Menafsir Simbol di Gapura Masjid Cirebon: Jejak Sunan Kalijaga di Sang Cipta Rasa
Oleh Toto Endargo
Pernah lewat atau mampir ke Masjid Agung Cirebon, yang juga dikenal dengan nama Masjid Sang Cipta Rasa? Coba deh perhatikan gapuranya. Di balik kesan sederhana dan lawas itu, ternyata menyimpan banyak simbol dan pesan mendalam. Tapi ya gitu, nggak semua orang yang datang ke masjid sempat (atau kepikiran) buat memperhatikan lambang-lambang yang ada di sana. Padahal menurut cerita, gapura itu dirancang langsung oleh Sunan Kalijaga sekitar tahun 1480. Menarik, bukan?
Sekilas Sejarah Masjid Sang Cipta Rasa
Masjid Agung Sang Cipta Rasa dibangun pada masa awal Kesultanan Cirebon, sekitar abad ke-15. Proses pembangunannya melibatkan para Wali Sanga---sebuah kolaborasi spiritual dan budaya yang sangat langka.
Konon, arsiteknya adalah Sunan Kalijaga, dan para tukangnya didatangkan dari Majapahit. Itulah sebabnya arsitektur masjid ini memadukan unsur Islam dan budaya Jawa-Hindu, terutama terlihat pada bentuk atap tumpang, tiang-tiang kayu jati, serta hiasan bata merah yang khas.
Nama "Sang Cipta Rasa" sendiri menyiratkan makna mendalam: hasil dari cipta (akal), rasa (hati), dan karsa (niat) yang menyatu dalam pengabdian. Masjid ini bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga simbol kebesaran spiritual, sosial, dan budaya masyarakat Cirebon sejak masa lampau.
Simbol yang Mengandung Ajaran
Kalau dilihat sekilas, gapura masjid ini memang terlihat polos, tapi kalau diperhatikan dengan saksama, di situlah tersimpan berbagai simbol penuh makna. Gambar-gambarnya bukan sekadar ornamen hiasan, tapi semacam "kode budaya" dari para leluhur yang perlu kita pahami. Karena ya... sayang banget kalau warisan budaya cuma dilihat sebagai peninggalan mati. Padahal di dalamnya tersimpan ajaran hidup.