Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Duduk di Federasi, Jangan Permalukan Diri Sendiri!

18 Januari 2022   19:49 Diperbarui: 18 Januari 2022   20:49 1106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Speed (fisik) ternyata menjadi sorotan utama STy, karena semua pemain Indonesia sangat jauh dari standar untuk urusan speed. Berikutnya, STy pun menjadi tahu, bahwa urusan teknik, khususnya passing-control, para pemain Indonesia sangat jauh dari harapannya.

Tersimpullah bahwa STy adalah pelatih timnas Indonesia pertama yang sangat tegas menyorot kelemahan speed (fisik) dan teknik (passing-control) pemain yang bahkan sudah ditawarkan masuk timnas. Sementara di luar teknik dan speed, pemain Indonesia juga jelas sangat jauh dari standar intelegensi dan personaliti yang tidak diungkap oleh STy.

Jadi, selama ini, sebelum STy datang, siapa yang bertanggungjawab terhadap masalah Teknik, Intelegensi, Personaliti, dan Speed (TIPS) pemain SSB, Klub, hingga timnas? Dari mana pembenahan awal TIPS pemain dimulai? Di mana pondasinya? Apakah selama ini.diurus oleh PSSI? Apakah Klub kemudian membina TIPS pemain dengan benar? 

Hingga saat ini pun, belum pernah terpublikasi, PSSI punya acuan standar pemain yang layak masuk timnas di semua kelompok umur. Sampai-sampai para pelatih timnas ada yang sok-sok-an bikin standar pemain timnas sendiri tanpa acuan standar keilmuan atau akademis. 

Apakah para Exco PSSI termasuk Haruna memikirkan proses semacam itu? Ini malah tahu-tahu bicara prestasi. Apa yang dibicarakan justru menunjukkan kebodohan sekaligus jadi pertanyaan. Seorang seperti itu, bisa jadi Exco PSSI?

Bila akhirnya ramai tagar #HarunaOut, sangat wajar dan layak. Bahkan sangat pada tempatnya, saat Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda menilai kritik Haruna kurang bijak karena menganggap prestasi lebih penting dibandingkan proses.

"Kami menilai pandangan anggota Executive Committee (Exco) PSSI, Haruna Soemitro, jika dalam pembinaan sepak bola, prestasi lebih penting daripada proses merupakan pandangan kurang bijak. Cara pandang seperti inilah yang selama ini kerap mewarnai kebijakan federasi sepak bola Indonesia," kata Syaiful kepada wartawan, Selasa (18/1/2022).

Munculnya cara pandang Haruna, mempertegas bahwa kebijakan sepak bola di Indonesia selama ini memang dilakukan secara instan sehingga dasar-dasar pembinaan sepak bola tidak pernah diperhatikan. 

Apakah para Exco PSSI yang lain juga menguasai ilmu pendidikan dan pembinaan? Menguasai pedagogi? Bila tidak, pantas pondasi timnas terus terabaikan, prestasi timnas Indonesia tidak ke mana-mana, tapi menuntut orang lain bikin prestasi untuk PSSI. Bagaimana?

Parahnya lagi, Exco yang bikin gaduh adalah orang lama di dunia sepak bola Indonesia. Dengan cara pandang seperti ini maka banyak kebijakan sepak bola Indonesia yang dilakukan dengan model instan. Gonta-ganti pelatih, bikin proyek pembinaan di luar negeri, hingga melakukan naturalisasi pemain.

Sampai kapan dasar-dasar pembinaan sepak bola seperti adanya kompetisi usia dini, sistem rekrutmen yang bebas tekanan, kurikulum pembinaan sepak bola yang seragam hingga pelaksanaan kompetisi tertinggi yang bebas kecurangan tidak pernah benar-benar diperhatikan? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun