Dalam Instagram pribadinya STy mengucapkan:
"Terima kasih atas pertanyaan Coach Paul Munster. Mungkin saja Coach Paul bisa berpikir mengapa Evan dan Adam yang dipilih sebagai pemain tim nasional. Tetapi pemain-pemain tersebut sudah pernah gabung saat pertandingan di Dubai, jadi saya ingin melihat langsung dan cek kondisi pemain," tulis STy.
Dan melanjutkan:
"Kami, staf pelatih sudah memantau para pemain semenjak Piala Menpora dan Liga sampai pekan ketiga. Dengan adanya dua event yang kami ikuti, yaitu play-off dan Piala Asia U-23 maka kami memilih pemain untuk mempersiapkan kedua event tersebut termasuk mengikutsertakan pemain berusia U-23."
"Dan pemain yang terpilih saat ini bukan juga pemain yang akan bertanding lawan Taiwan, karena masih ada pemain aboard [dari luar negeri] yang bergabung. Sekali lagi terima kasih kepada Coach Paul atas pertanyaan dan masukannya. Juga saya sangat memahami posisi pelatih klub," Imbuh STy.
Belajar komunikasi ala mereka
Halo Indonesia, khususnya untuk para pelatih, bisa mencontoh cara mengkritik ala Milo maupun Munster dengan data dan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan. Â Pun dapat merespon kritik dengan bijak dan cerdas seperti STy yang negaranya kini ranking 36 FIFA
Mustahil Milo, Munster, dan STy akan dapat memberikan kritik dan merespon kritik dengan berani, transparan, langsung, tak bersembunyi di balik orang lain, serta bijak, bila kompetensi kecerdasan intelektual dan emosinya tak mumpuni.
Sebab, menggeluti sepak bola bukan hanya melulu menyoal skill sepak bola. Harus cerdas semuanya. Teknik, Intelegensi, Personaliti, dan Speed (TIPS) karenanya, meski Milo, Munster, dan STy tak bertatap muka langsung dalam komunikasi kritik dan merespon kritik, tetapi melalui medsos dan media massa, tetap etis dan santun. Sangat nampak tingkat intelektualnya, kesantunannya.