Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Kisah di Balik Simbol Partai di AS, Antara Si Keledai dan Si Gajah

21 Januari 2021   09:03 Diperbarui: 23 Mei 2022   22:09 1949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joe Biden & Simbol Partai Demokrat. Sumber: White house & Parta Demokrat /wikimedia commons

Joe Biden kini resmi sudah sebagai Presiden Amerika Serikat ke-46. Pelantikannya bersama Wakil Presiden Kamala Harris pada tanggal 20 Januari 2021 pagi waktu Washington DC, sekaligus menandai kembalinya Partai dengan simbol Keledai sebagai penguasa Gedung Putih ini untuk empat tahun berikutnya.

Simbol Keledai? That's right, brother. Nama hewan tertentu telah lama menjadi simbol-simbol yang digunakan untuk merepresentasi simbol kekuatan, kecerdikan, dan sebagainya. Simbol-simbol ini tidak hanya digunakan di dunia bisnis, tetapi juga di pentas politik di berbagai negara.

Di Indonesia, misalnya, banteng identik dengan PDI Perjuangan. Sedangkan, Partai Gerindra menggunakan burung garuda. Sementara itu, di negerinya Mahatma Gandhi, India, Gajah juga tampil sebagai simbol sebuah partai politik.

Hal yang sama terjadi di negara adikuasa Amerika Serikat. Dua partai politik utama, yakni Partai Demokrat dan Partai Republik, yang selalu bertarung ketat di setiap perhelatan Pemilihan Presiden, menggunakan Keledai dan Gajah sebagai simbol partai.

Partai Demokrat menggunakan Keledai dalam bentuk ilustrasi kartun. Sedangkan Partai Republik memilih Gajah yang juga dalam bentuk ilustrasi kartun sebagai simbol partai. Menarik bukan?


Gajah sebagai simbol Partai Republik. Sumber: Republican Party /wikimedia
Gajah sebagai simbol Partai Republik. Sumber: Republican Party /wikimedia

Kedua simbol partai ini begitu terkenal di AS, setara dengan simbol kultur lainnya, seperti Uncle Sam atau Santa Claus. Di sepanjang kampanye Pilpres AS lalu, ilustrasi Keledai dan Gajah dapat ditemukan di mana-mana. Dari poster, pin, spanduk, hingga bendera.

Pendukung masing-masing partai juga membawa semua atribut partai itu dari arena kampanye terbuka sampai di ruang-ruang konvensi. Semarak sekali!

Namun, seperti di banyak simbol-simbol terkenal lainnya, tidak banyak yang tahu siapa di belakang si pembuat simbol menarik tersebut. Begitu juga dengan simbol atau maskot kedua partai utama di AS itu. Sebagian warga AS sendiri pun boleh jadi tidak tahu.

Sejarah penggunaan maskot Partai Demokrat dan Republik tidak terlepas dari jasa seorang kartunis politik terkenal. Adalah Thomas Nast, yang pernah berkarya di majalah Harper's Weekly yang berbasis di New York, yang diakui ikut mempopulerkan simbol kedua partai tersebut.

Kartun karya Nash
Kartun karya Nash
Pada tanggal 15 Januari 1870, sebuah kartun karya Thomas Nast berjudul "A Live Jackass Kicking a Dead Lion" muncul di majalah politik "Harper's Weekly". Dan inilah kali pertama "Keledai" tercatat digunakan sebagai representasi Partai Demokrat.

Menariknya, kisah penggunaan maskot ini diawali ketika kampanye Presiden Andrew Jackson pada tahun 1828. Selama kampanye saat itu, Jackson dipanggil dengan julukan "Jackass" atau keledai jantan oleh lawan-lawan politiknya. Namun, kata yang sama bisa juga berarti "orang bodoh".

Olok-olokan politik ternyata sudah ada sejak lama. Bukan hanya di era terkini ketika Donald Trump pun begitu rajin meledek Joe Biden selama masa kampanye lalu. Akan tetapi, jika Biden kadang bereaksi dan membalas Trump, maka Jackson agak berbeda.

Andrew Jackson justru tidak menolak julukan yang seakan melecehkannya itu. Mantan Jenderal di AD Amerika Serikat itu malahan merasa geli sendiri. Dia pun kemudian menggunakan gambar keledai dalam poster-poster kampanyenya.

Selanjutnya, seperti tercatat dalam sejarah, Jackson berhasil mengalahkan presiden petahana John Quincy Adams dan menjadi Presiden ke-7 AS dan sekaligus presiden pertama dari Partai Demokrat.

Baca juga: "Joe Biden, dari Delaware ke Gedung Putih"

Lain Demokrat, lain lagi dengan Republik. Jika simbol Demokrat awalnya dari sebuah olok-olok politik, maka bagaimana dengan simbol Gajah milik Partai Republik?

Dari situs history.com, sebuah gambar gajah sudah digunakan sebagai simbol Partai Republik dalam sebuah kartun politik dan ilustrasi surat kabar selama Perang Sipil (1861-1865).

Saat itu sebuah frasa "seeing the elephant" kerap digunakan para tentara. Maknanya kurang lebih untuk mendapatkan pengalaman berharga yang sesungguhnya dalam hidup. Dalam konteks saat itu tentunya berarti mendapatkan pengalaman perang.

Gajah di kartun Nast di Harper's Weekly. Sumber: Harper's magazine/ wikimedia
Gajah di kartun Nast di Harper's Weekly. Sumber: Harper's magazine/ wikimedia
Namun, binatang berkulit tebal itu tidak akan menjadi simbol "Grand Old Party" (GOP), sebutan lain Partai Republik, andaikan Thomas Nast tidak menggunakannya di kartun Harper's Weekly pada tahun 1874.

Kartun buatan Nast memang sangat menarik. Terlihat seekor keledai yang mengenakan kulit singa membuat semua penghuni kebun binatang terlihat ketakutan, tidak terkecuali seekor gajah yang dilabeli 'The Republican Vote'. Dan sejak itulah Partai Republik pun menggunakan gajah sebagai simbol partai.

Thomas Nast, yang bekerja di Harper's Weekly dari tahun 1862 sampai 1886, sering disebut sebagai "The Father of the Modern Political Cartoon" atau Bapak Kartun Politik Modern. Presiden Abraham Lincoln sendiri menganggap Nast sebagai “best recruiting sergeant”.

Harper's Weekly adalah majalah politik Amerika yang berbasis di New York City. Majalah yang diterbitkan Harper & Brothers dari tahun 1857 hingga 1916, banyak memuat liputan luas tentang Perang Saudara Amerika. Di era itulah sang kartunis politik Thomas Nast membuat banyak kartun politik menarik, termasuk kartun yang selanjutnya dipakai sebagai simbol dua partai politik paling berpengaruh dalam sejarah AS.

Pelantikan Joe Biden dan Kamala Harris di Gedung Capitol kini telah usai. Partai Demokrat tidak hanya menguasai Gedung Putih tapi juga Kursi Senat AS. Dan Sang Keledai, maskot Demokrat, pun akan lebih sering terlihat di mana-mana. Namun, ada yang patut disayangkan.

Pelantikan Presiden AS di gedung Capitol. Sumber: news.sky.com
Pelantikan Presiden AS di gedung Capitol. Sumber: news.sky.com
Meskipun Jennifer Lopez dan Lady Gaga ikut menyemarakkan Hari Inagurasi ini, tetapi tetap terasa ada yang kurang. Sesuatu yang tidak seperti tradisi inagurasi presiden AS sebelumnya yang telah berlangsung selama ratusan tahun.

Ketidakhadiran mantan Presiden Donald Trump pada Hari Inagurasi kali ini seakan memberikan sinyal bahwa dalam hatinya, Trump masih tetap belum menerima kekalahannya. Sang "gajah" yang satu ini masih belum juga 'move on'. 

Dan mungkin saja, dari kediamannya di Florida, Trump akan mulai rajin menulis diary-nya. Diary untuk Kompasiana. Hahaha.

Kelapa Gading, 21 Januari 2021
Oleh: Tonny Syiariel

Referensi: 1, 2, 3
Catatan: Foto-foto yang digunakan sesuai dengan keterangan sumber foto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun