Mohon tunggu...
Andri Hermawan
Andri Hermawan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan, UNY

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Benarkah Ideologi yang Dianut Indonesia adalah Pancasila?

28 Mei 2013   18:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:53 2144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

350 tahun Indonesia dijajah Belanda, 3,5 tahun Indonesia dijajah Jepang, dan berbagai pendudukan dan segala bentuk penjajahan lainnya yang pernah dirasakan oleh rakyat Indonesia telah menumbuhkan rasa satu rasa satu bangsa dalam tubuh Bangsa Indonesia. Segala bentuk kolonialisme dan imperialisme telah menjadi bibit-bibit ideologi yang berkembang di Indonesia, seperti nasionalisme, marxisme, dan islamisme. Berbagai pandangan tersebut lah yang secara langung maupun tidak langsung telah mengajak rakyat Indonesia untuk bersatu dalam melawan penjajahan hingga akhirnya negara Indonesia bisa berdiri dan berdaulat.

Pada masa sebelum kemerdekaan, banyak hal yang telah terjadi yang memancing segala bentuk pergerakan dan pertahanan nasional untuk meraih kemerdekaan, salah satunya adalah pembentukan partai-partai nasional. Masing-masing partai tersebut memiliki perbedaan ideologi yang cukup kental, yang bisa saja menyulut konflik antar partai. Tapi Ernest Renan dalam Soekarno (1971) menyatakan bahwa keinginan untuk merdeka dan bebas dari penjajahan sanggup menjadi senjata ampuh untuk mempersatukan berbagai ideologi tersebut ke dalam suatu bentuk kesatuan nasional.

Feith dalam Alfian (1971) menjelaskan bahwa Budi Utomo, sebagai salah satu organisasipioneer pada masa sebelum kemerdekaan membawa angin perubahan untuk lebih memiliki rasa nasionalisme di masing-masing tubuh rakyat Indonesia. Marxisme merupakan suatu ideologi yang fokus akan ekonomi dan keadilan antara kaum borjuis dan kaum proletar. Sebelum kemerdekaan, bangsa Indonesia dapat dianalogikan sebagai kaum proletar yang dijajah dan dieksploitasi habis-habisan oleh kaum borjuis yaitu para negara penjajah. Pandangan tersebut membuat kaum marxisme maju untuk memperjuangkan keadilan bahwa bangsa Indonesia juga memiliki hak yang sama untuk mendapat kebebasan dan keadilan. PKI dan PSI merupakan dua partai besar yang berada di bawah bendera Marxisme.  Sedangkan Islamisme merupakan suatu ideologi yang begitu mengedepankan keyakinan dan pandangan Islam sebagai poin penting dalam meraih kemerdekaan. Karena dalam agama apapun juga disebutkan bahwa setiap negara memiliki hak yang sama untuk merdeka dan berdaulat. Ketiga ideologi utama sangat melebarkan sayapnya pada masa-masa sebelum kemerdekaan. Banyak konflik yang terjadi di antara masing-masing ideologi. Ir. Soekarno sebagai founding father Indonesia percaya bahwa untuk mecapai sebuah kemerdekaan, berbagai perbedaan, baik perbedaan suku, ras, etnik, budaya, agama, dan bahkan perbedaan ideologi harus dipersatukan. Pada dasarnya, ideologi marxisme juga membutuhkan nasionalisme, karena pada dasarnya untuk menggulingkan kapitalisme liberal dibutuhkan kekuatan nasional yang kuat. Ada kepercayaan bahwa Islamisme menganggap marxisme sebagai sesuatu yang riba dan berlebihan, padahal jika kita teliti lebih jauh, marxisme merupakan suatu pandangan yang mengedepankan keadilan bagi kaum proletar yang dieksploitasi kaum borjuis alias penjajah. Dan untuk mencapai semua itu dibutuhkan satu bentuk nasionalisme yang tinggi. Oleh sebab itu, terdapat keterkaitan dan hubungan dependensi antara ketiga ideologi tersebut. Ideologi yang satu melengkapi ideologi yang lain. Dan dengan mempersatukan ketiganya, Indonesia dapat melangkah maju untuk melawan penjajahan. Bahkan saat itu, Soekarno juga sempat mencetuskan konsep Nasakom (Nasionalisme, Agama, Komunis). Konsep komunisme sempat berkembang begitu besar hingga akhirnya dijatuhkan dalah Gerakan 30 S PKI karena memang ideologi tersebut telah disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Hal itu telah menunjukkan besarnya potensi terjadinya konflik akibat perbedaan ideologi yang dimiliki bangsa Indonesia.

Tradisionalisme Jawa juga menjadi salah satu paradigma yang besar pengaruhnya bagi Indonesia (Feith dalam Alfian, 1971). Nilai-nilai moral yang diajarkan pada tradisi Jawa, juga nilai-nilai saling menghormati dan menghargai secara langsung maupun tidak langsung telah diserap oleh rakyat Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam Pemerintahan. Contohnya, bagaimana rakyat cenderung patuh pada aturan yang telah dibuat dan disepakati pemerintah.

Di sisi lain, Pancasila yang dianggap sebagai falsafah, pandangan hidup, dan ideologi utama Bangsa Indonesia merupakan suatu ideologi hasil kombinasi berbagai ideologi yang pernah ada. Hal ini dapat ditunjukkan dengan sila pertama sebagai salah satu perwujudan ideologi ‘Islamisme’ dengan berbagai integrasi karena Islam bukan satu-satunya agama yang dianut masyarakat Indonesia. Sebagai negara demokratis, Indonesia juga menerima, mengakui, dan mengizinkan rakyatnya untuk menganut agama selain Islam. Sila ke 3 menunjukkan bagaimana persatuan Indonesia merupakan wujud nasionalisme dari Bangsa Indonesia, serta sila ke 2,3, dan 5 yang dianalogikan sebagai pandangan mengenai pentingnya keadilan, kebijaksanaan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia, seperti yang didukung oleh pandangan marxisme.

Berbagai dinamika yang terjadi dalam tubuh negara Indonesia telah merangkul berbagai ideologi tersebut dan mengintegrasinya ke dalam satu poin penting, “Bhineka Tunggal Ika”. Kata-kata tersebut bagaimana Indonesia bisa merdeka, berdaulat, dengan berbagai perbedaan baik suku, agama, ras, ideologi dalam satu kesatuan negara Indonesia. Di sisi lain, Pancasila hadir sebagai bridge ideology yang menjadi ‘jembatan perantara’ ideologi lain seperti nasionalis, marxis, dan islamis. Penulis menganggap Pancasila sebagai pemahaman mengenai berbagai perbedaan ideologi dan menjadi falsafah dan paradigma utama bangsa Indonesia yang terintegrasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun