Mohon tunggu...
Toto Karyanto
Toto Karyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bukan yang banyak pasti baik, tapi yang baik pastilah yang banyak.

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Cerbung] Takluk - Enam

2 Desember 2018   02:16 Diperbarui: 2 Desember 2018   02:24 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto: pemandangan Gunung Merbabu dari Jl. Wolter Monginsidi Salatiga. Kiriman teman.

" Itu saudariku...itu saudariku dari Distrik Naosima. Putri tunggal tuan Kobayashi pemilik kebun zaitun", sang petugas akhirnya membuka jalan bagi Anto untuk ikut ambulans ke rumah sakit terdekat.

***

Sinem Michiyo harus menjalani rawat inap untuk diberi tindakan medis lanjut. Ia didiagnosa menderita gegar . otak. Diperlukan operasi pembersihan gumpalan darah akibat benturan tadi. Diperkirakan satu atau dua minggu kondisi kesehatan Sinem tidak stabil dan berpotensi koma. Anto diharuskan menunggu di ruang khusus dengan perasaan cemas didampingi seseorang yang bernama Fujima. Nampak dari emblem di dada kirinya. Ternyata ia seorang psikiater yang ramah. 

" Tuan Anto, saudari Anda mengalami trauma otak. Perlu penanganan khusus dari dokter ahli yang telah kami panggil untuk menanganinya . Silakan Anda lengkapi semua formulir ini sebelum meninggalkan rumah sakit. Percayalah, kami akan berusaha sekuat daya untuk menyelamatkan nyawa Saudari Sinem. Anda sebaiknya pulang dan menunggu kabar dari kami secepatnya".

Anto menuruti saran tuan Fujima. Ia meminta bantuan rumah sakit untuk memesan taksi ke kediaman tuan Kobayashi.

***

Padatnya jadwal perkuliahan dan tugas-tugas kampus membuat Anto tak bisa menyisihkan waktu untuk menengok keluarga tuan Kobayashi. Iapun tak berani menelepon. Hanya sekali berkirim surat dan tak mendapat balasan. Awalnya sangat gelisah dan ingin memaksakan diri menuju kediaman keluarga itu. Tapi ia ingat pesan ibunya agar fokus pada studi saja. Dua minggu kemudian ia memberanikan diri menelepon keluarga tuan Kobayashi. Berkali-kali dicoba namun selalu gagal tersambung. 

Malam itu juga, Anto memutuskan untuk berkunjung ke Pulau Zaitun. Hatinya gundah dengan beragam pertanyaan gelisah. Perjalanan yang biasa ia nikmati dengan tidur atau membaca, malam itu tak ada satupun yang dilakukan. Ia kian terlarut dalam gelisah saat sopir taksi yang mengantar dirinya ke alamat tujuan menyadarkan.

" Sudah sampai tua... ", entah berapa kali sopir taksi itu mengingatkan Anto. 

Sebelum turun, Anto meminta kepada sopir taksi itu untuk menunggu sejenak untuk melihat papan yang digantung di pintu gerbang. Ternyata rumah itu telah ditinggalkan penghuninya tanpa informasi tambahan . Tidak ada seorang pun yang dapat dimintai keterangan. Rumah tinggal tuan Kobayashi dibiarkan gelap gulita. 

Melihat wajah Anto yang nampak kebingungan, sopir taksi membuka percakapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun