Mengapa saya berharap setiap bulan itu Bulan Ramadhan? Karena dalam Bulan Ramadhan, Fase 10 hari Pertama disebut Rahmat. 10 hari berikutnya, Fase Kedua Maghfirah (ampunan), dan 10 hari selanjutnya, Fase Ketiga, itqun minan nar (Pembebasan dari Neraka)
Untuk itu, memaafkan dan meminta maaf sebelum mengarungi Ibadah Ramadhan, Â pun bukan sekadar berkata maaf, Â tetapi memaafkan dan meminta maaf, juga merupakan sebuah cara/media untuk menunjukkan rasa empati sebagai bentuk pengampunan pada mereka yang telah menyakiti serta permohonan ampunan karena saya telah menyakiti atau berbuat salah kepada pihak lain, orang lain.
Yang pasti, meminta maaf adalah kebaikan yang tidak pernah dibatasi oleh waktu. Jadi kapan saja boleh, apalagi di Bulan Ramadhan dan tidak perlu dicari dasar hukumnya. Meminta maaf juga ibadah yang dianjurkan.Â
Terlebih, kekurangan manusia adalah suka berbuat salah dan dosa. Karenanya, manusia membutuhkan cara untuk mengurangi kekurangannya itu, yaitu salah dan dosa kepada sesama manusia. Saat orang lain berbuat salah dan dosa yang terarah kepada kita, kita sudah dididik bagaimana memaafkan. Saat kita berbuat salah dan dosa kepada orang lain, kita terdidik untuk meminta maaf.
Oleh sebab itu, memaafkan dan meminta maaf, menjadi kebutuhan bagi seluruh umat manusia. Bukan sekadar sebagai tanda ada rasa bersalah dan pengakuan atas seluruh kesalahan yang telah dibuat. Meminta maaf dan memaafkan juga menjadikan kita sebagai manusia yang penuh dengan kelapangan dan kerendahan hati.
Efek positif
Memaafkan dan meminta maaf, memang tidak mudah, butuh proses dan perjuangan untuk melakukannya. Bahkan, para ahli psikologi mempercayai bahwa memaafkan dan meminta maaf, memiliki efek yang sangat positif bagi kesehatan.
Kemampuan memaafkan dan meminta maaf, adalah karakter positif yang membantu individu mencapai tingkatan optimal dalam hal kesehatan fisik, psikologis, dan spiritual. Memaafkan dan meminta maaf juga menjadi psikoterapi atau sebagai suatu cara untuk menerima dan membebaskan emosi negatif seperti marah, depresi, rasa bersalah akibat ketidakadilan, memfasilitasi penyembuhan, perbaikan diri, dan perbaikan hubungan interpersonal dengan berbagai situasi permasalahan.
Pada akhirnya, orang yang mampu dan memiliki karakter suka memaafkan dan meminta maaf, adalah orang yang memiliki kelapangan dada, kerendahan hati, empati, simpati, tahu diri, dan peduli.