Secara singkat, jika moral lebih condong kepada pengertian "nilai baik dan buruk dari setiap perbuatan manusia itu sendiri", maka etika berarti "ilmu yang mempelajari tentang baik dan buruk". Jadi, bisa dikatakan, etika berfungsi sebagai teori dari perbuatan baik dan buruk, terkadang etika disamakan dengan filsafat moral.
 Ajaran moral adalah ajaran, khotbah, atau peraturan, apakah lisan atau tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang baik. Sumber langsung ajaran moral adalah berbagai orang dalam kedudukan yang berwenang, seperti orang tua dan guru, para pemuka masyarakat dan agama.
Etika pada hakikatnya mengamati moral secara kritis. Etika tidak memberikan ajaran melainkan memeriksa kebiasaan, nilai, norma, dan pandangan-pandangan moral secara kritis.
Tindakan manusia ini ditentukan olah bermacam-macam norma. Dalam hal ini, kepribadian yang merupakan cerminan watak dan tingkah laku seseorang dapat berpengaruh terhadap etika orang tersebut di masyarakat.Â
Artinya, nilai-nilai yang telah diterima oleh seseorang akan menentukan corak kepribadian orang tersebut. Etika merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran moral.
 Adapun apa itu Estetika dari kata Yunani Aesthesis atau pengamatan adalah cabang filsafat yang berbicara tentang keindahan. Objek dari estetika adalah pengamalan akan keindahan.Â
Dalam estetika yang dicari adalah hakikat dari keindahan, bentuk-bentuk pengalaman keindahan (seperti keindahan jasmani dan keindahan rohani, keindahan alam dan keindahan seni), diselidiki emosi manusia sebagai reaksi terhadap yang indah, agung, tragis, bagus, mengharukan. Definisi estetika itu beragam.Â
Tiap-tiap filsuf mempunyai pendapat yang berbeda antara satu dengan yang lain. Tetapi pada prinsipnya, mereka sependapat bahwa estetika adalah cabang ilmu filsafat yang membahas tentang keindahan/hal yang indah, yang terdapat dalam alam dan seni. Estetika adalah cabang filsafat yang membahas mengenai keindahan/hal yang indah, yang terdapat pada alam dan seni.
Dalam estetika dibedakan menjadi estetika deskriptif dan estetika normatif. Estetika deskriptif menggambarkan gejala-gejala pengalaman keindahan, sedangkan estetika normatif mencari dasar pengalaman itu. Misalnya, ditanyakan apakah keindahan itu akhirnya sesuatu yang objektif (terletak dalam lukisan) atau justru subjektif (terletak dalam mata manusia itu sendiri).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI