Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Politik

Di Balik Kudeta Partai Demokrat, Sebenarnya Kepentingan Siapa?

7 Maret 2021   12:47 Diperbarui: 7 Maret 2021   12:47 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi, waktu yang bergulir cepat, ternyata juga menjadi saksi bahwa ucapan AHY bukan omong kosong. Kudeta benar terjadi. Moeldiko pun benar menjadi pemimpin partai kudeta tersebut.

Keprihatinan mendalam

Atas peristiwa kudeta yang ternyata nyata, masyarakat pun lantas banyak yang beropini di berbagai media massa dan media sosial.

Opini masyarakat, bila ditelisik, benang merahnya bukan pada.persoalan konflik internal partai hingga sampai dikudeta. Tetapi lebih menyoal kepada siapa pelaku kudeta yang oleh masyarakat juga terbaca, kesannya ada sutradara dan kepentingan yang lebih besar di balik kudeta ini.

Bila ada pihak yang meminta Presiden Joko Widodo jangan sampai melakukan pembiaran atas kudeta di Partai Demokrat yang melibatkan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko, maka adalah hal yang wajar. 

Tetapi bagaimana bila memang benar, peranan Moeldoko memang sudah ada skenario lebih besar yang mengaturnya, dan di baliknya memang ini nyata kepentingan Istana dan partai yang mendukungnya?


Yang pasti, keterlibatan Moeldoko dalam kisruh Partai Demokrat tidak bisa dilepaskan dari profil sebagai salah satu orang di lingkaran terdekat Jokowi. Apak yang dilalukan oleh Moeldoko, manuver Moeldoko, jelas mempertaruhkan kepercayaan publik terhadap pemerintah, pihak Istana, maupun Jokowi sendiri.

Terlebih, sebagai pejabat aktif di pemerintahan, terlibatnya Moedoko dalam konflik yang tengah mendera sebuah partai merupakan tindakan yang tidak etis, tidak simpatik, dan jauh dari karakter seorang ksatria.

Bagaimana mungkin, sebuah partai yang masih ada Ketua Umumnya, tiba-tiba lahir  Ketua Umum baru, Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat periode 2021-2025 dalam Kongres Luar Biasa (KLB) yang digelar kubu kontra-Ketua Umum Partai Demokrat AHY yang disebut tidak sah, ilegal, dan inkonstitusional karena digelar tanpa memenuhi syarat yang tercantum pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Partai Demokrat dan tidak ada restu dari Ketua Majelis Tinggi Partai yang kini diemban oleh Susilo Bambang Yudhoyono.

Luar biasa. Inilah cermin betapa lemahnya tingkat kecerdasan intelektual dan personaliti para tokoh pemimpin bangsa, yang lebih mengedepankan sisi duniawi, kekuasaan dan tahta sehingga tak pantas menjadi panutan dan suri teladan. Karena lebih membela yang punya kepentingan, maka rasa malu pun dibuang.

Bersyukurlah, tetap menjadi rakyat jelata yang tetap punya rasa malu, miskin harta dan tahta, namun tetap tinggi harga diri dalam kehidupan duniawi. Tak menjadi manusia serakah dan lupa diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun