Mohon tunggu...
Tria Marsella Mile
Tria Marsella Mile Mohon Tunggu... Lainnya - a student

SMAN 28 Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebut Namaku dalam Matimu

25 November 2020   12:37 Diperbarui: 28 Juli 2021   23:31 1473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tante Ria mencoba menenangkanku di tengah-tengah pemakaman. Semua orang menatap iba. 

Lalu kemudian, saat itulah, ketika sedang kencang-kencangnya aku berteriak meminta Ayah dan Ibu kembali, ketika raunganku hampir membuat tenggorokanku tercekik, Reo datang. Sahabatku sejak umur balita yang tiga tahun lalu baru saja pindah ke negeri jauh di sana. Dia datang demi diriku. Dia bilang, dia ingin melihatku.

"Bagaimana keadaanmu? Sudah baik-baik saja?"

Itu adalah kalimat pertama yang keluar dari mulutnya sejak terakhir kali kami bertatap muka sore tadi. Dia tidak mengatakan apa-apa di pemakaman, pula ketika kami sudah berada di rumahku. Reo hanya memerhatikanku yang putus asa dari kejauhan. Pukul sembilan malam, dia mengeluarkan satu kalimat yang membuatku sesak bukan main.

Tigabelas tahun Reo membuat air mataku kembali terjun malam itu. Di beranda rumah yang lengang, aku menangis di hadapannya.

"Bagaimana bisa aku merasa baik?" Bicaraku putus-putus, "Kenapa kamu pulang? Jika itu karenaku, kamu lebih baik kembali saja. Aku nggak apa-apa, Reo. Kamu tidak perlu mengkhawatirkanku."

Wajahnya datar. Dia memerhatikanku dalam, "Aku akan menetap di sini. Aku sudah membicarakannya dengan Ayah dan Ibu dan mereka setuju untuk pindah kembali. Kamu nggak baik-baik saja, Gia, sampai kapan pun nggak akan baik-baik saja. Jangan pernah merasa sendiri. Kamu 'kan masih punya aku."

Informasinya mengejutkanku. Tameng pertahanan hidupku kembali terajut kala itu. Harapanku membumbung tinggi. Di tengah kekalutan yang ada, setitik cahaya menyelinap membangkitkan sudut-sudut terlemahku untuk percaya bahwa aku bisa melalui sulitnya hidup.

Reo kembali ke negaranya dua minggu kemudian. Dia dan keluarganya mengurus semua hal sebelum benar-benar kembali dan menetap bersama. Mereka tinggal di rumah lama mereka yang berada tepat berhadapan dengan kediamanku. Aku sendiri tinggal ditemani seorang pembantu rumah tangga, memilih untuk menolak tawaran tinggal bersama tanteku demi mengenang memori Ayah dan Ibu di rumah.

Karena aku pun tidak percaya, kedua orang tuaku ternyata memiliki sebuah tabungan atas namaku dengan jumlah uang yang sangat besar. Benar-benar jumlah yang sangat besar. Seperti mereka memang sudah merencanakan untuk meninggalkan anaknya sendiri untuk waktu yang sangat panjang. Hidupku terjamin. Setidaknya untuk saat itu. 

Reo ada bersamaku setiap saat. Kami masuk ke dalam sekolah yang sama hingga lulus di umur delapan belas. Kami menghabiskan waktu bersama hingga aku lupa bagaimana pahitnya hidup. Reo menjelma menjadi malaikat sekaligus tameng dalam hidupku, dia seperti sebuah jalan pulang. Dia sahabatku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun