Mengenal dan Menyimak Dialek Banyumas (2): Lah
Basa Penginyongan: "Lah"
Dialek Banyumasan itu luar biasa. Sejak kecil, saya sudah menyadari ada sesuatu yang khas dalam dialek ini. Salah satu ciri uniknya adalah penggunaan bunyi "lah" sebagai kata seru, bukan sebagai akhiran seperti dalam bahasa Indonesia baku.
Kata "lah" dalam dialek Banyumas umumnya muncul dalam kalimat pendek dan diletakkan di akhir kalimat. Fungsinya sebagai penguat atau penegas dalam permintaan maupun permohonan terhadap kata yang ada di depannya.
Contoh penggunaan "lah" dalam Basa Penginyongan:
- Aja kaya kuwe, lah! ----Mohon jangan seperti itu.
- Mandan nganah, lah! --Mohon agak menjauh.
- Mengko, lah! --------Mohon jangan sekarang (tunggu nanti).
- Uwis, lah! -----------Mohon disudahi.
- Aja, lah! ------------Mohon jangan dilakukan.
"Lah" dalam Bahasa Indonesia
Dalam bahasa Indonesia, "lah" dikategorikan sebagai partikel yang umumnya tidak harus muncul di akhir kalimat. Fungsinya tetap sebagai penegas, tetapi dengan penggunaan yang berbeda.
Contoh dalam bahasa Indonesia:
- Inilah kisah seorang pengembara...
- Begitulah akhir perjalanannya...
- Janganlah suka teledor!
Menariknya, dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan "lah" di akhir kalimat dalam percakapan sehari-hari semakin umum, terutama dalam bahasa gaul atau informal. Fenomena ini diduga dipengaruhi oleh dialek Banyumas.
Contoh dalam bahasa sehari-hari:
- Oke, lah!
- Ya, sudah, lah!
- Jangan sekarang, besok saja, lah!