[caption id="attachment_378686" align="aligncenter" width="300" caption="penampakan tugu khatulistiwa diluar (sumber: dok. pribadi)"][/caption]
Alkisah ketika Nusantara masih dijajah oleh Kerajaan Netherland, ada sekelompok ahli yang tergabung dalam Tim Ekspedisi Geografi mendatangi sebuah daerah antah berantah di Pulau Borneo. Setelah lama mereka mencari dengan berpatokan pada alat-alat yang masih sederhana dan menggantungkan pada perhitungan posisi bintang (ilmu falak), tibalah mereka di sebuah kawasan tanah gambut yang berbatasan langsung dengan sebuah sungai yang maha lebar.
Mereka tiba di wilayah Kesultanan Kadariyah, dengan kota rayanya Pontianak. Dengan mengantongi izin dari pejabat kesultanan setempat, tim bergerak menuju lokasi yang diyakini sebagai titik nol derajat lintang. Dengan dibantu oleh beberapa orang penduduk setempat sebagai penunjuk jalan, tim menemukan lokasi yang dianggap tepat untuk dijadikan sebagai titik yang dilintasi garis equator.
Segera mereka menandai lokasi tersebut dengan sebuah patok dan anak panah, dan disinilah yang kemudian hari dikenal dengan nama Tugu Khatulistiwa. Kejadian tersebut terjadi pada tujuh bulan sebelum peristiwa Sumpah Pemuda yang menyatukan semua pemuda di wilayah nusantara, atau tepatnya tanggal 31 Maret 1928.
Itulah sekilas mengenai sejarah panjang Tugu Khatulistiwa, yang terletak di kota Pontianak Utara. Untuk mendatangi tugu ini, kita dapat melalui sungai dan darat, dari arah kota. Dari kota kita singgah di alun-alun tempat penyebrangan kapal ferri dan hanya memakan waktu tidak sampai setengah jam kita sudah sampai di penyebrangan pelabuhan siantan. Penduduk pontianak menyebut kapal feri ini “pelampung”. Setelah sampai di siantan, ada angkutan kota yang siap mengantar kita ke lokasi.
Setelah sekian lama berdinas di Kota Pontianak, baru kali itulah mengunjungi Tugu yang menjadi kebanggaan warga Pontianak. Ternyata sambutan petugas cukup ramah menyambut wisatawan lokal, dan setelah mengajak berkeliling lokasi, kami diberikan sertifikat dari Pemerintah Kota Pontianak, sebagai bukti telah mengunjungi Tugu Khatulistiwa.
Ada agenda acara khusus setiap tanggal 21-23 Maret dan 21-23 September setiap tahunnya. Mengapa? Karena pada tanggal tersebut terjadi peristiwa alam yang hanya ada di beberapa tempat di dunia ini. Pada tanggal tersebut matahari berada tepat pada garis khatulistiwa, atau yang disebut dengan titik kulminasi matahari. Fenomena alam yang terjadi adalah pada tepat jam 12 siang hari, kita tidak dapat melihat bayangan di sekitar tugu khatulistiwa, karena matahari tepat berada diatas kepala kita. Dan pada tanggal tersebut diadakan acara untuk mempopulerkan tugu khatulistiwa kepada wisatawan lokal maupun internasional, dengan acara yang meriah dan diliput oleh televisi nasional.
Demikian sedikit ulasan mengenai Tugu Khatulistiwa, semoga bermanfaat. Ingin rasanya kembali mengunjungi lokasi ini. Ada pepatah orang lawas disana, “sungai kapuas punya cerite, bile kite minum ainye, biar kita tlah jauh kemane, sungguh susah hndak melupakannye” yang diyakini bahwa kalau kita pernah mengunjungi kota pontianak, maka suatu hari nanti pasti akan kembali ke Pontianak. Dan ini terbukti pada beberapa teman saya, yang mengunjungi Pontianak karena urusan dinas, akhirnya dia kepincut kota ini dan kerap mengunjunginya.
Salam Kompasiana.
Tri Widiyatno
[caption id="attachment_378687" align="aligncenter" width="300" caption="pose di tugu khatulistiwa yang asli. (sumber: dok. pribadi)"]
[caption id="attachment_378682" align="aligncenter" width="300" caption="Suasana di dalam Tugu Khatulistiwa. Sumber: dokumen pribadi"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H