Mohon tunggu...
Adian TorangSihotang
Adian TorangSihotang Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Sumatera Utara

Hanya Untuk Kesenangan dalam Menulis Sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sastrawan Besar dari Tanah Batak,Mengenal lebih dekat Sitor Situmorang serta Karya-karya Nya.

28 April 2025   18:10 Diperbarui: 28 April 2025   18:10 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Raja Usu Sitor Situmorang; 2 Oktober 1924 -- 21 Desember 2014) seorang sastrawan dan wartawan Indonesia. Gambar: Konfrontasi.com

Sejarah&Biografi

Sitor Situmorang lahir pada tanggal 2 Oktober 1924 di Harianboho, Sumatra utara. Masa kecilnya dihabiskan di lingkungan tradisional, di lingkungan tradisi sastra lisan yang berbahasa batak. Sejak kecil dia mendengarkan khotbah-khotbah dalam bahasa Injil, lewat terjemahan ke dalam bahasa Batak. Dia senang mendengarkan lagu-lagu rakyat. Dia kenyang dengan ide-ide puitis dan bentuk-bentuk sastra tanpa teori dalam berbagai upacara.

Darah seninya lebih diasah saat dia mengenyam pendidikan di sekolah. Dia menyelesaikan SD dan SMP di daerah pedalaman Batak. Setelah dia pindah ke Jakarta pada tahun 1941, dia melanjutkan pendidikannya di berbagai sekolah HIS, MULO, AMS. Dia juga pernah memperdalam pengetahuan mengenai sinematografi di Los Angeles, Amerika serikat.
Puisi-puisi Sitor oleh banyak pengamat disebut sebagai tonggak yang mewakili perkembangan baru puisi Indonesia. Harry Aveling, Direktur Asian Studies School of Social Science La Trobe University, Australia, melihat bahwa sajak Sitor Situmorang banyak berisikan hasil renungan pengalaman religiusnya sebagai pemeluk agama Kristen. Dia menjuluki Sitor Situmorang "penyair agung" karena dia terus berkarya selama lebih dari 60 tahun dan menghasilkan lebih dari 600 sajak.
Beragam karya sastra Sitor yang sudah diterbitkan, antara lain Surat Kertas Hijau (1953), Dalam Sajak (1955), Wajah Tak Bernama (1955), Drama Jalan Mutiara (1954), cerpen Pertempuran dan Salju di Paris (1956). Karya sastra lain, yang sudah diterbitkan, antara lain puisi Zaman Baru (1962), cerpen Pangeran (1963), dan esai Sastra Revolusioner (1965).

Esai Sastra Revolusioner inilah yang menjebloskan Sitor Situmorang di penjara Gang Tengah Salemba (1967-1975), Jakarta, tanpa melalui proses peradilan. Dia dimasukkan begitu saja ke dalam tahanan dengan tuduhan terlibat pemberontakan. Hingga keluar tahanan Sitor tak pernah tahu apa kesalahannya. Sitor tidak diizinkan masuk tahanan dengan membawa pena atau kertas. Namun demikian, walaupun berada dalam penjara Sitor tetap mencari akal untuk berkarya. Dia berhasil merilis dua karya sastra yang berhasil dia gubah selama dalam tahanan, yakni Dinding Waktu (1976) dan Peta Perjalanan (1977). Kedua karya itu diluncurkan masih dalam status Sitor tidak bebas murni 100 persen sebab ketika kemudian dibebaskan, Sitor lagi-lagi harus menjalani tahanan rumah selama dua tahun.
Sejak tahun 2001, Sitor Situmorang kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi, Indonesia mengikuti istrinya Barbara Brouwer yang kebetulan mendapat tugas di Jakarta. Walau dua pertiga dari usianya dihabiskannya di negeri orang, para sahabat, kolega, teman sejawat, seniman, sastrawan, dan budayawan lain tidak pernah menganggap Sitor sebagai "anak yang hilang ".

Karya beliau tidak hanya menyoroti kehidupan Sosial maupun Budaya,Sitor Situmorang juga pernah membuat puisi yang menggambarkan kisah percintaan nya dengan isi seperti berikut;

                                DIA DAN AKU

Akankah kita bercinta dalam kealpaan semesta?
- Bukankah udara penuh hampa ingin harga? - Mari, Dik, dekatkan hatimu pada api ini Tapi jangan sampai terbakar sekali
Akankah kita utamakan percakapan begini?
- Bukankah bumi penuh suara inginkan isi? - Mari, Dik, dekatkan bibirmu pada bisikan hati Tapi jangan sampai megap napas bernyanyi
Bukankah dada hamparkan warna Di pelaminan musim silih berganti Padamu jua kelupaan dan janji
Akan kepermainan rahasia Permainan cumbu-dendam silih berganti Kemasygulan tangkap dan lari.

Referensi :

Sepenuhnya. (2020, December 28). Sepenuhnya: Puisi: Jakarta 17 Agustus 45 Dinihari (Karya Sitor Situmorang). Retrieved January 16, 2021, from Sepenuhnya website: https://www.sepenuhnya.com/2018/09/puisi-jakarta-17-agustus-45-dinihari.html

Komunitas Bambu. (2019, October 22). Luar-Dalam Sitor Situmorang, Manusia Indonesia - Komunitas Bambu. Retrieved January 10, 2021, from Komunitas Bambu website: https://komunitasbambu.id/luar-dalam-sitor-situmorang-manusia-indonesia-2/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun