Cerpen Remaja: Kado Buat Bu Ani
"Selamat pagi, kota tersayang!" ucapku pelan ketika colt yang kunaiki masuk kota. Seorang ibu yang duduk di kananku tersenyum.
"Mari, Bu" basa basiku kepadanya ketika aku turun di pertigaan depan kantor Kejaksaan.
"Mari!" jawabnya ramah
"Semoga putri ibu cakep!" doa di batinku. Eh siapa tahu besok aku jadi menantunya. Kan, jodoh di tangan Tuhan. He, he, he!
Kuinjak-injak jalan aspal di sebelah kejaksaan menuju sekolah. Hidup bukan untuk bersedih. Bergembiralah menuju kedewasaan. Tak perlu sedu sedan! Riang adalah jalan untuk menang! Busyet!
"Selamat pagi sekolahku, pagi ini aku kembali bersamamu. Peluklah aku! Bimbing dan bawalah aku untuk menjadi pemimpin, insya Allah kau kan kubangun agar menjadi sekolah yang termegah di tingkat propinsi. Tentu saja aku akan menjadi pemimpin yang adil dan arif. Dan pasti berartilah hidup ini. Sekali berarti sudah itu mati". Ha..., aku ingat Diponegoro-nya Chairil Anwar.
==
Kutengok ruang guru. Sepi! Kantor tata usaha. Sepi. Maklum baru setengah tujuh kurang. Hanya Pak Bun, pesuruh, yang sedang menyapu halaman.
"Selamat pagi, Pak Bun!" sapaku padanya