Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Colosseum, Arena Tanpa Ampun para Gladiator

19 Juli 2021   09:38 Diperbarui: 20 Juli 2021   01:04 2895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Colosseum - Roma, salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia Baru. Sumber: koleksi pribadi

Teriakan gegap gempita sekitar 50,000 penonton pun pecah di Colosseum. "Maximus... Maximus...". Kemenangan Gladiator Maximus atas gladiator berjuluk "Tigris of Gaul" memang mencengangkan. Padahal Kaisar Commodus begitu mengandalkan sang jagoan untuk menghancurkan Maximus, mantan jenderal Romawi yang pernah hendak dibunuhnya. 

Tidak itu saja. Ketika jempol sang kaisar menunjuk ke bawah yang berarti sang pemenang harus membunuh musuhnya. Maximus justru mengampuni bekas lawannya itu. Seakan menentang kehendak sang kaisar lalim itu. Sebuah kisah epik, dramatis dan kolosal!

Itulah sepotong adegan dari film berjudul "Gladiator" yang dibintangi aktor macho Russell Crowe. Sebuah film terkenal dengan latar belakang sejarah Romawi di sekitar tahun 180 AD (Anno Domini). Dan rentetan adegan berdarah dan dramatis di Colosseum itulah yang menjadi salah satu daya tarik terbesar film box office ini.

Tentu saja, koloseum di film tersebut bukan Colosseum yang asli di Roma. Walaupun berukuran besar, replika koloseum yang dibangun di negara Malta itu hanya berukuran sepertiga dari Colosseum yang berdiri di pusat kota Roma. Colosseum di Roma jauh lebih spektakuler!

Colosseum tidak terpisahkan dari sejarah Romawi di masa lalu maupun kisah sukses industri pariwisata Italia dewasa ini. Selain telah ditetapkan sebagai "UNESCO World Heritage Site" dan salah satu pemegang gelar "The New 7 Wonders of the World", Colosseum sejatinya telah memberikan bukti nyata popularitasnya. Tahun 2019, misalnya, Colosseum sukses menggaet sekitar 7.6 juta wisatawan.

Colosseum dilihat dari Via Celio Vibenna. Sumber: koleksi pribadi
Colosseum dilihat dari Via Celio Vibenna. Sumber: koleksi pribadi
Beberapa situs wisata ternama, seperti TripAdvisor, PlanetWare, dan Culture Trip, juga menempatkan Colosseum di urutan teratas di daftar "Top-Rated Tourist Attraction in Rome". Tidak ketinggalan buku-buku wisata tentang Roma pun memajang Colosseum di sampul depannya. Colosseum memang dikenal sebagai sang Numero Uno!

Nama Colosseum diyakini berasal dari patung setinggi 30 meter dari Kaisar Nero. Sementara patung sang kaisar yang terkenal karena membakar kota Roma itu mengambil model dari "Colossus of Rhodes", sebuah patung raksasa yang dibangun di pulau Rhodes Yunani pada tahun 280 SM.

Sejak dibangun antara 70-80 Masehi di era Kaisar Vespasian dan Titus, Colosseum yang awalnya disebut 'Flavian Amphitheatre' ini telah diakui sebagai salah satu pencapaian terbesar Romawi di bidang konstruksi. Bahkan setelah hampir 2,000 tahun berlalu, Colosseum masih tetap menyandang predikat sebagai amfiteater kuno terbesar di dunia.

Colosseum, ikon kota Roma paling terkenal. Sumber: koleksi pribadi
Colosseum, ikon kota Roma paling terkenal. Sumber: koleksi pribadi
Kapasitas Colosseum bisa menampung sampai 80,000 penonton. Lebih besar dari kebanyakan stadion sepak bola ternama di dunia. Stadio Olimpico, misalnya, hanya memiliki kapasitas 70,000 penonton. Padahal stadion yang menjadi kandang AS Roma itu sudah dibangun di era modern, yakni pada tahun 1932.

Colosseum sendiri berbentuk oval dengan memiliki panjang 189 meter, lebar 156 meter dan tinggi tembok sisi luar 48 meter. Dengan luas keseluruhan bangunan mencapai 2.5 hektar, Colosseum pun terlihat begitu megah. Dan bisa dibayangkan bagaimana atmosfer di arena ini ketika berlangsung sebuah pertandingan berdarah.

Dinding luar Colosseum - Roma. Sumber: koleksi pribadi
Dinding luar Colosseum - Roma. Sumber: koleksi pribadi
Darah memang telah menjadi bagian dari sejarah panjang Colosseum yang dibalut berbagai kisah pertempuran. Baik antar sesama gladiator, antar tahanan dengan binatang buas, dan lain-lain. Bahkan pada saat 100 hari perayaan pembukaan Colosseum, konon lebih dari 9000 hewan buas terbunuh. Dan entah berapa banyak gladiator yang juga ikut mati bersimbah darah di sini.

Di zaman itu, mati hidup seorang gladiator kerap ditentukan di arena Colosseum. Gladiator sendiri biasanya berstatus sebagai budak, kriminal atau tahanan perang. Dalam beberapa kesempatan, mereka diijinkan bertarung untuk meraih kebebasan. Itupun kalau menang! Kenyataannya, lebih banyak yang mati daripada selamat.

Salah satu adegan di film Gladiator. Sumber: dreamworks / www.imdb.com
Salah satu adegan di film Gladiator. Sumber: dreamworks / www.imdb.com
Colosseum sejatinya dibangun sebagai arena untuk menghibur warga kota Roma. Dan pembunuhan menjadi salah satu momen yang selalu ditunggu penonton yang seakan haus darah. Betapa tidak. Ketika salah satu lawan telah tergeletak tak berdaya di arena, penonton pun menunggu penuh antusias arah jempol sang kaisar.

Ke atas artinya diampuni. Sedangkan ke bawah bermakna sang pemenang harus menghabisi lawannya yang kalah. Sadis! Tetapi, itulah fakta sejarah kelam di era Romawi. Pertunjukan ini baru mulai menghilang setelah agama Kristen mulai muncul di era Kaisar Konstantin pada tahun 313 AD. Dan akhirnya berakhir selamanya pada tahun 404.

Lukisan gladiator dan kode jempol ke bawah karya Gerome. Sumber: phxart.org / wikimedia
Lukisan gladiator dan kode jempol ke bawah karya Gerome. Sumber: phxart.org / wikimedia
Di balik kisah gladiator di atas, arena Colosseum pun secara tidak langsung menggambarkan strata sosial yang ada di kota Roma. Tempat duduk di Colosseum dirancang menjadi beberapa tingkatan berbeda. Dari podium utama dan level pertama untuk kalangan atas, hingga lantai tertinggi (paling jauh) untuk rakyat jelata.

Kaisar dan keluarganya serta beberapa pejabat teras menempati podium utama yang berada di bagian utara dan selatan. Inilah tempat dengan pemandangan terbaik ke arah arena. Dan di tingkat yang sama, tetapi di platform berbeda duduk para senator Romawi.

Ilustrasi interior Colosseum. Sumber: Inklink Firenze / www.smithsonianmag.com
Ilustrasi interior Colosseum. Sumber: Inklink Firenze / www.smithsonianmag.com
Pada tingkat berikutnya, duduk kalangan bangsawan Romawi yang berpengaruh. Dan begitu seterusnya. Makin ke atas makin rendah status sosial yang mendudukinya. Kaum wanita, misalnya, berdiri di tingkat tertinggi yang dibuat dari kayu. Di masa itu, wanita memang belum memiliki hak yang sama seperti kaum pria. Di bidang politik, misalnya.

Amfiteater ala Colosseum sebetulnya terdapat juga di berbagai kota lainnya. Meskipun tidak ada yang bisa menandingi kehebatan Colosseum Roma. Di masa keemasannya, bangsa Romawi telah membangun ratusan amfiteater di berbagai kota yang termasuk wilayah kekaisarannya.

Tempat duduk berjenjang di Colosseum. Sumber: koleksi pribadi
Tempat duduk berjenjang di Colosseum. Sumber: koleksi pribadi
Dari sekian banyak yang pernah dibangun, masih terdapat sekitar 230 amfiteater Romawi yang telah ditemukan. Beberapa di antaranya telah direnovasi dan menjelma sebagai objek-objek wisata ternama di masing-masing kota. Di antaranya, Verona Arena- Italia, Amphiteater El Djem- Tunisia, Pula Arena- Kroasia, Arena Nimes- Prancis, dan lain-lain.

Amfiteater Romawi pun sebetulnya bukan hanya arena pertarungan gladiator. Namun, juga berbagai acara lainnya, seperti perlombaan kereta kuda, pertunjukan sirkus, dan lain-lain. Kini sebagian di antaranya pun digunakan untuk pertunjukan seni.

Verona Arena, contohnya, telah lama dikenal sebagai tempat pertunjukan opera ternama di kota "Romeo and Juliet" itu. Bagaimana dengan Colosseum Roma?

Bagian dalam Colosseum saat ini. Sumber: koleksi pribadi
Bagian dalam Colosseum saat ini. Sumber: koleksi pribadi
Dengan kondisinya seperti sekarang, Colosseum Roma tentu saja hanya digunakan sebagai sebuah museum raksasa yang terus mematut diri biar makin menarik. Seperti belum lama ini diberitakan berbagai media.

Bagian terbawah Colosseum yang telah ditutup selama ribuan tahun kini dibuka kembali untuk umum. Di lorong terbawah Colosseum inilah bersiap para gladiator sebelum memasuki arena. Kabarnya, bagian tersembungi ini telah direnonasi selama 10 tahun dengan dukungan dana dari Tod's, salah satu perusahaan fesyen Italia yang terkenal dengan sepatu mewah buatannya.

Salah satu lorong di lantai dasar Colosseum. Sumber: koleksi pribadi
Salah satu lorong di lantai dasar Colosseum. Sumber: koleksi pribadi
Pertandingan di pentas Colosseum memang tidak hanya dramatis, tetapi penuh intrik dan konspirasi. Persis seperti adegan selanjutnya di film "Gladiator". Ketika sang kaisar mengajak duel Maximus di gelanggang Colosseum, komandan Praetorian Guard, pasukan elit Romawi yang biasanya mendukung sang kaisar, diam-diam membiarkannya. Suatu perubahan sikap yang tidak terduga.

Dan meskipun telah bersikap curang dengan menusukkan pisau ke Maximus sebelum pertarungan, pada akhirnya sang kaisar harus menerima mati di tangan Maximus sang gladiator. Colosseum pun sekali lagi bermandi darah. Kisah film "Gladiator" memang sebagian fiktif. Namun, sebagian besar lainnya berdasarkan kisah nyata di era Romawi. 

Colosseum dibidik dari sisi berbeda. Sumber: koleksi pribadi
Colosseum dibidik dari sisi berbeda. Sumber: koleksi pribadi

Kota Roma tentu saja tidak hanya memiliki Colosseum. Namun, inilah ikon kota Roma dan Italia yang paling terkenal dan tidak tergantikan. Seperti tertulis di sebuah quote:

"While the colosseum stands, Rome shall stand; when the Colosseum falls, Rome shall fall....". Selagi Colosseum berdiri, Roma pun seharusnya berdiri. Bila Colosseum runtuh, Roma pun akan ikut runtuh. 

***

Kelapa Gading, 19 Juli 2021

Oleh: Tonny Syiariel

Catatan: Semua foto adalah koleksi pribadi, kecuali 3 foto, yakni adegan di film, foto lukisan dan ilustrasi interior colosseum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun