Mohon tunggu...
Tria Annisa
Tria Annisa Mohon Tunggu... Mahasiswa pendidikan bahasa indonesia universitas Muhammadiyah A.R Fachrudin

Hobi: membaca Kepribadian :aktif(esktrofert)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Peran Kuliah Tamu dan Analisis Moral dalam Penguatan Apresiasi Sastra Puisi

22 Juli 2025   21:51 Diperbarui: 22 Juli 2025   21:51 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kuliah tamu merupakan salah satu bentuk kegiatan akademik yang bertujuan memperluas wawasan mahasiswa melalui pemaparan langsung dari narasumber eksternal yang memiliki keahlian di bidang tertentu. Dalam konteks kajian sastra, khususnya puisi, kuliah tamu dapat menjadi medium yang efektif untuk mendalami nilai-nilai moral yang terkandung dalam karya sastra. Melalui kehadiran penyair, kritikus sastra, atau akademisi, mahasiswa tidak hanya mendapatkan pemahaman teoritis dari materi perkuliahan, tetapi juga memperoleh pandangan baru yang bersifat praktis dan reflektif. Pembahasan nilai moral dalam puisi seringkali membutuhkan pendekatan interpretatif yang mendalam, dan kuliah tamu memberikan ruang dialog yang memungkinkan mahasiswa untuk mendiskusikan makna-makna tersembunyi di balik metafora, simbol, dan diksi yang digunakan penyair. Selain itu, kegiatan ini turut mendorong mahasiswa untuk mengembangkan sikap apresiatif terhadap karya sastra sebagai cerminan nilai-nilai kemanusiaan, serta melatih kemampuan berpikir kritis dan etis dalam menafsirkan teks. Dengan demikian, kuliah tamu berperan penting sebagai jembatan antara teori sastra yang diajarkan di kelas dengan realitas pemaknaan puisi sebagai media penyampai pesan moral dalam kehidupan.Karya sastra merupakan karya tulis yang memiliki kelebihan dibandingkan karya tulis lainnya.

Salah satu karya sastra yaitu puisi mengandung imajinasi dan pengalaman penyair yang mendalam (Sukirman, 2021). Sastra merupakan sarana penumpahan ide atau pemikiran Tentang apa saja dengan menggunakan bahasa bebas, mengandung something new dan bermakna pencerahan. Keindahan sastra tidak ditentukan keindahan kata atau kalimat melainkan keindahan substansi ceritanya (Ahyar, 2019).

Puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan bahasa sangat kreatif dan sering diisi dengan permainan kata, ritme, dan imajinasi penulis. Puisi biasanya ditulis sebagai baris pendek atau panjang yang disusun dalam urutan tertentu (Kemal dkk, 2024). Tasawuf atau mistisisme merupakan falsafah hidup yang bertujuan untuk meningkatkan jiwa manusia secara moral serta dilakukan melalui latihan-latihan praktis. Hal ini kadang untuk memenuhi fana' dalam realitas tertinggi serta pengetahuan tentang Tuhan secara intuitif, tidak secara rasional (Baladaya dkk, 2023).

Nilai moral merupakan prinsip yang dijadikan pedoman dalam membedakan apakah suatu tindakan, sikap, atau perilaku itu baik atau buruk (Syaparuddin dkk, 2020). Nilai ini berasal dari berbagai sumber seperti norma sosial, budaya, agama, dan filsafat yang berkembang di tengah masyarakat. Nilai moral membantu seseorang membentuk karakter dan sikap hidup yang baik. Dalam dunia sastra, khususnya puisi, nilai moral biasanya hadir sebagai pesan yang ingin disampaikan penyair---baik secara langsung maupun tersirat. Dalam kehidupan sehari-hari, nilai moral berperan sebagai penuntun dalam membuat keputusan yang etis, sementara dalam karya sastra, nilai ini menjadi alat refleksi serta sarana untuk menyampaikan kritik terhadap kondisi sosial. Karena itu, nilai moral bukan hanya berfungsi untuk membimbing perilaku individu, tetapi juga penting dalam membangun kesadaran bersama di tengah masyarakat.

Puisi-puisi dari zaman Pujangga Baru bukan hanya indah secara estetika, tapi juga kaya akan pesan moral yang sangat relevan dengan kondisi bangsa saat itu. Penyair-penyair seperti Amir Hamzah, Sanusi Pane, dan Armijn Pane banyak mengangkat nilai-nilai seperti cinta tanah air, pentingnya persatuan, serta semangat membangun bangsa yang lebih maju dan bermartabat. Mereka menyuarakan pentingnya kesadaran sebagai bangsa yang harus bangkit dari penjajahan, bukan hanya secara fisik, tapi juga secara pikiran dan moral. Selain nilai kebangsaan, puisi-puisi mereka juga mengandung pesan tentang cinta yang tulus, pengorbanan, dan renungan diri. Semua nilai ini disampaikan dengan bahasa yang halus dan simbolik, sehingga pembaca diajak untuk memahami dan merenungkannya secara mendalam, bukan dengan cara yang menggurui. Akibatnya, puisi-puisi Pujangga Baru tidak hanya mencerminkan semangat zaman, tapi juga menyentuh sisi pribadi pembaca.

Sementara itu, puisi-puisi dalam sastra cyber menghadirkan nilai moral yang lebih kontekstual dengan kehidupan digital masa kini. Sastra jenis ini berkembang seiring dengan kemajuan internet dan media sosial, dan banyak menyoroti isu-isu etika di dunia maya. Nilai-nilai seperti kejujuran dalam bersikap online, bertanggung jawab atas kata-kata yang diucapkan, menjaga privasi, dan peduli terhadap orang lain di dunia digital sering muncul dalam puisi-puisi cyber. Di tengah maraknya penyebaran informasi palsu, perundungan online, dan budaya viral yang kadang tidak manusiawi, puisi sastra cyber menjadi wadah untuk mengingatkan kembali pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dalam berinteraksi secara digital. Selain itu, puisi-puisi ini juga menyuarakan pentingnya mengenali identitas digital, meningkatkan literasi media, serta menjaga etika dalam menggunakan teknologi. Dengan gaya bahasa yang lebih santai, akrab, dan kadang interaktif, puisi sastra cyber terasa dekat dengan pembaca muda dan mengajak mereka untuk menjadi pengguna teknologi yang bijak dan bermoral.

Kesimpulan

Analisis nilai moral dalam puisi bermanfaat untuk memahami pesan etis yang disampaikan penyair, sekaligus memperdalam apresiasi terhadap makna puisi. Melalui analisis ini, pembaca dapat belajar membedakan sikap baik dan buruk, yang berguna dalam membentuk karakter dan budi pekerti. Selain itu, analisis ini mendorong refleksi diri serta meningkatkan kepekaan terhadap persoalan sosial. Dalam konteks pendidikan, analisis nilai moral memperkuat pembelajaran sastra agar tidak hanya teoritis, tetapi juga membangun kesadaran etika dan kemanusiaan.

RERERENSI

Syaparuddin, S., & Elihami, E. (2020). Peranan pendidikan nonformal dan sarana pendidikan moral. Jurnal edukasi nonformal, 1(1), 173-186.

Kemal, F., Yanti, P. G., & Ghozali, A. S. (2024). Nilai-Nilai Tasawuf Dalam Kumpulan Layang-Layang Kenangan Karya Deden Suganda Sebagai Pembelajaran Berbasis Karakter: Nilai-Nilai Tasawuf Pada Kumpulan Puisi Layang-Layang Kenangan. Semantik, 13(1), 1-14.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun