Mohon tunggu...
Toto Endargo
Toto Endargo Mohon Tunggu... Peminat Budaya

Catatan dan Pembelajaran Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Babad Wirasaba - Wilayah Wirasaba Terkait dengan Politik Pajang

16 Agustus 2025   09:00 Diperbarui: 19 Agustus 2025   14:25 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sarta kang padha kasandhingake, lan kang padha kaparingan tanah, kang padha duka. Kang padha kasandhingake, padha manggon ana ing pasiten. Kang padha kaparingan tanah, padha dadi bupati ing wewengkone.”

Terjemahan bebas:

“Adapun mereka yang disandingkan (diberi kedudukan dekat dengan raja) serta yang diberi tanah, semuanya yang merasa tidak puas, mereka yang disandingkan tinggal di pasiten (tanah lungguh dekat istana), sedangkan yang diberi tanah menjadi bupati di wilayahnya.”

Wirasaba memang tidak disebut secara khusus sebagai salah satu wilayah yang dianugerahkan kepada seorang pengikut yang dianggap paling setia. Namun Wirasaba bukanlah daerah kecil yang remeh. Dalam konteks saat itu, Wirasaba adalah salah satu tanah perdikan penting di barat Jawa bagian tengah, dengan posisi strategis di jalur antara Pajang dan daerah Banyumas. Dengan menyerahkan Wirasaba kepada seorang adipati loyalis, Hadiwijaya bukan hanya memberikan imbalan, tetapi juga memastikan kendali Pajang terhadap daerah perbatasan.

Tanah Kekuasaan sebagai Hadiah Politik 

Politik pembagian tanah seperti ini sesungguhnya bukan hal baru dalam sejarah Jawa. Para penguasa sejak Majapahit sudah lama menerapkan sistem patron-klien: para penguasa pusat memberi tanah kekuasaan sebagai hadiah politik dengan syarat penerimanya wajib setia dan menyetor upeti. Namun di masa Pajang, sistem ini menjadi lebih penting karena sifat Pajang yang masih rapuh dan belum sekuat kerajaan-kerajaan sebelumnya.

Namun kisah Wirasaba tidak berhenti di situ. Dalam tradisi lokal Banyumas, muncul cerita-cerita bahwa pembagian ini justru memicu gejolak baru di Wirasaba. Pemimpin lama Wirasaba, yang dikenal sebagai Warga Utama, digambarkan meninggal secara misterius. Dalam babad daerah seperti Babad Banyumas atau Babad Wirasaba, ada dugaan bahwa kematiannya terkait intrik politik untuk memuluskan jalan bagi orang-orang Pajang menanamkan pengaruh di Wirasaba.

Wirasaba di bawah Politik Pajang

Setelah kematian Warga Utama, wilayah Wirasaba dikabarkan terpecah. Sebagian jatuh kepada keluarga Pajang, sebagian lain menjadi basis lahirnya Kadipaten Banyumas, Onje, dan daerah-daerah lain. Namun babad daerah ini tidak ditemukan dalam Babad Tanah Jawi, yang lebih banyak menyoroti kisah besar Pajang dan Mataram. Hal ini wajar, karena Babad Tanah Jawi disusun dari perspektif pusat, sedangkan kisah-kisah kecil seperti Wirasaba lebih hidup di memori kolektif masyarakat lokal.

Meski demikian, jelaslah bahwa politik Pajang menandai titik balik penting bagi Wirasaba. Dari sebuah wilayah yang relatif mandiri di bawah Demak, ia menjadi bagian dari struktur kekuasaan baru yang lebih sentralistik di bawah Pajang. Pemberian tanah Wirasaba sebagai hadiah politik menegaskan bahwa Sultan Pajang melihat wilayah ini sebagai salah satu kunci pengendalian kawasan barat Jawa Tengah.

Baca juga: Dari Wirasaba ke Purbalingga - Onje Jejak Penting Politik Lokal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun