Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[LombaPK]Belajar dari Restorasi Film Tiga Dara, Saatnya Menyelamatkan Arsip Film Nasional dari Kepunahan

11 September 2016   05:53 Diperbarui: 26 September 2016   08:16 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktor Lukman Sardi berpose di depan poster film Tiga Dara(dokpri)

Restorasi film Tiga Dara semoga mengingatkan kita semua bahwa masih banyak film film klasik Indonesia yang belum seberuntung film Tiga Dara, ada ratusan film yang harus di perhatikan dan juga mesti kita rawat bersama agar tidak punah begitu saja.

Film Lawas Adalah Sebuah Refleksi Zaman Agar Kita Mau Belajar

Pemeran Film Tiga Dara, Mieke Wijaya dan Indriati Iskak saat peluncuran FFI 2016(dokpri)
Pemeran Film Tiga Dara, Mieke Wijaya dan Indriati Iskak saat peluncuran FFI 2016(dokpri)
Tiga Dara adalah film bergenre musikal namun ada sentuhan komedi dan juga sebuah parodi yang di selipkan oleh sutrada Usmar Ismail. Adalah Nenek(diperankan Fifi Young) yang galau karena cucu tertuanya bernama Nunung(diperankan oleh Chitra Dewi) belum juga beranjak menuju ke pelaminan. Keresahan Nenek karena Nunung tertutup untuk urusan asmara, maka ia pun menyuruh Sukandar(Hassan Sanusi) yang merupakan ayah dari Nunung, Nana(diperankan Mieke Wijaya) dan juga Nenny(Indriati Iskak) mencarikan jodoh untuk Nunung.

Ternyata untuk era di tahun 50an masalah jodoh membuat panik seorang nenek, ia tak ingin cucunya menjadi perawan tua karena tenggelam dalam kesibukan dapur. Sangat kontras dengan zaman sekarang saat banyak di usia matang, para perempuan memilih mengejar karier dan belum resah saat jodoh tak jua tiba. Inilah yang membuat Tiga Dara menjadi menarik bagi kita semua, saat generasi milenial belum lahir dan gambaran situasi tahun 50an bisa kita saksikan lewat film Tiga Dara.

Tentang fashion di zaman 50an dengan balutan busana yang klasik, Chitra Dewi terlihat elegan dengan kain yang dikenakan, ada juga adegan saat Nenek akhirnya menyerah saat Nunung memakai stagen agar terlihat langsing, sebuah potret masyarakat di era jadul bisa kita ketahui melalui film adalah hal yang keren menurut penulis.

Di Film Tiga Dara kita bisa melihat bagaimana para muda mudi berkumpul dan bersosialisasi, meski saat itu tanpa gadget seperti sekarang namun mereka melewati hari hari dengan cerah ceria, kongkow kongkow seraya menari ala tarian Melayu, di zaman tersebut sangat mungkin tarian tersebut adalah cara jitu untuk di sebut gaul, mungkin.

Sebagai film yang di balut dengan musikalitas yang dominan maka penonton di suguhi lagu lagu yang juga menjadi hits saat itu, tak tanggung tanggung para legenda musik Indonesia pun menyuguhkan karya mereka di film Tiga Dara, nama nama seperti Ismail Marzuki, Saiful Bahri dan Oetjin Nurhasjim. Musik di era tahun 50an yang jauh dari kebisingan musik digital membuat kita mengakui bahwa musik era tersebut lebih orginal dan kualitas musiknya memang jempolan. Pengisi sountrack film Tiga Dara pun begitu luar biasa, olah vokal mereka begitu prima, nama nama seperti Bing Slamet, Djuita, Sam Saimun, S Efenddy mampu membuai penonton dengan lagu lagunya.

Maka nada nada indah di lagu Tamasja, Tiga Dara,Letnan Hardi dan juga Siapa Namanja terdengar keren meski telah melewati enam dekade dan dari lagu lagu tersebut kita pun bangga pernah mempunyai komposer sehebat Ismail Marzuki dan koleganya.

Tiga Dara Menggapai Asa,Film Nasional Perlu Kualitas Dan Jadi Identitas

Pernah terjadi satu ketika film film yang bertabur adegan Bupati alias buka paha tinggi tingi dan juga wabah Sekwilda atawa sekitar wilayah dada. Saat film nasional di pacu untuk adegan ranjang, di antara dominasi film yang berformat syur. Sialnya kartel layar bioskop pun merajalela sehingga perlahan lahan bioskop bioskop di berbagai tempat akhirnya gulung tikar.

Dulu di daerah Bekasi ada beberapa bioskop yang memutar film nasional dengan jumlah penonton yang signifikan, bahkan di Cikarang pernah mempunyai tiga bioskop sekaligus namun tragisnya kini bioskop menjadi gedung tua yang terlantar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun