Mohon tunggu...
Toto Endargo
Toto Endargo Mohon Tunggu... Peminat Budaya

Catatan dan Pembelajaran Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Molen: Antara Pisang, Beton, dan Persepsi Politik

10 Oktober 2025   22:36 Diperbarui: 10 Oktober 2025   23:19 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Molen: Antara Pisang, Beton, dan Persepsi Politik - ChatGPT

Sebaliknya, molen alat muncul di ruang-ruang pembangunan: proyek jalan, perumahan, jembatan. Ia membawa citra kemajuan dan perubahan ruang. Tapi di balik suara deru mesinnya, molen juga menyimpan makna simbolik kekuasaan---ia menandai kehadiran negara, keputusan politik, dan kerja besar yang selalu ingin terlihat di mata publik.

Politik Pembangunan dan Simbol Molen

Dalam politik kontemporer, alat berat seperti molen sering dijadikan alat komunikasi visual. Tak perlu pidato panjang: cukup hadirkan molen yang sedang bekerja, dan publik segera menangkap pesan yang ingin disampaikan --- "Saya membangun."

Deru mesin menjadi suara kampanye yang halus tapi efektif. Beton dicampur, jalan dibuka, simbol perubahan terlihat nyata.

Fenomena ini kini terlihat di Parung Panjang, Kabupaten Bogor, wilayah yang lama dikenal dengan jalan-jalan rusak akibat aktivitas truk tambang. Dalam beberapa bulan terakhir, deretan molen berputar serentak di sana---bagian dari agenda pembangunan yang digulirkan oleh KDM, figur publik yang kian menonjol di jagat politik lokal.

Kehadiran molen di Parung Panjang tak lagi sekadar menyelesaikan infrastruktur. Ia menyentuh lapisan yang lebih halus: pencitraan kepemimpinan---pemimpin yang "hadir", "bekerja nyata", dan "peduli rakyat". Di sinilah molen melampaui perannya sebagai alat konstruksi: ia berubah menjadi alat kampanye yang membentuk persepsi dan loyalitas.

Bahkan, dalam sebuah pernyataan publik disebutkan bahwa tahun depan akan digelontorkan anggaran 3,5 triliun rupiah untuk pembangunan infrastruktur. Jika itu terjadi, bisa dibayangkan betapa riuhnya ribuan molen akan berputar di seluruh Jawa Barat---bukan hanya mengaduk semen, tapi juga persepsi politik yang kian kental.

Penutup: Molen dan Masa Depan

Di era politik yang semakin visual, simbol lebih cepat bekerja daripada kata-kata. Molen, yang dahulu hanyalah mesin pengaduk beton, kini menjelma menjadi alat pengaduk persepsi. Ia berputar bukan hanya di proyek pembangunan, tapi juga di benak warga yang merindukan perubahan nyata.

Pertanyaannya kini bukan lagi apakah molen akan hadir, melainkan: apa yang sebenarnya sedang dibangun---jalan baru, jalan mulus, atau jalan menuju kekuasaan?

Di antara debu semen dan deru mesin, publik menanti: adakah fondasi yang sungguh-sungguh diletakkan, atau hanya cetakan citra yang makin dikokohkan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun