, keluar nama Nabi Yunus. Diundi dua kali, masih nama yang sama. Diundi ketiga kalinya, masih nama Nabi Yunus yang muncul. Maka, semua penumpang, dan termasuk Nabi Yunus harus sepakat bahwa Ialah yang harus diceburkan sebagai 'ruwat' agar seluruh penumpang lainnya selamat.

Para ulama menafsirkan kejadian ini sebagai sanksi atas minggatnya Nabi Yunus meninggalkan kaum yang masih tersesat. Padahal belum ada perintah hijrah dari Allah SWT.

Nabi Yunus kemudian dijadikan santapan ikan paus di lautan. Atas kehendak Allah, perut ikan besar itu menjadi masjid yang dijadikan oleh Nabi Yunus tempat bersujud dan bertafakur merenungi kesalahan yang baru saja Ia lakukan.

Sehari sebelum diserukan akan ada azab, masyarakat yang ditinggalkan Nabi Yunus tadi mulai sadar bahwa tidak ada lagi yang memberikan peringatan seperti halnya kemarin-kemarin. Merasa ada yang janggal, diintipnyalah bilik rumah Nabi Yunus, ternyata mereka mendapati Sang Nabi sudah tidak ada di tempat. Kabar ini sontak membuat gempar kampung tersebut.

Meski masyarakat sering tidak menggubris seruan Nabi Yunus, mereka tetaplah menaruh hormat kepadanya karena akhlak yang baik. Menyaksikan bahwa salah satu tokoh masyarakat yang dikenal jujur itu telah minggat, hati mereka pun akhirnya bergetar. Ketakutan bahwa bisa jadi esok memang benar azab akan datang.

"Yunus sudah tidak ada di rumahnya. Mungkin Ia hendak menyelamatkan diri karena sesuai dengan seruannya kemarin, esok akan ada azab dari Tuhan." seru salah satu penduduk ke penduduk lainnya.

Ketakutan dengan kenyataan ini, mereka pun kemudian berbondong-bondong bertaubat dan berpasrah diri hanya kepada Allah. Bertekad meninggalkan kemaksiatan dan memperbaiki akhlak.

Esok hari pun datang, dan azab yang diserukan Nabi Yunus benar-benar tidak terjadi karena mereka telah bertaubat sesuai dengan anjuran Nabi.

Di lain tempat di lain waktu, Nabi Yunus akhirnya diampuni oleh Allah. Ia 'dikeluarkan' dari perut ikan paus karena telah bertaubat atas kesalahan meninggalkan kaumnya. Masih merasa bersalah, Nabi Yunus kemudian kembali ke tempat kaumnya sambil mencari kabar berita dari orang-orang yang ditemuinya di sepanjang jalan, "Apakah telah terjadi bencana dan azab di tempat saya berasal?"

Beragam potongan kabar yang menghampiri Nabi Yunus sampai pada kesimpulan bahwa tidak pernah ada bencana di tempat kaumnya. Makin ciut hati Nabi Yunus. Merasakan salah dobel-dobel. Sudah pergi meninggalkan kaumnya, hal yang diperingatkannya pun urung terjadi.

Merasa malu, namun masih harus bertanggung jawab kembali ke kaumnya, Nabi Yunus pun menyaru dan diam-diam memasuki kampung asalnya. Ia takut dan malu pada kaumnya.

Sementara di sisi lain, kaum yang pernah ditinggalkannya itu juga mencari-cari Nabi Yunus. Ingin berbaian dan berterima kasih karena peringatannya benar, dan mereka kini telah bertaubat tersebab peringatan tersebut yang akhirnya mengurungkan azab terjadi di kampungnya.

***

Fragmen kejadian ini adalah gambaran kisah Nabi dan kaumnya. Kesalahan Nabi pun, tetap mengandung hikmah dan memunculkan jalinan cerita penuh pelajaran.

Namun sebagai pribadi yang serba terbatas, kita seringkali hanya mampu melihat realita semu sebatas wawasan dan anggapan kita belaka. Yang bisa jadi sering kurang komprehensif dan malah cenderung salah.

Kisah ini mengajarkan pada kita bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini tidak lepas dari aturan yang Tuhan gariskan. Dan setiap kejadiannya itu muncul karena suatu alasan yang kadang kita tidak tahu, bahkan tidak perlu tahu.

Gambaran apik atas kisah semisal ini dapat kita temukan dalam buku "The Next Person You Meet in Heaven" karya Mitch Albom. Jalinan cerita yang terjadi dan menghampiri tiap-tiap manusia adalah beralasan dan saling terkait satu sama lain. Kita seringkali tidak pernah tahu alasannya mengapa itu terjadi. Bahkan untuk hal-hal 'sial' semisal yang dihadapi Nabi Yunus tadi.

Yang dibutuhkan hanyalah prasangka baik, ketabahan hati menghadapi setiap episode hidup, dan sadar akan adanya skenario besar yang berjalan atas rancangan Tuhan.

Sekali lagi, kita tak pernah tahu, yang terpenting adalah berikhtiar sepenuh hati, memohon ampun jika melakukan kesalahan, dan yakin saja bahwa semua yang terjadi selalu ada hikmah dan alasannya.

Pertandingan sepak bola perlu waktu dua kali 45 menit untuk mengetahui hasil akhirnya. Sebelum peluit akhir ditiup, rasanya memang belum pantas memutuskan bahwa kita sedang kalah atau menang. 

Meskipun kita dalam posisi tertinggal, sebelum tiupan sangkakala berbunyi, semua bisa terjadi. Dan hanya kepada Allah lah berpasrah diri. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun