Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Skandal Watergate, Pulitzer, dan Oscar

9 Maret 2021   08:52 Diperbarui: 10 Maret 2021   11:49 1582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Richard Nixon, presiden AS yg terlibat skandal Watergate. Sumber: www.nydailynews.com

Skandal Watergate boleh jadi skandal politik paling menghebohkan dalam sejarah politik di negara adidaya AS. Selain mampu menjatuhkan seorang presiden yang sangat terkenal, dari drama politik ini juga, koran ternama The Washington Post mendapatkan penghargaan Pulitzer. Dan film "All the President's Men" yang berkisah tentang investigasi skandal tersebut pun berhasil meraih 4 Oscar di ajang Academy Awards ke-49 pada tahun 1977 . 

Belum lama ini sebuah skandal di dunia sepak bola tetiba mengingatkan penulis akan asal-usul kata 'gate' yang menempel di balik hampir semua skandal lainnya. Betul, skandal yang dimaksud adalah "Barcagate". Sedangkan akhiran 'gate' di belakang 'Barca' berawal dari skandal politik "Watergate". Sebuah skandal yang telah lama berlalu, tetapi masih menyimpan banyak kisah menarik. 

Masih ingat kasus "Irangate" dan "Iraqgate"? Atau di Indonesia pernah muncul kisah "Bulog-gate". Dan yang teranyar kasus di FC Barcelona yang disebut "Barcagate". Sejak meledaknya kasus Watergate di AS, kata akhiran 'gate' pun seakan sinonim dari semua skandal atau isu kontroversial di dunia. Dari bidang politik, ekonomi, hingga sepakbola.

Skandal Watergate sendiri dimulai pada suatu pagi subuh, Sabtu, 17 Juni 1972. Hampir 50 tahun lalu. Kota yang biasanya sibuk itu seakan ingin rehat sejenak di akhir pekan itu. Namun, sebuah kejadian penangkapan, yang awalnya diduga kasus pencurian biasa, pada akhirnya menjadi salah satu skandal yang ikut mengubah sejarah negara adidaya Amerika Serikat (AS).

Pada pagi itu, sekitar pukul 02.30, di sebuah gedung perkantoran yang terletak di "2600 Virginia Avenue NW", polisi setempat menangkap lima laki-laki yang tengah menyusup ke kantor pusat DNC (Democratic National Committee) yang menempati seluruh lantai 6 gedung tersebut. Kelima laki-laki itu, yakni James W. McCord Jr., Bernard Barker, Eugenio Martnez, Frank Sturgis dan Virgilio Gonzlez, diduga  memasang alat penyadap di kantor tersebut.

Watergate Office Building (warna hitam) lokasi penangkapan. Sumber: Tim1965 / wikimedia
Watergate Office Building (warna hitam) lokasi penangkapan. Sumber: Tim1965 / wikimedia
Hasil investigasi selanjutnya menguak fakta yang mengejutkan. Kelima orang itu ternyata bekerja di bawah kendali CREEP (Committee to Re-elect the President), yakni sebuah organisasi yang resminya bertugas menggalang dana untuk kampanye pemilihan kembali Richard Nixon, presiden petahana dan kandidat presiden dari Partai Republik saat itu.

Komplek perkantoran Watergate sendiri terdiri dari berbagai kantor, hotel dan apartemen di wilayah Foggy Bottom, Washington, DC. Dengan luas sekitar 4 hektar, kompleks yang berdiri di tepi Sungai Potomac ini persis bersebelahan dengan gedung John F. Kennedy Center for the Performing Arts. Kompleks ini juga hanya sekitar 1.7 km dari Gedung Putih.

Kompleks Perkantoran Watergate- Washington DC. Sumber: Indutiomarus/ wikimedia
Kompleks Perkantoran Watergate- Washington DC. Sumber: Indutiomarus/ wikimedia
Penangkapan di markas besar di DNC di "Watergate Office Building" itu tentu saja sangat mengejutkan. Apalagi terjadi di tengah masa kampanye presiden saat itu. Richard Nixon, presiden petahana dari Partai Republik sedang bertarung melawan George McGovern, Senator dari Dakota Selatan dan kandidat presiden dari Partai Demokrat. Dugaan konspirasi politik pun merebak saat itu.

Akan tetapi, sejak awal skandal ini berusaha ditutupi, baik oleh anggota CREEP, maupun oleh Nixon sendiri yang terbukti ikut mengetahui adanya upaya itu. Pada bulan Agustus, Nixon bahkan berpidato dan bersumpah bahwa tidak ada satupun staf Gedung Putih yang terlibat dalam penyusupan di kantor pusat DNC.

Banyak pemilih ternyata percaya. Alhasil, pada saat pemilihan tanggal 7 November 1972, Nixon kembali terpilih sebagai presiden AS. Sang presiden petahana memenangkan pemilihan presiden itu secara meyakinkan, baik di Electoral vote maupun Popular vote.

Pelantikan Nixon sebagai Presiden AS yg kedua kalinya pada tahun 1973. Sumber: Ollie Atkins / wikimedia
Pelantikan Nixon sebagai Presiden AS yg kedua kalinya pada tahun 1973. Sumber: Ollie Atkins / wikimedia
Pada tanggal 20 Januari 1973, Richard Nixon pun dilantik untuk kedua kalinya sebagai Presiden AS di Gedung Capitol, Washington, DC. Namun, pelantikan itu tidak menghentikan investigasi kasus Watergate. Apalagi sejak kasus penangkapan di kantor DNC, koran ternama "The Washington Post" makin aktif menyelidiki skandal ini.

Adalah dua jurnalis muda The Washington Post, yakni Carl Bernstein dan Bob Woodward yang ditugaskan untuk menginvestigasi kasus Watergate. Dari bukti awal yang ditemukan polisi di tangan lima penyusup, termasuk sebuah buku alamat yang ditemukan di kamar Bernard Barker di sebuah kamar di Hotel Watergate, kedua jurnalis ini pun melakukan investigasi.

Buku alamat salah satu penyusup yg ditemukan di kamar Hotel Watergate. Sumber: US National Archives and Records Administration / wikimedia
Buku alamat salah satu penyusup yg ditemukan di kamar Hotel Watergate. Sumber: US National Archives and Records Administration / wikimedia
Mulai dari mewawancari staf kampanye level bawah yang dibujuk untuk mengungkapkan kebenaran di balik tindakan atasan mereka. Lalu menghubungkan satu temuan dengan temuan berikutnya. Dan akhirnya keduanya mulai menemukan jejak aliran dana dari tim kampanye Nixon ke rekening para penyusup.

Pada tanggal 19 Juni 1972, Washington Post mulai menurunkan berita yang mengaitkan kasus penangkapan dengan GOP (Grand Old Party), julukan Partai Republik. Salah seorang yang ditangkap adalah Koordinator Keamanan untuk CREEP (Committee to Re-elect the President). Sang tertuduh, James W. McCord Jr, juga pernah bekerja di CIA (Central Intelligence Agency).

Hasil investigasi lebih lanjut makin menguak tabir yang menutupi kasus ini. Penyadapan di kantor DNC sesungguhnya telah berlangsung sejak Mei 1972. Anggota CREEP menyusup ke kantor pusat lawan politiknya itu. Bukan hanya mencuri berbagai dokumen berstatus 'Top Secret', tetapi juga memasang alat penyadap telepon. Namun, dikarenakan alat penyadap tersebut tidak bekerja dengan baik, maka mereka pun mengirim lima penyusup yang akhirnya tertangkap basah pada tanggal 17 Juni 1972.

Bob Woodward & Carl Bernstein. Sumber: Bettmann/ getty via www.newyorker.com
Bob Woodward & Carl Bernstein. Sumber: Bettmann/ getty via www.newyorker.com
Carl Bernstein dan Bob Woodward, dua wartawan yang sangat gigih, kembali menunjukkan bukti keterlibatan tim kampanye Nixon lewat artikelnya di The Washington Post tanggal 1 Agustus 1972. "Bug Suspect Got Campaign Funds". Sebuah cek senilai $25,000 yang didepositokan ke rekening salah satu penyusup rupanya cek yang diperuntukkan untuk CREEP.

Dan yang paling menarik dari proses investigasi oleh kedua reporter harian The Washington Post itu adalah narasumber rahasia yang disebut "Deep Throat". Tokoh misterius inilah yang ikut membocorkan keterlibatan pemerintahan Nixon secara lebih gamblang. Dari bocoran rahasia itu jugalah, Bernstein dan Woodward bersama-sama menulis seri artikel skandal Watergate. Deep Throat sendiri belakangan diketahui adalah W. Mark Felt, mantan Direktur FBI antara tahun 1971 -- 1973.

Meskipun bukti keterlibatan staf Gedung Putih dan CREEP telah menyebabkan pengunduran diri orang-orang kepercayaannya, Richard Nixon tetap merasa tidak bersalah. Dia bahkan mengatakan, "I'm not a crook" (Saya bukan seorang bajingan), seperti yang ditulis The Washington Post dan berbagai media ternama lainnya pada tanggal 17 November 1973.

Namun, Nixon tidak mampu mengelak lagi setelah Mahkamah Agung memerintahkan Gedung Putih untuk  menyerahkan semua bukti percakapan, termasuk rekaman percakapan di Oval Office, ruang kerja sang presiden. Hasilnya, Nixon jelas terlibat skandal Watergate. Sang presiden pun dituduh menghalangi proses hukum (obstruction of justice) dan terancam pemakzulan.

Pada tanggal 8 Agustus 1974, Presiden Richard Nixon akhirnya meletakkan jabatannya sebagai presiden AS dan kemudian digantikan Gerard R. Ford. Nixon pun tercatat dalam sejarah AS sebagai presiden pertama AS yang mengundurkan diri.

Nixon mengundurkan diri sebagai Presiden AS. Sumber: www.washingtonpost.com
Nixon mengundurkan diri sebagai Presiden AS. Sumber: www.washingtonpost.com
Harian "The Washington Post", yang biasa disebut "The Post", bisa dibilang ikut menjatuhkan Richard Nixon. Melalui investigasi dan pemberitaan yang dilakukan dua wartawannya, Bernstein dan Woodward, harian berpengaruh ini tetap konsisten menjaga independensinya, meskipun mengalami tekanan luar biasa selama skandal Watergate diselidiki.

The Washington Post pada akhirnya mendapatkan penghargaan paling bergengsi di dunia jurnalistik, yakni "Pulitzer Prize for public service" pada tahun 1973. Pulitzer adalah sebuah penghargaan tertinggi dalam bidang jurnalisme cetak di Amerika Serikat yang telah dilakukan sejak tahun 1918.

Penghargaan Pulitzer. Sumber: Daniel Chester French / wikimedia
Penghargaan Pulitzer. Sumber: Daniel Chester French / wikimedia
Tentu saja kredit terbesar layak diberikan ke duo wartawannya yang handal. Bernstein dan Woodward  menuai pujian di mana-mana. Mereka juga juga mendapatkan sebuah kontrak penulisan buku berjudul "All the President's Men" yang kemudian menjadi sebuah buku yang laris terjual.

Gene Roberts, mantan Redaktur Eksekutif di "The Philadelphia Inquirer" dan mantan Redaktur Utama harian "The New York Times", pernah memuji hasil kerja Bernstein dan Woodward sebagai satu-satunya upaya pemberitaan terbesar sepanjang masa. Persisnya, "Maybe the single greatest reporting effort of all time," katanya.

Skandal Watergate sendiri menjadi landasan utama buku non-fiksi "All The President's Men" (1974). Buku ini dirilis sekitar dua bulan sebelum Nixon mengundurkan diri. Dan boleh jadi bagian paling menarik dari buku ini adalah catatan yang sangat detail tentang pertemuan rahasia antara Woodward dan Deep Throat, sumber informasi rahasianya yang tersimpan selama lebih dari 30 tahun.

Poster film. Sumber: www.imdb.com
Poster film. Sumber: www.imdb.com
Dari buku laris ini pula dibuat sebuah film adaptasi yang dibintangi dua aktor ternama Dustin Hoffman dan Robert Redford. Film "All the President's Men" (1976) besutan Alan J. Pakula terbilang sangat sukses. Selain berhasil di pasar sebagai salah satu film 'box office', film ini juga memenangkan 4 Oscar dalam pagelaran Academy Awards di tahun 1977.

Skandal Watergate memberikan banyak pelajaran. Mulai soal kredibilitas seorang presiden, independensi sebuah media terhadap tekanan politik, kegigihan wartawan menembus sumber berita, hingga berbagai kiat jurnalisme investigasi yang keren. 

Menonton film "All the President's Men" seakan belajar semua itu hanya dalam durasi 138 menit. 

Ah, saya mau menontonnya kembali. Mau ikut?  

***

Kelapa Gading, 9 Maret 2021
Oleh: Tonny Syiariel

Referensi: 1, 2, 3, 4
Catatan: Semua foto-foto yg digunakan sesuai keterangan di foto masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun