Mengulik Makna Kata "Sepuh" dalam Bahasa dan Budaya Jawa
Bahasa Jawa dikenal dengan kekayaan kosakata dan tingkat tutur yang halus, mencerminkan struktur sosial dan kultural masyarakatnya. Salah satu kata yang kerap muncul dalam percakapan sehari-hari maupun dalam konteks adat adalah "sepuh". Meski sekilas terdengar sederhana dan sering dipakai, kata ini ternyata memiliki banyak turunan dan pemaknaan yang cukup luas. Mari kita telusuri lebih dalam berbagai bentuk penggunaan kata "sepuh" dan makna-makna yang menyertainya.
Sepuh: Kesantunan dalam Berbahasa
Dalam Bahasa Jawa Krama Inggil---tingkatan bahasa yang digunakan sebagai bentuk penghormatan atau kesopanan---kata sepuh berarti "tua". Penggunaannya biasanya dalam konteks menghormati orang yang lebih tua usia atau lebih tinggi kedudukannya. Misalnya:
- Tiang sepuh: Orang tua
- Sampun sepuh: Sudah tua
Ungkapan ini bukan sekadar menyebut umur, tetapi juga mencerminkan penghargaan atas pengalaman, kebijaksanaan, dan peran sosial seseorang dalam masyarakat.
Pinisepuh: Yang Dituakan karena Hikmah
Turunan dari kata sepuh adalah pinisepuh, yaitu seseorang yang dianggap telah matang secara pribadi dan sosial sehingga layak menjadi panutan, penasehat, atau pengayom. Uniknya, status pinisepuh tidak selalu ditentukan oleh usia. Seseorang bisa menjadi pinisepuh karena jabatan, kepemimpinan, kedalaman ilmunya, atau kemampuan sosialnya dalam membina masyarakat.
Sesepuh: Tertua secara Umur
Berbeda dengan pinisepuh, kata sesepuh lebih menekankan pada aspek umur. Sesepuh biasanya merujuk pada orang yang paling tua secara usia di lingkungan atau komunitas tertentu. Namun dalam beberapa kasus, sesepuh juga sekaligus menjadi pinisepuh---karena selain tua, ia juga dihormati dan dianggap bijak.
Kasepuhan: Lembaga dan Otoritas Adat