Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Idul Fitri, Momentum Memahami Apakah Kita-Saya Masih Memprioritaskan Orang Lain atau Masih Prioritas bagi Orang Lain

14 Mei 2021   10:54 Diperbarui: 14 Mei 2021   13:53 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua artikel yang saya tulis pun cirinya mudah ditebak, karena saya lekat dengan peran Semar dalam aksi panggung bersama grup teater saya, maka roh dari artikel adalah sesuai jiwa semar bijaksana tak memihak, obyektif, dan meluruskan.

Selain itu, juga bukan karena sok tahu apalagi menggurui tapi karena saya selalu menancapkan hati yang mantap dan percaya diri dalam membela kebenaran. Kita harus berani membela kebenaran (KBBI). Itulah sebabnya, maka semua orang adalah prioritas bagi artikel yang saya tulis.

Bila ternyata artikel yang saya tulis bukan prioritas bagi orang lain, dengan hati bersih, saya memohon maaf bila sharing artikel tersebut hanya nyampah di media sosial orang yang selalu saya prioritaskan.

Sebab niat berbagi, karena saya berani membela kebenaran sesuai dengan kapasitas dan kompetensi ilmu dan pengalaman hidup yang saya miliki, maka selama pikiran dan hati serta jasmani saya masih mampu menulis, demi memberikan sumbangan alternatif pemikiran tentang kebenaran, maka saya akan terus menulis untuk kebaikan.

Di bidang lain, sikap prioritas saya kepada orang lain, tentu dapat dirasakan secara langsung oleh orang yang bersangkutan, pun sesuai bidang dan obyek kegiatannya.

Sikap kita

Kembali kepada persoalan apakah ada orang lain yang sudah bukan prioritas kita, atau kita bukan lagi prioritas orang lain, maka kita wajib bersikap dengan dasar hati yang bersih.

Bila ada orang lain yang tak lagi bukan prioritas kita, maka lakukanlah komunikasi secara lisan atau tertulis dengan jujur, tegas, dan obyektif.

Bila ternyata kita atau saya bukan lagi prioritas bagi orang lain, maka sikap kita dengan hati yang bersih, harus berbesar hati, instrospeksi dan merefleksi diri, mengapa kita atau saya sudah bukan prioritasnya. Perbaiki diri, agar kita atau saya kembali menjadi prioritas mereka.

Bila upaya perbaikan diri sudah dilakukan, ternyata orang lain tetap menutup pintu hati, menjadikan kita atau saya bukan prioritasnya, jangan bersedih. Dunia ini luas, maka masih banyak ruang dan kesempatan lain di dunia ini yang menyediakan orang-orang yang akan menjadikan diri kita atau saya prioritas bagi mereka berikutnya, sesuai obyektifitasnya, sesuai kapasitas dan kompetensinya, pun sesuai kebutuhannya.

Ayo melangkah dengan hati bersih, maka orang lain akan selalu menjadi prioritas kita, kita pun jadi prioritas bagi orang lain sesuai obyek dan kebutuhannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun