Mohon tunggu...
Sugiyantoro
Sugiyantoro Mohon Tunggu... Relawan - News - Opini | SHOLATLAH, masuk SURGA nda bisa NYOGOK |

Humas - Media Kantor Pusat Lembaga Bantuan Hukum Perisai Kebenaran di Purwokerto.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Rokok: Dibenci tapi Dicari

7 Oktober 2021   11:55 Diperbarui: 7 Oktober 2021   16:13 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diambil dari sumber Kompas.Com

"Hidupku dipenuh dilema".
(Dialog imajiner, kata sebatang rokok).

                              *****

Sebuah Pengantar.

MENJADI rokok memang amat-amat susah. Selalu menjadi biang keladi bagi kesehatan. Dari mulai hanya terganggunyan kesehatan sampai pada sakit tertentu buah dari kebiasaannya merokok.

Bahkan rokok bisa dibilang musuh bebuyutannya kesehatan. Ya, kesehatan manusia tentunya. Sebab para perokok adalah manusia. Tak peduli seberapa tinggi pangkat, jabatan, kedudukan dan banyaknya harta. Pun, tak peduli seberapa moncer popularitas atau status sosialnya di mata masyarakat.

Seandainya rokok bisa bicara dia akan mengatakan; "Wahai manusia hidupku ini dipenuhi dilema lho....". Demikian dialog imajinernya rokok pada manusia sebagai perokok.

Pokok Persoalan.

Para manusia perokok bukannya tak sadar diri akan adanya potensi bahaya merokok bagi diri dan orang disekitarnya. Tetapi, sekali lagi perokok juga ada dalam ranah penuh dilema. Antara lanjut atau berhenti merokok.

Lanjut merokok mengakibatkan terganggunya kesehatan. Berhenti merokok dampaknya juga nda enak di diri terlebih bagi yang sudah level "perokok berat". Jadinya, maju nda enak, mundur pun terlebih nda enak.

Terpenting adalah bahwa industri rokok menyumbang besar bagi pemasukan negara. Tinggal pemerintah mengatur dengan membuat regulasi berapa usia maksimal boleh merokok. Dan, ini melaksanakan serta penempatan etika merokok yang tepat sehingga tidak berdampak bagi yang lain.

Pengalaman Pribadi.

Penulis sendiri merupakan perokok. Bisa dibilang, perokok berat. Mulai merokok saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saat itu masih coba-coba, ikut-ikutan teman saja. Sebatang nda habis bahkan batuk.

Berlanjut ke saat di Sekolah Menengah Atas (SMA). Disini sudah mulai merasakan nikmatnya rokok, sebatang habis. Berlanjut terus bahkan semakin memantapkan posisi rokok saat nyantri di sebuah pondok pesantren sembari kuliah.

Akhirnya berlanjut terus sampai sekarang menjadi perokok. Sehari dua bungkus, kretek bukan filter. Bicara rokok tak lengkap tanpa secangkir atau segelas kopi panas di meja.

Dimana saja tempatnya, dirumah, di kantor tempat kerja, pun saat makan di luar. Tak lupa, habis makan, merokok plus secangkir kopi. Pagi bangun tidur, sebelum berangkat kerja, merokok dan ngopi dulu di rumah.

Makna Rokok.

Hanya perokok yang bisa memberikan makna, arti dari setiap aktifitas merokoknya. Bagi penulis pribadi, rokok adalah teman sejati nan setia di kala sendiri maupun ramai.

Dikala senang, susah berpayah-payah dalam melakoni kehidupan. Rokok juga menyumbang bagi munculnya berbagai ide, gagasan guna produktifitas kehidupan seorang perokok itu sendiri.

Penutup.

Ditengah kekurangan dan kelebihan rokok serta si perokok, keberadaan rokok juga si perokok perlu disikapi dengan penuh kearifan.

Merokok mengganggu kesehatan, itu pasti sekali dan benar adanya. Tapi jangan lupa, rokok menyumbang pemasukan besar bagi negara.

Rokok itu sendiri, bagi si perokok bisa mendatangkan banyak ide, gagasan positif bagi produktifitas kerja si perokok.

Terpenting bagi si perokok adalah tidak merokok di sembarang tempat serta  menyeimbangkannya dengan makan bergizi dan olah raga teratur.

Sebagai saran saja, bagi yang belum merokok sebaiknya jangan pernah mencoba merokok.

Karena bagaimanapun, merokok itu amat tidak sehat bagi kesehatan.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun