Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Anjangsana Anies-Susi dan "Badai Belum Berlalu" di Penerbangan Perintis

27 Juli 2023   08:59 Diperbarui: 30 Juli 2023   17:18 976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia penerbangan flight management system (FMS) merupakan komponen fundamental yang canggih dalam sistem avionik pesawat modern. Meskipun pada mulanya sistem ini dikenalkan melalui pesawat jenis Boeing 767, namun saat ini sudah banyak yang menerapkan sistem tersebut bahkan pada pesawat sejenis Cessna. FMS cukup mudah dalam pengoperasian. Biasanya data yang telah disiapkan oleh flight operation officer akan dimasukkan pada komponen ini. Dengan data yang sudah masuk tersebut maka misi penerbangan atau flight profile akan terotomatisasi seperti rute perjalanan, kondisi landasan pacu hingga manajemen bahan bakar.

Setelah semalam menginap di padepokan Susi, anjangsana diakhiri dengan melihat fasilitas Susi Air Training Center. Merupakan fasilitas yang penting bagi pilot dan teknisi penerbangam. Sekedar catatan, Susi Air sekarang banyak dijalankan oleh putri dan menantu Susi, yaitu Nadine dan Geoffrey. Mereka berdua ini pasangan muda yang hebat dan progresif dalam berpikir dan bekerja, dan juga sangat Indonesia dalam berinteraksi, serta cakap menggunakan pendekatan lokal dan budaya.

Anjangsana diakhiri dengan melepas pulang Anies dengan pesawat Cessna Caravan milik Susi Air. Pelepasan yang penuh haru dan menyisakan kenangan indah, semoga bisa bersua kembali.

Mengunjungi fasilitas flight simulator milik Susi Air Training Center  ( sumber gambar akun medsos Anies Baswedan )
Mengunjungi fasilitas flight simulator milik Susi Air Training Center  ( sumber gambar akun medsos Anies Baswedan )

Niscaya, "Badai Pasti Berlalu"

Menurut catatan penulis ada stagnasi untuk beberapa rute dalam pelayanan penerbangan perintis di Tanah Air pada saat ini. Stagnasi itu tentunya bisa menyengsarakan rakyat yang selama ini hidupnya ditopang dengan pesawat perintis karena terisolir atau di pelosok daerah.


Peristiwa pembakaran Pesawat Susi Air dengan nomor registrasi PK BVY dan penyanderaan pilotnya oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) menunjukkan faktor keamanan bandara perintis sangat rawan. Penerbangan komuter atau perintis yang melayani daerah terpencil memiliki peran yang sangat penting namun operasionalnya penuh rintangan alam dan gangguan keamanan.

Berkat penerbangan perintis, masyarakat yang berada di daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan (3TP) bisa mendapatkan layanan transportasi yang baik dan juga bisa mendapatkan harga barang kebutuhan pokok yang juga terjangkau.

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menambah rute penerbangan perintis penumpang dari 208 rute menjadi 244 rute pada 2022. Angkutan tersebut dilayani oleh 21 koordinator wilayah (Korwil). Selain angkutan penumpang, tahun ini Kemenhub juga menyelenggarakan angkutan udara perintis kargo sebanyak 41 rute serta 1 rute subsidi angkutan udara kargo.Sebelumnya pada 2021, hanya dilayani 20 Korwil dengan jumlah rute penumpang sebanyak 208 rute penerbangan dan angkutan udara perintis kargo sebanyak 38 rute, serta 1 rute subsidi angkutan udara kargo.

Dengan adanya subsidi perintis penumpang, tarif yang dibayarkan oleh masyarakat menjadi lebih terjangkau, karena sebagian biaya operasional dari operator transportasi telah dibayarkan pemerintah. Sementara itu, dengan adanya subsidi perintis barang/kargo, barang yang diangkut tidak dikenakan biaya lagi sehingga dapat menstabilkan atau mengurangi disparitas harga barang di daerah tersebut.

Besaran jumlah subsidi terhadap penerbangan perintis kurang memadai jika dibagi dengan jumlah total bandara perintis yang ada di seluruh pelosok Tanah Air. Di Papua saja ada 362 bandara perintis, dari jumlah itu, 200 bandara tidak memiliki penjaga bandara yang layak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun