Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Urgensi Penulis Naskah Komedi agar Pelawak Bertelur Emas

24 Februari 2024   16:31 Diperbarui: 25 Februari 2024   14:11 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penulis naskah komedi (sumber Gramedia.com)

Pada saat itu Lagu Ayo Ngguyu tak henti-hentinya berkumandang dari pesawat radio di pedesaan dan perkotaan. Lagu itu telah mendorong berkembangnya budaya tertawa tulus dan mewujudkan rasa tentram, toleransi dan percaya diri. 

Kondisinya berbeda dengan saat ini, masyarakat semakin kehilangan budaya tertawa tulus dan memudarnya elegi senyum sapa. Oleh sebab itu pentingnya insentif dan media baru untuk mengembangkan industri komedi.

Teknologi digital semakin mengakselerasi profesi komedian yang menjadi ujung tombak industri komedi. Dalam konteks itu, komedian lokal atau tradisional sebaiknya semakin intens dengan media baru dan jejaring sosial. 

Profesi komedian tradisional tidak boleh stagnan. Perlu platform digital yang tepat yang mampu menyuburkan profesi komedian di daerahnya, serta untuk mengembangbiakan komedian dari basis kesenian tradisional. 

Sehingga produk komedian tradisional dengan platform tersebut bisa diajak berlari menembus pasar lokal, nasional bahkan global. Tak bisa dimungkiri, humor tradisional merupakan basis industri komedi.

Leksikon industri komedi memerlukan materi lawakan yang cerdas dan pantas untuk dikenang. Upaya pembelajaran terus-menerus dengan platform digital merupakan syarat mutlak untuk mengembangkan profesi komedian. 

Ada tuntutan orisinalitas yang tinggi terhadap materi lawakan. Tuntutan orisinalitas terhadap materi lawakan itulah yang membuat banyak komedian tak punya nafas panjang. 

Patut disimak teori pakar industri komedi Stephen Covey yang mengatakan bahwa dunia komedian itu ibarat angsa bertelur emas. 

Kapan para komedian tradisional atau lokal bisa bertelur emas secara sustainable atau berkesinambungan ? Yang pasti telur emas itu akan muncul jika para komedian mendapatkan ekosistem dan platform yang tepat.

Indonesia perlu menambah produsen humor, penulis naskah komedi dan praktisi komedian lainnya. Seperti yang pernah dilakukan oleh sang kreator Mukidi, yakni Soetantyo Moechlas. 

Karya produsen humor seperti diatas perlu diadopsi oleh grup komedian. Terutama yang mengusung lawakan bercorak tradisional. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun