Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Waspadalah Agar Tak Celaka dan Nestapa!

17 November 2020   09:05 Diperbarui: 17 November 2020   09:59 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Supartono JW


Waspada, berhati-hati, berjaga-jaga, bersiap siaga akan menyelamatkan diri kita dari celaka dan nestapa. (Supartono JW.17112020)

Seberapa pun hebat dan kuatnya kita, bila kita bukan yang sedang gilirannya menguasa, maka jangan jemawa. Sebaliknya, meski sedang menjadi penguasa, dan menyadari betapa hebat dan kuatnya, bila jemawa, maka akan membawa ke lobang yang menjatuhkan juga.

Sikap meremehkan orang lain atau pihak lain, terjadi karena yang empunya sikap merasa lebih hebat, lebih segalanya dari yang diremehkan, sehingga muncullah jemawa. Itulah deskipsi dari beberapa peristiwa di Republik ini, dari sebelum hingga seseorang yang diremehkan itu hadir kembali di Indonesia.

Akibat sikap meremehkan, tidak menghargai, mengganggap kecil inilah, sengkarut di negeri ini jadi semakin bertambah keruh.

Terlebih, dalam peristiwa ini, ada juga pihak dan orang yang justru mengambil momentum untuk kepentingan dirinya sendiri, atau bisa juga momentumnya juga pesanan dan semakin menambah masalah baru yang tidak penting sama sekali.

Akibat sikap meremehkan ini pun, akhirnya tak dapat dicegah jatuh berbagai korban dan pihak yang pada akhirnya ikut tersandung masalah.

Mirisnya, setelah meremehkan, setelah terjadi berbagai peristiwa, setelah berbagai pihak bersuara akibat kejadian yang ditimbulkan buah dari sikap meremehkan itu, baru kelabakan dan kebakaran jenggot, dan akhirnya melakukan tindakan yang juga tentunya akan semakin memperpanjang masalah, bukan menyelesaikan masalah.

Dapat dipastikan, tindakan terlambat dari pihak yang meremehkan ini, bukan saja menambah deret panjang titik-titik permusuhan dan sikap berseberangan kepada pihak yang diremehkan, direndahkan, dikecilkan, namun sebaliknya justru menunjukkan siapa diri si peremeh itu.

Bahkan ada orang yang sampai menyebut, sikap si peremeh ini jadi kaget kemudian salah tingkah. Akibatnya, sikapnya pun jadi menyalah-nyalahkan berbagai pihak hingga sampai memecat para petugas keamanan yang dianggap gagal menghadapi pihak yang diremehkan.

Lebih memprihatinkan, sikap meremehkan, mengecilkan, dan tak menghargai ini yang awalnya menganggap kecil dan tidak penting ternyata di luar ekspetasi. Tapi ujungnya, mencari kambing hitam dan mencari pihak yang dipersalahkan untuk dipanggil oleh pihak keamanan.

Sungguh, sikap meremehkan hampir selalu berbanding lurus dengan risiko yang akan terjadi. Menganggap kecil, tak penting, ujungnya menyalahkan pihak lain, menyalahkan masyarakat, dan setelah semua terjadi, memecat petugas keamanan,

Andai saja tidak ada sikap meremehkan, lalu ada fungsi deteksi dan mitigasi, dapat dipastikan tak akan terjadi peristiwa beruntun di negeri ini, sejak kepulangan seseorang dari luar negeri.Tidak ada kekagetan, tidak ada salah tingkah seperti dungkap oleh seorang tokoh di negeri ini.

Kamuflase dan Jebakan Batman

Adanya tindakan pemecatan pihak keamanan dan adanya kambing hitam dari pihak yang diremehkan setelah terjadi berbagai peristiwa sejak kepulangan seseoang dari luar negeri, sepertinya, semakin disadari bahwa sikap meremehkan dan mengecilkan ini memang hanya sebagai sebuah skenario yang mungkin memang untuk menambah bukti-bukti kesalahan yang diperbuat pihak yang sejatinya tidak diremehkan.

Kesadaran bahwa pihak yang kesannya diremehkan ini adalah sebuah kekuatan, maka sikap seolah meremehkan dipilih sebagai skenario terbaik, sebagai hasil dari deteksi dan mitigasi yang sudah dilakukan.

Jadi, sejatinya sikap meremehkan ini adalah pilihan terbaik, sehingga pihak yang memiliki kekuatan ini menjadi lengah dan akhirnya berbuat kesalahan. Itulah gambaran skenario terbaik itu.

Kini, skenario yang berjalan lancar dari pihak yang tidak meremehkan tapi dikamuflase, disamarkan seolah meremehkan, maka membuahkan hasil. Setelah berbagai peristiwa terjadi, setelah berbagai kesalahan kuat bukti, maka pemimpinnya tinggal perintah, tindak yang tidak mematuhi ini, tindak yang berbuat ini dan itu.

Jebakan Batman pun telah berhasil disemai oleh pihak yang tak meremehkan, karena sudah melakukan fungsi deteksi dan mitigasi, maka pihak yang seolah diremehkan, meski memiliki kekuatan massa yang besar akhirnya masuk perangkap jebakan Batman.

Maksudnya, secara konyol terperangkap pada suatu kondisi yang seharusnya bisa dengan mudah mencegah atau menghindarinya, namun karena jemawa, jadi ceroboh dan tidak waspada.

Artinya, atas semua peristiwa yang kini hangat terjadi, sampai-sampai ada orang yang tak "penting" bagi kemaslahatan umat karena tak ada teladan yang patut ditiru dan hanya bikin kisruh, ikutan masuk dalam sengkarut yang sepertinya sengaja dicipta. Siapa menebar Jebakan Batman, siapa terperangkap.

Akhirnya, seberapa pun hebat dan kuatnya kita, bila kita bukan yang sedang gilirannya menguasa, maka jangan jemawa. Sebaliknya, meski sedang menjadi penguasa, dan menyadari betapa hebat dan kuatnya, bila jemawa, maka akan membawa ke lobang yang menjatuhkan juga.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun