Mohon tunggu...
Trian Ferianto
Trian Ferianto Mohon Tunggu... Auditor - Blogger

Menulis untuk Bahagia. Penikmat buku, kopi, dan kehidupan. Senang hidup nomaden: saat ini sudah tinggal di 7 kota, merapah di 5 negara. Biasanya lari dan bersepeda. Running my blog at pinterim.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ini Cara Saya Mendidik Anak Perempuan

7 April 2021   04:39 Diperbarui: 7 April 2021   07:30 2036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak sedang belajar menggambar dan mewarnai. Sumber: Piqsel.com

"Siapa yang memiliki anak perempuan, dia tidak membunuhnya dengan dikubur hidup-hidup, tidak menghinanya, dan tidak lebih mengutamakan anak laki-laki, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga," - Kanjeng Nabi Muhammad SAW

Sejak awal saya menanamkan pada diri sendiri, bahwa anak adalah titipan yang 'kebetulan' dilahirkan di keluarga kami. Dia memiliki takdirnya sendiri. Berikut dengan segala potensi, bakat, minat, dan apapun itu namanya yang sudah terinstall di dalam dirinya. Kami namakan sebagai fitrah.

Kami (saya dan istri) hanya memerankan diri sebagai guru yang baik. Dan guru yang baik menurut saya bukanlah orang yang mengajari, tapi dia yang menemani muridnya menjalani takdirnya sendiri. Dia yang selalu menjadi teman di kala murid bertemu dengan ilham-ilham yang diberikan Tuhan dalam setiap perjalanan hidupnya.

Termasuk dua anak perempuan saya. Satu berumur menjelang 6 tahun bernama Filosofi, dan adiknya berumur dua tahun lebih bernama Aksara.

Sebelum anak lahir, saya sudah belajar. Dan setelah anak lahir, saya makin dituntut untuk belajar. Jadi sayalah sebagai orang tua yang 'berkejar-kejaran' dengan anak saya untuk terus belajar. 

Cara belajar itu bisa dari berdiskusi, menghadiri pertemuan, mendengar, dan membaca. Membaca, baik yang kasat mata maupun yang tak kasat mata.

Membaca tak kasat mata adalah mencecap setiap keadaan, detak zaman, penerawangan ke depan, dan wangsit-wangsit yang menyambar berkelindan di kepala yang kemudian sampai pada perumusan 'kurikulum' bersahaja daripada yang ndakik-ndakik layaknya yang disusun lembaga pendidikan bertarif mahal.

Menemani anak mengolah akal, rasa, dan karsa | Dok. pribadi
Menemani anak mengolah akal, rasa, dan karsa | Dok. pribadi

Kurikulum itu sederhana belaka, yakni: akal, rasa, dan karsa.

Tiga hal inilah yang saya jadikan fokus dalam menemani anak menjalani kehidupannya.

Akal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun