Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

PSSI, Tengoklah Kompetensi Pembina dan Pelatih Sepak Bola Akar Rumput Kita

11 Januari 2021   09:56 Diperbarui: 19 Januari 2021   07:59 1431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: pssi.org

Saat pandemi corona masih terus berlangsung dan sekolah formal (TK, SD, SMP, SMA, hingga bangku kuliah) masih terus dilakukan dengan daring/online, olah raga khususnya sepak bola justru semakin diminati.

Meski PSSI dengan tangannya PT LIB tak berkutik dan tak mampu mewujudkan kompetisi sepak bola nasional dengan alasan dan masalah yang publik juga tahu akarnya, beberapa klub membubarkan timnya, namun geliat pembinaan, festival, kompetisi sepak bola akar rumput di tangan operator swasta justru terus bergulir. 

Momentum SSB dan sejenisnya

Bila sekolah formal tak bisa tatap muka, berbanding terbalik dengan Sekolah Sepak Bola (SSB) atau sejenisnya. 

SSB terus beroperasi pun orang tua mendukung anak-anaknya yang berusia dini dan muda, tetap berlatih di lapangan dan mengikuti kompetisi khususnya di seputar Jabotabek dan umumnya di seantero Indonesia tanpa takut virus corona, meski kegiatannya jelas bertatap muka. Namun, sepanjang virus corona hadir, klaster corona dari sepak bola, terutama dari sektor akar rumput ini tetap tak terdengar.

Bisa jadi, karena tetap berolahraga sepak bola, anak-anak tetap terjaga imunnya dan tetap sehat.

Saat sekolah formal tak berkutik untuk belajar tatap muka, tetapi SSB malah terus berkegiatan tatap muka. Sementara hasil pendidikan formal di Indonesia sebelum corona hadir saja terus "jeblog", tercecer di Asia Tenggara, Asia, hingga dunia. 

Maka, dalam kondisi pandemi dan SSB serta sejenisnya bisa berkegiatan tak terbatas seperti layaknya sekolah formal yang dibatasi, maka stakeholder terkait dapat melihat celah dan momentum ini.

Apa celah dan momentum yang saya maksud? Lewat kegiatan SSB yang nonformal namun bisa bertatap muka, para pembina, pelatih, hingga orang tua dapat berkontribusi turut "mendidik" anak-anak di luar persoalan teknik dan speed sepak bola. 

Terlebih anak usia dini dan muda adalah pondasi bagi sepak bola nasional, pun pondasi bagi bangsa dan negara di segala bidang. Sebab, tidak semua anak usia dini dan muda yang kini menekuni sepak bola akan tertampung dalam tim nasional maupun klub.

ISEAKI dan TIPS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun