Mohon tunggu...
Toto Endargo
Toto Endargo Mohon Tunggu... Peminat Budaya

Catatan dan Pembelajaran Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengulik Makna Kata "Sepuh" dalam Bahasa dan Budaya Jawa

9 Juli 2025   20:09 Diperbarui: 9 Juli 2025   20:09 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi "Sepuh" dalam Budaya Jawa - Meta AI

Kata kasepuhan merupakan bentuk kolektif dari sepuh, sering kali merujuk pada lembaga atau komunitas adat yang dipimpin oleh tokoh yang dihormati. Dalam konteks budaya Sunda, seperti Kasepuhan Ciptagelar di Sukabumi, kasepuhan menjadi simbol kelestarian tradisi, spiritualitas, dan tata nilai lama yang masih dijaga hingga kini. Tokoh-tokoh kasepuhan umumnya memiliki pengetahuan khusus, seperti pengobatan, penentuan hari baik, hingga ritual adat.

Kamisepuh: Pemimpin Wilayah Kecil

Dalam struktur pemerintahan desa tempo dulu, dikenal istilah kamisepuh---atau dalam bahasa sehari-hari disebut kamitua, yang kini lebih umum disebut kepala dusun (kadus). Kamisepuh bertanggung jawab atas koordinasi dan pengelolaan kehidupan masyarakat di tingkat paling bawah, yakni RT dan RW. Meski kini istilah ini mulai jarang digunakan, jejaknya masih bisa ditemui dalam dokumentasi sejarah atau budaya lisan.

Marasepuh: Mertua dalam Kehidupan Rumah Tangga

Kata marasepuh mungkin terdengar asing, namun maknanya sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari: mertua. Secara etimologi, kemungkinan berasal dari gabungan kata mara (datang) dan sepuh (tua). Marasepuh berarti "orang tua yang datang"---yakni orang tua dari pasangan kita yang menjadi bagian dari keluarga setelah menikah. Penggunaan istilah ini menambah nuansa penghormatan terhadap posisi orang tua pasangan dalam struktur keluarga Jawa.

Sepuh dalam Dunia Teknik dan Tradisi

Menariknya, kata sepuh juga digunakan dalam beberapa konteks teknis, antara lain:

  • Perlogaman: Menyepuh berarti memanaskan atau melapisi logam agar menjadi lebih kuat dan tajam. Dalam pembuatan parang atau sabit, proses ini penting untuk menjaga ketajaman alat kerja.
  • Pertukangan emas: Dalam dunia perhiasan, menyepuh cincin berarti memberi lapisan emas agar warnanya tampak lebih tua dan berkilau. Bahan seperti tawas dan sendawa (kalium nitrat) sering digunakan.
  • Penangkapan ikan tradisional: Menyepuh sungai adalah teknik membuat ikan mabuk dengan meracik getah tumbuhan seperti daun jenu---sehingga ikan lebih mudah ditangkap. Cara ini biasanya dilakukan oleh masyarakat pedesaan dengan kearifan lokal.
  • Kuliner tradisional: Dalam seni membuat kue, menyepuh berarti memberi warna atau hiasan akhir pada permukaan kue agar tampak menarik dan lezat.

Saur Sepuh: Warisan Lisan Orang Tua

Di luar ranah bahasa Jawa, dalam Bahasa Sunda dikenal istilah "Saur Sepuh". Saur berarti "ucapan" atau "kata-kata", sedangkan sepuh tetap bermakna orang tua. Jadi Saur Sepuh berarti "kata-kata orang tua" atau "petuah orang tua". Ungkapan ini begitu kuat hingga diangkat menjadi judul sandiwara radio yang sangat populer di era 1980--1990-an, kemudian diadaptasi menjadi film dan sinetron. Saur Sepuh menjadi ikon warisan lisan yang menggambarkan nilai moral, kepahlawanan, dan ajaran leluhur.

Penutup

Kata "sepuh" ternyata menyimpan ragam makna yang luar biasa luas---mulai dari tanda penghormatan, jabatan, hingga proses teknis dalam pertukangan dan kuliner. Dalam kebudayaan Jawa (dan Nusantara pada umumnya), kata ini menandai hubungan manusia dengan waktu, tradisi, dan nilai-nilai kearifan lokal. Ia mengajarkan bahwa tua bukan hanya soal usia, tetapi soal kedewasaan, peran, dan keteladanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun